Rabu, 10 Desember 2008

buku baru!


Doktor muda menyediakan buku untuk Anda para saintis muda, khusunya dalam ilmu fisika dan biologi! Segeralah pesan atau beli ke UNP Press, koperasi-koperasi pada tiap fakultas di UNP atau ke toko buku. Persediaan terbatas!
Tunggu apa lagi??!!

buku baru, Pereaksi Kimia



telah terbit di UNP Press 28 buku pada Desember 2008 ini!
bagi yang berminat silahkan hubungi: unppress@unp.ac.id, tarmizi_mipa@yahoo.co.id, nasbahry.couto@yahoo.co.id

Rabu, 03 Desember 2008

Blustru



BLUSTRU ALIAS PITULO LICIN
SEBAGAI OBAT MIGRAIN, CACINGAN, GANGGUAN HAID, DAN SIPILIS
Oleh Tarmizi, B.Sc, S.Pd Mahasiswa S2 TP-MIPA UNP


Haid tidak lancar? Ambil saja buah blustru sebesar 4 jari, lalu cuci dan parut. Peras dan tambahkan 1/2 cangkir air masak dan seujung sendok teh, garam halus Setelah disaring minum sekaligus 3 x sehari.
Ramuan seperti itu banyak dimanfaatkan kaum wanita yang bermasalah dengan haid (amenore). Sebab,buah blustru bersifat sejuk dan berefek emenagog (peluruh haid). Masyarakat pedesaan juga mengkonsurnsi Luffa cylindrica untuk memperlancar ASI. Anggota famili Cucurbitaceae itu memiliki efek laktagoga.
Blustru dengan nama ilmiah Luffa aegyptyca Mill termasuk tanaman dalam familia Cucurbitaceae (labu-labuan). Selain disebut blustru, tanaman ini juga dikenal dengan sebutan ketola, bestru, pitulo, petalo panjang. Nama asingnya adalah towel ground, vegetable sponge, ofluffa (Hembing, 1994).
Sinonim nama ilmiah blustru menurut buku Tanaman Obat Indonesia (1985) adalah Luffa cylindrical (L) Roem. Dan Luffa pentandra Roxb. Jadi ada tiga nama ilmiah dari blustru yang diberikan oleh empat orang pakar taksonomi tumbuhan.
Di sumatera blustru disebut blustru, hrung jawa, ketola, pitulo licin, dan timput. Orang di Jawa menyebutnya blustru, lopang, oyong, bestru, blestru. Di Maluku dikenal sebagai dodahala.
Sosok tanaman
Blustru banyak ditanam di ladang, pada pagar halam sebagai tanaman sayur atau tumbuhan liar di semak, tepi sungai dan tepi pantai laut. Batangnya dapat mecpai panjang 2-10 meter, memanjat dengan sulur-sulur yang keluar dari ketiak daun.
Daunnya tunggal, bertangkai, bulat telur melebar, berlekuk menjari 5-7, pangkal berbentuk jantung, tulang daun menonjol di bawah. Panjang daun 8-25 cm. lebar 15-25 cm, warna hijau tua, permukaan bawah warnanya lebih muda
Bunga blustru bewarna kuning, buanya tergantung di batang atau tergetak di atas tanah. Bentuknya bulat memanjang, silindris, panjang 10-50 cm, dengan garis tengah 5-10 cm. Buah yang masih muda bewarna hijau dan bila sudah tua bewarna coklat. Pada bagian dalam dari buah yang sudah masak terdapat anyaman sabut yang rapat dan biasa dipakai untuk mencuci piring. Buah muda dapat disayur, daun muda dibuat gulai atau botok (Kamus Obat Tradisonal, 1994).
Dimanfaatkan juga di luar negeri
Blustru memang tak hanya. sekedar sayuran. Tanaman bemama dagang sponge gourd itu sudah lama berfungsi obat. Di India dan Suriname misalnya, daging buahnya dimanfaatkan sebagai penurun panas, pembersih darah, pencahar, obat batuk, tonik, hingga obat cacing. Ia juga dipakai sebagai obat haid, wasir, bronkhitis, tumor, dan sipilis. Di Indonesia blustru dipakai untuk menghentikan perdarahan dan membersihkan darah dan racun dan kotoran.
Di Suriname daun blustru sebagai penurun panas. Bijinya obat pencahar; jus buah obat wasir. Masyarakat pedesaan di Indonesia pun menggunakan hampir semua bagian tanaman sebagai obat. Bubuk biji yang disangrai sampai hangus mengatasi sakit pinggang. Caranya, 10 gram bubuk biji dimasukkan ke dalam 1/2 seloki arak lalu diaduk rata. Setelah mengendap diminum sekaligus, ampas ditempelkan di pinggang yang sakit.
Bagian yang dipakai
Bagian yang dipakai untuk pengobatan adalah seluruh bagian tanaman dari buah, kulit buah, tangkai buah, biji, sabut, daun, bunga, batang dan akar blustru.
Khasiatnya
Daun sebagai obat luar mengobati luka gigitan ular. Ia berkhasiat peluruh kencing, perangsang muntah, pencahar, pemberantas cacing perut, pembersih darah, peluruh haid, dan juga merangsang produksi ASI. Bunga berkhasiat mengatasi batuk, sakit tenggorokan, sinusitis, wasir, dan bisul. Batang rasanya pahit, dingin, beracun, dan masuk ke meridian jantung , limpa, dan ginjal. Ia melancarkan sirkulasi darah( melancarkan peredaran darah), dan obat kencing. Daun berkhasiat pembunuh cacing perut. Sedangkan sabut, rasanya manis, dan bersifat netral. Afinitasnya ke meridian paru, lambung, dan hati. Bagian ini ampuh menghilangkan nyeri, mengencerkan dahak, antirematik, melancarkan peredaran darah, menghilangkan bengkak, serta melancarkan sirkulasi darah dan saraf. Akar berkhasiat melancarkan sirkulasi darah dan menghilangkan bengkak. Buah berkhasiat membersihkan panas dan racun, peluruh dahak. Biji berkhasiat sebagai peluruh kencing, menghilangka panas.
Kandungan kimianya
Simplisia daun blustru disebut Luffae folim. Kandungan zat berkhasiatnya antara lain xilosa, manosa, galaktan, saponin, zat pahit lufeina, vitamin A, B dan C.
Khasiat blustru tak lepas dari kandungan kimiawi seperti zat aktif saponin triterpen, luffein, citrulline, dan cucurbitacin. Getah mengandung saponin, lendir, lemak, protein, xylan, vitamin B, dan vitamin C. Biji mengandung leak, squalene, (x spinasterol, cucurbitasin B, dan protein.
Bunga blustru mengandung glutamin, asam aspartat, arginin, lisin, dan alanin. Sabut mengandung xylan, xylose, mannosan, galaktan, saponin, selulosa, galaktosa, manitosa, serta vitamin A, B, dan C. Sedangkan daun dan batang menganclung saponin dan tanin.
Blustrujuga mengandung 25,88% asam glutamat, 6,5 1 % glisin. Asam amino, polisakarida, dan protein yang dikandungnya memiliki aktivitas antitumor. Senyawa-senyawa itu terbukti mampu mengharnbat pertumbuhan dan menurunkanjumlah sel-sel tumor.
Kegunaan
Buah untuk melancarkan ASI, keputihan (Hembing). Obat luka, pelancar ASI, peluruh air seni, peluruh dahak/obat batuk, pencahar Biji untuk untuk batu saluran kencing, wasir. Daun untuk untuk bisul, kurap, luka baker, peluruh haid Akar untuk migraine, sakit pinggang (Depkes RI)
Kontrasepsi alaml
Meski berkhasiat menyembuhkan berbagai penyakit, blustru dilarang dikonsumsi penderita limpa lemah. Sebab sifat dingin blustru menghambat bahkan menghentikan kerja limpa. Ibu hamil juga dilarang minum rebusan herba itu. Sebab, penelitian pada marmut yang dilakukan Astuti dari Fakultas Farmasi Universitas Widya Mandala Surabaya pada 1989 membuktikan, ekstrak daun blustru meningkatkan kontraksi rahim marmut.
Zat aktif saponin triterpen yang ditemukan di seluruh bagian tanaman blustru berefek spermatisidal (membunuh sperma). Hesti Sila Rahayu dari Fakultas Farmasi Universitas Airlangga membuktikannya. Penelitian in vitro membuktikan, perasan, infus, dan ekstrak etanol buah blustru. menghambat motilitas dan viabilitas spermatozoa manusia normal. Sedangkan Hari Dwi Mulyani dari institusi yang sama menemukan, pernberian isolat biji blustru berpengaruh dalam proses terhambatnya pembentukan sperma mencit. (dr. Setiawan Dalimartha, staf Sentra Pengembangan dan Penerapan Pengobatan Tradisional DKI Jakarta)
Obat migrain
Akar segar dari blustru 150 gram ditambah telur itik 2 butir lalu digodok, airnya diminum, telurnya dimakan.
memperlancar ASI.
Caranya, buah blustru dimasak bersama daun katuk menjadi sayur bening dan dikonsumsi tiap hari. (Tarmizi, B.Sc, S.Pd/ Universitas Negeri Padang)
Referensi; Tanaman Obat Indonesia, Depkes RI, 1985; Trubus, Juli 2002,h 63; Penyembuhan dengan Tanaman Obat, Komputindo, Jkt, 2003.

Selasa, 25 November 2008

Fikri


Mahasiswa
Telekomunikasi multimedia
Universitas Andalas
Padang
Enzyme Evolution:
Recent scientific studies provide strong evidence that nucleic acid polymerases share a common ancestor. Structural analyses support the notion that the similarities between polymerases go beyond the arbitrary assignment into classes on the basis of the use of DNA or RNA templates and deoxyribonucleoside or ribonucleoside triphosphates (Figure 18). In fact, it has been postulated that most of the nucleic acid polymerizes belong to a polymerase superfamily containing closely related active sites that are similarly positioned within the polymerase active cleft (Figure 19). Thus, it appears that there is a genetic polymerase module that provide the active site the architecture to carry out the phosphoryl transfer reaction (Joyce, 1997). Only subtle modifications to this module achieve the substrate specificity that is unique for each polymerase class. We see over and over in the course of evolution the tendency of nature to copy and paste particular structural motifs. Figure 18.jpg (65987 bytes)Figure 18.
Schematic representation illustrating the division into classes of nucleic acid polymerases in terms of sugar and template specificities.
As Joyce C. (1997) has stated "nucleic acid polymerases are suffering from an identify crisis." Recent published papers have brought us, a DNA polymerase as a reverse trancriptase (Ricchetti et. al., 1993), the T7 RNA polymerase as a DNA polymerase (Sousa el. al., 1995), and a DNA polymerase as an RNA polymerase (Gao et. al.,1997). This switch in specificity was done by single amino acid substitution. As illustrated in Figure 19, the polymerase domains of the Klenow fragment, the HIV-1 RT, and that for T7 RNA polymerase are structurally similar. The yellow spheres shown in the palm domain represent the catalytic aspartate residues. The relative positions of the residues involved in sugar discrimination are indicated in each polymerase structure. Figure 19.jpg (144703 bytes)
Figure 19. Illustration of the polymerase domains of Klenow fragment, HIV-1 RT, and T7 RNA polymerase (Joyce, 1997).
DNA polymerases discriminates against ribonucleotide through a "steric gate" mechanism. For example, the Klenow fragment and the HIV-RT polymerase discriminate against ribose sugar because bulky amino acid residues (Phe762 and Tyr155, respectively) make steric interaction with the 2'-OH group of the incoming nucleotide (see Figure 19). The Moloney murine leukemia virus (MoMLV) polymerase contains Phe155, which is homolog to Tyr155 in HIV-RT. Figure 20 shows how Phe155 in MoMLV clashes with the 2'-OH group of the incoming ribonucleotide (Gao et. al., 1997). Thus, mutation of this bulky residue to alanine, as it was found, will switch the sugar specificity of the polymerase. Figure 20.jpg (90970 bytes)
Figure 20. In MoMLV RT, Phe155 acts as a "steric gate" to prevent incorporation of r-NTPs (Gao et. al., 1997).
On the other hand, T7 RNA polymerase uses a totally different mechanism to discriminate against deoxyribose nucleotides. Studies have shown that, in T7 RNA polymerase, Tyr639 makes hydrogen-bonding interaction with the 2'-OH group of the incoming ribonucleotide. Mutation in this position from Tyr to Phe renders the polymerase specific for deoxynucleotides. (Sousa et. al., 1995).
Bacteriophage T7 RNA polymerase shares some amino acid sequence similarities with other RNA polymerases. Table 2 illustrates the result obtained when the FASTA program was used for sequence alignment. As it is shown, only bacteriophage T3 RNA polymerase has the highest amino acid identity (82 %) to T7 RNA polymerase, while the other RNA polymerases share only about a 29 % amino acid identity.Figure 21. Multiple alignments correspoding to part of the polymerase domain of T7 RNA polymerase, 1QLN, and other RNA polymerases. In (A), the concensus domain among RNA polymerases is shown relative to the amino acid sequence of T7 RNA polymerase; in (B), the alignment sequence is displayed. The polymerases are labeled according to their PID accession number.

Kamis, 20 November 2008

Analisa zat Berkhasiat Beluntas

Ansyari Ferdian Kimia UNP 48453
Latar Belakang
Seirama dengan pesatnya kemajuan Ilmu Pengetahuan, para ahli obat obatan telah mengangkat pengobatan tradisional ke fonem ilmiah, sehingga cukup banyak tumbuhan berkhasiat obat dari lingkungan kita yang dapat diolah menjadi obat mujarab, contohnya daun pegagan atau tapak kuda, setelah diolah oleh ahli farmasi dengan nama garukda.Tumbuhan ini dikenal luas dalam dunia kedokteran sebagai obat efektif untuk mencegah kepikunan. Selain tumbuhan tersebut, masih banyak tumbuhan lain yang dapat dimanfaatkan bagi kesehatan.
Penggunaan tumbuhan sebagai obat, sangat berkaitan dengan kandungan Kimia yang terdapat dalam tumbuh tumbuhan tersebut terutama zat bioaktif. Tanpa adanya senyawa bioaktif dalam tumbuhan, secara umum tumbuhan itu tidak dapat digunakan sebagai obat. Senyawa bioaktif yang terdapat dalam tumbuhan biasanya merupakan senyawa metabolit sekunder seperti alkaloid, flavonoid, steroid, terpenoid, saponin dll.
Diketahui beberapa literatur bahwa daun beluntas dapat digunakan sebagai obat, salah satunya dapat menghilangkan bau badan, menurunkan panas, dll.Apakah daun beluntas ini dapat digunakan sebagai obat, maka perlu diidentifikasi kandungan metabolidnya
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka perumusan masalah percobaan ini adalah ‘Bagaimanakah cara mengekstraksi suatu senyawa bahan alam dari tumbuhan beluntas ?’
Batasan Masalah
Pada makalah ini hal yang akan dibahas : pengertian dan tes uji alkaloid, flavonoid, steroid, terpenoid, saponin yang terdapat pada daun beluntas.
Tujuan Percobaan
Praktikum ini dilakukan untuk menguji dan menentukan kandungan metabolid sekunder dari daun beluntas.
Manfaat Penulisan
Setelah dapat melakukan uji kandungan metabolit sekunder dari daun beluntas, diharapkan dapat dilakukan ekstraksi serta isolasi kandungan tersebut agar dapat dipergunakan untuk analisis selanjutnya serta dapat dijadikan bahan kajian bagi penelitian selanjutnya, sehingga dapat dikembangkan untuk dapat dipergunakan untuk tujuan farmakologis dan industri.
TINJAUAN PUSTAKA
A.Alkaloid
Merupakan senyawa organik bahan alam yang terbesar jumlahnya, baik dari segi jumlahnya maupun sebarannya. Alkaloid menurut Winterstein dan Trier didefinisikan sebagai senyawa senyawa yang bersifat basa, mengandung atom nitrogen berasal dari tumbuan dan hewan. Harborne dan Turner (1984) mengungkapkan bahwa tidak satupun definisi alkaloid yang memuaskan, tetapi umumnya alkaloid adalah senyawa metabolid sekunder yang bersifat basa, yan mengandung satu atau lebih atom nitrogen, biasanya dalam cincin heterosiklik, dan bersifat aktif biologis menonjol.
Struktur alkaloid beraneka ragam, dari yang sederhana sampai rumit, dari efek biologisnya yang menyegarkan tubuh sampai toksik.Satu contoh yang sederhana adalah nikotina. Nikotin dapat menyebabkan penyakit jantung, kanker paru-paru, kanker mulut, tekanan darah tinggi, dan gangguan terhadap kehamilan dan janin.
B.Flavonoid
Adalah suatu kelompok senyawa fenol yang terbanyak terdapat di alam. Senyawa-senyawa ini bertanggung jawab terhadap zat warna merah, ungu, biru, dan sebagian zat warna kuning dalam tumbuhan. Semua flavonoid menurut strukturnya merupakan turunan senyawa induk “ flavon “ yakni nama sejenis flavonoid yang terbesr jumlahnya dan juga lazim ditemukan, yang terdapat berupa tepung putih pada tumbuhan Primula.
Sebagian besar flavonoid yang terdapat pada tumbuhan terikat pada molekul gula sebagai glikosida, dan dalam bentuk campuran, jarang sekali dijumpai berupa senyawa tunggal. Disamping itu sering ditemukan campuran yang terdiri dari flavonoid yang berbeda kelas. Misalnya antosianin dalam mahkota bunga yang berwarna merah, hampir selalu disertai oleh flavon atau flavonol yan tak berwarna. Dewasa ini diperkirakan telah berhasil diisolasi sekitar 3.000 senyawa flavonoid.
Flavonoid dalam tumbuhan mempunyai empat fungsi : 1) Sebagai pigmen warna, 2) Fungsi fisiologi dan patologi, 3) Aktivitas Farmakologi, dan 4) Flavonoid dalam makanan. Aktifitas Farmakologi dianggap berasal dari rutin (glikosida flavonol) yang digunakan untuk menguatkan susunan kapiler, menurunkan permeabilitas dan fragilitas pembuluh darah, dll.Gabor menyatakan bahwa flavonoid dapat digunakan sebagai obat karena mempunyai bermacam macam bioakitfitas seperti antiinflamasi, anti kanker, antifertilitas, antiviral, antidiabetes, antidepresant, diuretic, dll.
C.Senyawa Terpen
Pada awalnya merupakan suatu golongan senyawa yang hanya terdiri dari atom C dan H, dengan perbandingan 5:8 dengan rumus empiris C5 H8(unit isoprene), yang bergabung secara head to tail (kepala-ekor). Oleh sebab itu senyawa terpen lazim disebut isoprenoid.Terpenoid sama halnya dengan senyawa terpen tetapi mengandung gugus fungsi lain seperti gugus hidroksil, aldehid dan keton. Dewasa ini baik terpen maupun terponoid dikelompokkan sebagai senyawa terpenoid (isoprenoid)
Contoh: Limoena dalam buah jeruk, Geraniol dalam mawar
Berdasarkan jumlah unit isoprene yang dikandungnya, senyawa terpenoid dibagi atas: 1)monoterpen (dua unit isoprene), 2)seskiterpen (tiga unit isoprene), 3)diterpena (empat unit isoprene), 4 Triterpena (enam unit isoprene), 5 Tetraterpena (delapan unit isoprene), dan 6) politerpena (banyak unit isoprene).Monoterpen dan seskiterpen adalah komponen utama minyak esensial (minyak atsiri) yang dapat diperoleh dengan penyulingan. Vitamin A adalah suatu diterpenopoid, skualen tergolong triterpenoid yang dijumpai dalam minyak hati ikan, karoten karoten pigmen merah dan kuning tergolong tetraterpen, lateks (karet alam) adalah politerpen.
D.Steroid
Adalah suatu kelompok senyawa yang mempunyai kerangka dasar siklopentanaperhidrofenantrena, mempunyai empat cincin terpadu.Senyawa senyawa ini mempunyai efek fisiologis tertentu.
Beberapa steroid penting adalah kolesterol, yaitu steroid hewani yang terdapat paling meluas dan dijumpai pada hampir semua jaringan hewan. Batu kandung kemih dan kuning telur merupakan sumber yang kaya akan senyawa ini. Hormon hormon seks yang dihasilkan terutama dalam testes dan indung telur adalah suatu steroid. Hormon jantan disebut androgen dan hormon betina estrogen, dan hormon kehamilan progestin.
E.Saponin
Merupakan senyawa glikosida kompleks yaitu senyawa hasil kondensasi suatu gula dengan suatu senyawa hidroksil organik yang apabila dihidrolisis akan menghasilkan gula (glikon) dan non-gula (aglikon). Saponin ini terdirin dari dua kelompok : Saponintriterpenoid dan saponin steroid. Saponin banyak digunakan dalam kehidupan manusia, salah satunya terdapat dalam perak yang dapat digunakan untuk bahan pencuci kain (batik) dan sebagai shampoo.Saponin dapat diperoleh dari tumbuhan melalui metoda ekstraksi.
F.Beluntas (Puchea Indica [L] Less)
(Gambar. Tanaman Beluntas)
Nama:
a)Suku: Asteraceae (Compositae)
b)Sinonim: Baccharis indica L
c)Nama Daerah
Sumatra: beluntas (Melayu). Jawa: baluntas, baruntas (Sunda), luntas (Jawa),baluntas (Madura). Sulawesi: lamutasa (Makasar). Nusa Tenggara: lenabou (Timor).
d) Nama Simplisia
Lucheae Folium (daun beluntas), Plucheae Radix (akar beluntas).
Habitus : perdu kecil, tumbuh tegak, tinggi bisa mencapai 2 m.
Batang : berambut halus.
Daun : bulat telur, hijau muda, panjang 2 - 9 cm, ujung lancip, Bunga : majemuk, bentuk malai, keluar dari ketiak daun.
Buah : kecil, keras, warna coklat, biji coklat keputih-putihan.
Klasifikasi Biologi Tumbuhan
Kingdom : Plantae (tumbuhan)
Superdivisio : Spermatophyta (menghasilkan biji)
Divisio : Magnoliophyta (berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub-kelas : Asteridae
Ordo : Asterales
Familia : Asteraceae
Genus : Pluchea
Spesies : Pluchea indica (L.) Less.
G. Uraian Tumbuhan Beluntas
Beluntas umumnya tumbuh liar di daerah kering pada tanah yang keras dan berbatu, atau ditanam sebagai tanaman pagar. Tumbuhan ini memerlukan cukup cahaya matahari atau sedikit naungan, banyak ditemukan di daerah pantai dekat laut sampai ketinggian 1.000 m dpl.
Perdu kecil, tumbuh tegak, tinggi mencapai 2 m, kadang kadang lebih. Percabangan banyak, berusuk halus, berambut lembut.Daun bertangkai pendek, letak berseling, helaian daun bulat telur sungsang, ujung bulat melancip, tepi bergerigi, berkelenjar, panjang 2,5-9 cm, lebar 1-5,5 cm, warnanya hijau terang, bila diremas harum. Bunga majemuk bentuk malai rata, keluar dari ketiak daun dan ujung tangkai, cabang cabang perbungaan banyak sekali, bunga bentuk bonggol bergagang atau duduk, warnanya putih kekuningan sampai ungu. Buah longkah agak berbentuk gasing, kecil, keras, coklat dengan sudut sudut putih, lokos. Biji kecil, coklat keputih putihan. Perbanyakan dengan stek batang yang cukup tua.
1.Sifat dan Khasiat
Daun beluntas berbau khas aromatis dan rasanya etir. Berkhasiat untuk menigkatkan nafsu makan (stomakik), membantu pencernaan, peluruh keringat (diaforetik), pereda demam (antipiretik), dan penyegar.
Akar beluntas berkhasiat sebagai peluruh keringat dan penyejuk (demulcent)
2. Kandungan Kimia
Daun beluntas mengandung alkaloid, flavonoida,tannin, minyak atsiri, asam chlorogenik, natrium, kalium, aluminium, kalsium, magnesiaum, dan fosfor. Sedangkan akarnya mengandung flavonoid dan tannin.
3. Bagian Yang Digunakan
Daun dan akar. Penggunaan segar atau yang telah dikeringkan.
4. Indikasi
Beluntas ini dapat digunakan untuk ; Menghilangkan bau badan, bau mulut, Kurang nafsu makan, Gangguan pencernaan pada anak, TBC kelenjar (skrofuloderma), Nyeri pada rematik, nyeri tulang (osteodinia), sakit pinggang (lumbago), Demam, Datang haid tidak teratur, Keputihan.
5. Cara Pemakaian
Daun atau akar sebanyak 10-15 gr direbus, lalu diminum. Untuk pemakaian luar, daun dilumatkan lalu dibalutkan untuk pegal linu, luka, scabies, kudis, dan borok.
6. Efek Farmakologis dan Hasil Penelitian
1.Uji fertilitas daun beluntas baik berupa perasan, infuse, maserat, dan ekstrak dengan alat soxhlet pda mencit betina yang diberikan secara oral, mempunyai pengaruh antifertilitas pada mencit betina (Willys,Jurusan Farmasi FMIPA, UNHAS, 1990)
2.Kadar minyak atsiri daun beluntas 5% v/v dapat menghambat pertumbuhan Eschericia coli (Atik Herawati, Fak Farmasi, UGM, 1992).
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu pelaksanaan
Percobaan ini dilaksanakan tanggal 20 November 2007 s/d 25 November 2007.
B.Sampel Penelitian
Sampel yang digunakan adalah daun tumbuhan beluntas (Puchea Indica [L] Less).
C.Alat dan Bahan Alat
•Lumpang •Pisau / gunting •plat tetes •tabung reaksi •pipet tetes •corong
•pemanas •pasir halus bersih •kapas Bahan
•Contoh ( simplisia tumbuhan : daun, akar, batang, kulit batang, bunga, buah, biji)
•Amoniak-kloroform 0.05 N ( 1 ml amoniak dalam 250 ml kloroform )
•H2SO4 2 N •Pereaksi Mayer, Pereaksi Wagner, Pereaksi Dragendorf.
•Metanol •Asam sulfat pekat •Serbuk magnesium
D. Prosedur Kerja
a.Identifikasi Alkaloid : Metoda Culvenor-Fiztgerald
Kira-kira 4 gram sampel segar dirajang halus dan digerus dalam lumpang dengan bantuan pasir, lalu ditambahkan kloroform sedikit sampai membentuk pasta.
Tambahkan 10 ml larutan amoniak-kloroform 0.05 N dan digerus lagi, saring campuran kedalam sebuah tabung reaksi kering.
Tmbahkan 10 ml H2SO4 2 N dan kocok kuat. Diamkan larutan sampai terbentuk dua lapisan.
Dengan menggunakan pipet yang telah diberi kapas pada ujungnya untuk menyaring, ambil lapisan asam sulfat dan masukan kedalam tabung reaksi kecil ( Lapisan kloroform disimpan untuk pengujian terpenoid ).
Filtrat diuji dengan pereaksi Mayer, Wagner dan Dragendorf. Terbentuknya endapan putih atau keruh dengan pereaksi Mayer. Endapan coklat dengan pereaksi Wagner dan endapan orange dengan pereaksi Dragendorf menunjukan sampel mengandung alkaloid.
b.Identifikasi Flavonoid : Shinoda Test / sianidin Test
Kira-kira 0.5 mg sampel yang telah dirajang halus, diekstrak dengan 5 ml metanol dan dipanaskan selama 5 menit dalam tabung reaksi. Ekstraknya ditambahkan beberapa tetes HCl pekat dan sedikit serbuk magnesium. Bila terjadi perubahan warna merah/pink atau kuning menunjukan sampel mengandung flavonoid.
c.Identifikasi Steroid / terpenoid : Metode Lieberman-Burchard
Beberapa tetes kloroform pada uji alkaloid, ditempatkan pada plat tetes. Tambahkan anhidrida asetat 5 tets dan biarkan mengering. Kemudian ditambahkan 3 tetes H2SO4 pekat. Timbulnya warna merah jingga atau ungu menandakan uji positif terhadap triterpenoid, sedangkan warna biru menunjukan uji positif untuk steroid.
d.Identifikasi Saponin : Uji Busa
Uji saponin ini sebaiknya digunakan sampel yang telah dikeringkan, karena test yang digunakan adalah test pembentukan busa. Bila sampel yang basah dididihkan dengan air suling, kemungkinan cairan sel akan membentuk busa bila dikocok.
Caranya : sampel kering dirajang halus, dimasukan kedalam tabung reaksi dan ditambahkan air suling, didihkan selama 2-3 menit. Dinginkan, setelah dingin dikocok dengan kuat. Adanya busa yang stabil selama 5 menit berarti sampel mengandung saponin.
HASIL DAN PEMBAHASAN
a.Alkaloid
Uji alkaloid pada daun beluntas tidak dapat dilakukan karena keterbatasan reagen, namun hasil yang harus didapat adalah positif, sesuai dengan literatur daun beluntas mengandung alkaloid (Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, jilid I :19)
b.Uji Flavonoid
Uji Flavoid pada daun Beluntas dengan menggunakan HCl p.a dan sedikit serbuk magnesium menimbulkan perubahan warna pink, ini berarti bahwa daun beluntas mengandung Flavonoid. Hal ini sesuai dengan pernyataan pada literatur bahwa daun beluntas mengandung Flavonoid (Atlas Tumbuhan Obat Ibndonesia, jilid 1 :19)
c.Uji Saponin
Pada uji saponin daun beluntas menunjukkan hasil negativ dimana setelah perlakuan tidak menimbulkan busa yang harusnya ada pada uji positif. Dari data ini dapat dinyatakan bahwa daun beluntas tidak mengandung merabolid sekunder (Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, Jilid 1 :19)
PENUTUP
A.Kesimpulan
Dari percobaan Ini dapat disimpulkan bahwa :1)Daun beluntas merupakan salah satu tanaman obat.2)Daun beluntas mengandung metabolid sekunder Flavonoid.3)Daun beluntas mengandung metabolid sekunder Alkaloid.4)Daun beluntas tidak mengandung metabolid sekunder Saponin
B.Saran
Diharapkan untuk praktikum berikutnya, reagen dan alat yang dibutuhkan tersedia dengan lengkap sehingga percobaan dapat dilakukan dengan baik dan semua materi yang akan dipraktikumkan dapat dilaksanakan.

Kebersihan lingkungan Sekolah

UPAYA PENINGKATAN KEBERSIHAN LINGKUNGAN SEKOLAH
MELALUI KEGIATAN LOMBA KEBERSIHAN KELAS
DI SDN 15 BATANG BARUS KABUPATEN SOLOK
Oleh Nama : Heryanti Yusti NIM: 813682162 Pokjar: Kuranji
UNIVERSITAS TERBUKA PADANG 2008
1. Pendahuluan
Kebersihan pangkal kesehatan. Kata-kata ini sudah tidak asing lagi bagi kita. Bahkan dalam sebuah hadist dikatakan Annazafatu minal iman yang artinya kebersihan itu sebagian dari iman. Dalam ayat lain dalam Al-Quran juga dinyatakan bahwa Allah itu Maha Indah dan sangat menyukai keindahan. Dengan demikian jelaslah bagi kita semua bahwa tidak saja hanya Presiden atau Pemerintah, Allah pun menyuruh kita untuk menjaga kebersihan baik kebersihan diri pribadi maupun kebersihan lingkungan.
Motivasi penulis mengangkat tema ini karena di tempat penulis bertugas tepatnya di SD Negeri No.15 Batang Barus Kabupaten Solok, sangat kurang sekali kesadaran anak-anak atau siswa-siswa untuk membuang sampah pada tempat sampah atau tong sampah yang telah disediakan. Walaupun sudah tiap hari diingatkan atau dinasehati namun sampah tetap saja berserakan di halaman maupun di dalam kelas. Bahkan kalau diperiksa di dalam laci meja penuh oleh sampah-sampah kertas dan bekas bungkus makanan. Pemberian hukuman dan sangsi-sangsi seperti berdiri di bawah tiang bendera, membawa batu ke sekolah bahkan membersihkan WC sekalipun tidak membuahkan hasil yang memuaskan. Pemberian hukuman-hukuman dan sangsi-sangsi tersebut di atas tidak memberikan pengaruh yang berarti. Bahkan siswa terlihat mengerjakan hukuman dan sangsi itu dengan senang hati.
Karena itulah penulis mengambil sebuah inisiatif mengadakan ” Lomba Kebersihan Kelas ” untuk menanamkan rasa tanggung jawab dan kesadaran dalam diri anak. Dalam lomba ini disamping kebersihan kelas, penulis bersama guru-guru yang lain juga menetapkan batas-batas halaman yang menjadi tanggung jawab kelas masing-masing. Cara ini ternyata dapat meningkatkan kesadaran anak untuk menjaga kebersihan. Melalui lomba ini, anak saling mengingatkan setiap hari agar tidak membuang sampah sembarangan. Apalagi pada wilayah yang menjadi tanggung jawab mereka masing-masing.
Penulis dan guru yang lain sangat gembira dan senang melihat kenyataan ini. Karena itulah penulis bersama semua guru di SD 15 Batang Barus memberikan motivasi berupa hadiah yang walaupun sangat sederhana tapi tetap tidak mengurangi arti keceriaan dan kebahagiaan yang terpancar di wajah-wajah mereka yang kelasnya menjadi pemenang. Pengumuman lomba ini diadakan setiap awal bulan minggu pertama pada waktu upacara bendera.
Tujuan penulis mengangkat tema ini adalah untuk ;
1.Menciptakan lingkungan sekolah yang bersih, rapi, indah dan bersahaja.
2.Menanamkan kesadaran pada diri murid-murid bahwa sampah harus dibuang pada tempat sampah.
3.Menumbuhkan rasa tanggung jawab dalam diri bahwa kebersihan sekolah adalah tanggung jawab bersama.
4.Meningkatkan kebersihan diri pribadi anak mulai dari kebersihan badan, pakaian dan alat-alat sekolah.
5.Ikut berpartisipasi dalam menjaga lingkungan tempat mereka tinggal.
2.Pembahasan
2.1.Pengertian-Pengertian
- Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di luar diri kita. Apa yang ada di sekitar kita, baik di depan, di belakang di atas maupun yang ada di bawah kita itulah lingkungan kita. Dalam arti yang lebih sempit lingkungan dapat diartikan lokasi tempat kita tinggal atau menjalani kehidupan dan penghidupan.
- Lingkungan Sekolah
Seperti yang disampaikan di awal tadi, lingkungan adalah tempat kita berada. Jadi lingkungan sekolah adalah lingkungan yang ada di sekitar sekolah. Mulai dari segala apa yang ada dalam batas pagar sekeliling sekolah sampai apa-apa yang ada di luar pagar sekolah tentunya di sekitar sekolah. Lingkungan sekolah meliputi gedung belajar, kantor, mushalla, kantin, gudang, WC, taman, lapangan upacara, ruang serba guna, tong sampah, tempat pembuangan sampah, halaman, jalan raya, dan masyarakat di sekitar sekolah.
- Lingkungan Kelas
Lingkungan kelas merupakan bahagian dari lingkungan sekolah. Karena sudah barang tentu setiap sekolah terdiri dari kelas-kelas. Lingkungan kelas adalah lingkungan sekolah yang merupakan ruangan-ruangan yang sengaja dikondisikan untuk proses belajar mengajar di sekolah. Guru menjelaskan pelajaran dan siswa menerima pelajaran. Lingkungan kelas merupakan komponen utama dari sebuah sekolah. Oleh sebab itu perlu mendapat perhatian yang serius dari pihak sekolah. Lingkungan kelas meliputi papan tulis, meja dan kursi guru, meja dan kursi murid, dinding kelas, tempat cuci tangan, loteng dan lantai.
- Lingkungan Fisik Sekolah
Merupakan lingkungan sekolah pada kenyataannya. Apa yang nampak di mata, itulah lingkungan fisik sekolah seperti sarana dan prasarana serta segala fasilitas yang ada di sekolah. Misalnya gedung sekolah, halaman, jalan raya, mushalla dan kantin serta perabotan sekolah.
- Lingkungan Mental dan Sosial
Berbeda dengan lingkungan fisik, maka lingkungan mental dan sosial bertumpu pada manusianya. Dalam lingkungan mental dan sosial dibina hubungan , komunikasi dan interaksi yang baik , positif dan saling menguntungkan antara semua unsur-unsur manusia yang ada di sekolah. Mulai dari murid, guru, pegawai sekolah, kepala sekolah, komite, orang tua dan wali murid serta tidak ketinggalan hubungan pihak sekolah dengan warga masyarakat di sekitar sekolah. Tentu saja hubungan yang diharapkan adalah hubungan yang sehat dan harmonis yang dapat mewujudkan sekolah yang bermutu dan berdaya guna tinggi dalam mencetak anak didik penerus cita-cita bangsa.
- Lingkungan Kehidupan Sekolah yang Sehat Sebagai Penunjang Proses
Belajar Mengajar
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pembinaan dan pengembangan lingkungan kehidupan sekolah yang sehat antara lain ;
A. Lingkungan Fisik
1.Lokasi/Letak Sekolah
a.Mudah dicapai.
b.Luas memadai
c.Lingkungan sehat dan segar
d.Bebas dari banjir
e.Bebas dari sampah dan limbah industri
f.Bebas dari kebisingan
g.Bebas dari gangguan lalu lintas.
2.Bangunan /Gedung Sekolah
a.Bangunan harus permanen, kuat dan kedap air
b.Lantai bangunan terbuat dari bahan-bahan kedap air dan tidak mudah retak.
c.Dinding bangunan hendaknya rata dan halus dan bila terbuat dari tembok minimal lapisan semen/cornya 2 cm.
d.Atap bangunan terbuat dari bahan yang cukup kuat terutama dari serangan lingkungan maupun faktor alam.
e.Bangunan hendaknya dilengkapi dengan ruang guru, ruang kelas, ruang kantor, ruang UKS, ruang shalat, ruang kantin dan gudang.
f.Bentuk bangunan tidak perlu mewah tetapi hendaknya sesuai dengan kebudayaan setempat, menarik dan nyaman.
3.Ruang Kelas
a.Ukuran ruang kelas sebaiknya 8 x 6 m, tinggi 4 m sehingga setiap murid mendapat ruangan sebesar 5m3 dan lantai masing-masing 1 – 1,30 m2.
b.Loteng terbuat dari bahan yang kuat dan tidak tembus debu dan air.
c.Setiap kelas hendaknya dilengkapi dengan 2 pintu dan daun pintu menghadap keluar.
d.Luas jendela beserta lobang angin atau ventilasi minimal 20 % dari luas lantai.
e.Sinar matahari sebaiknya datang dari sebelah kiri dan kanan, tetapi kalau tidak mungkin sebaiknya dari sebelah kiri murid.
f.Pengendalian Akustik. Komunikasi dalam ruangan harus dapat berlangsung secara baik dan lancar tanpa ada gangguan.
g.Waktu istirahat pintu dan jendela harus dibuka dan seluruh murid harus keluar dari ruangan.
4.Tempat Cuci Tangan
a.Tempat cuci tangan hendaknya cukup baik dan mudah digunakan.
b.Tempat cuci tangan sebaiknya dilengkapi dengan air yang mengalir sehingga air bekas dapat terus mengalir ke pembuangan air kotor atau air limbah.
c.Tempat cuci tangan harus dilengkapi dengan sabun dan kain lap yang bersih dan kering.
5.WC dan kamar mandi
a.Sebaiknya dipisahkan antara WC laki-laki dan perempuan.
b.Untuk guru dan staf sekolah lainnya disediakan WC tersendiri.
c.Kakus sebaiknya berbentuk leher angsa dan memiliki pembuangan kototran ke septik tank.
d.Semua WC mempunyai pintu yang dapat dikunci dari dalam maupun dari luar.
e.Bak air hendaknya terisi cukup penuh senantiasa sehingga bisa digunakan. Jangan sekali-kali bak dibiarkan sampai kosong.
f.Di kamar mandi di luar WC tersedia tempat cuci tangan, sabun dan lap kering.
g.WC sebaiknya tidak terhubung langsung dengan kelas.
h.Kebersihan WC dan kamar mandi handaklah selalu dijaga dan dipelihara.
6.Sumber Air Bersih
a.Sumber air bersih bisa berasal dari sumur, air galian, sumur pompa maupun air PAM.
7.Pembuangan air limbah dan air hujan
a.Saluran pembuangan air hujan dan air limbah sebaiknya harus lancar, jangan sampai tergenang. Karena aitu kebersihan selokan harus diperhatikan. Jangan ada sampah atau benda-benda lainnya yang tersangkut yang menghalang aliran air.
8.Tempat sampah dan pembuangan sampah
a.Tempat sampah yang tersedia harus memenuhi syarat kesehatan dan
terbuat dari bahan yang kedap air.
b.Tempat sampah hendaknya mudah dibersihkan, tidak cepat rusak dan
tertutup.
c.Jumlah tempat sampah harus memadai artinya sesuai dengan banyak
murid dan banyak ruangan. Minimal 1 ruangan 1 tong sampah. Setiap hari tempat sampah dikosongkan, sampahnya dikumpulkan ke pembuangan sampah akhir, yang kemudian diangkut oleh tim pengumpul sampah untuk dibuang ke tempat tertentu yang telah ditetapkan.
d.Bermacam-macam cara pembuangan sampah antara lain, dibakar, ditimbun (sampah yang bisa hancur), dibuat pupuk (sisa-sisa daun, ranting), dibuat makanan ternak misalnya ampas tahu, tempe dan sisa-sisa makanan lainnya.
6.Peralatan dan Perabotan Sekolah
a.Meja dan kursi murid sebaiknya tidak digabungkan, tetapi terpisah antara kursi dan mejanya. Tujuannya adalah agar murid mendapat kebebasan dalam bergerak pada saat duduk.
b.Ukuran meja cukup untuk membaca, menulis dan menggambar. Ukuran meja rata-rata adalah panjang 70 cm. Lebar 50 cm dan tinggi 70 cm.
c.Ruang di bawah meja cukup luas untuk kaki pada saat anak duduk dalam sikap kerja, sikap istirahat, waktu kaki diselonjorkan dan pada saat anak mau berdiri,
d.Tinggi kursi hendaknya sesuai dengan usia murid agar tungkai tidak menggantung atau sebaliknya tidak menekuk.
e.Konstruksi meja dan kursi sederhana, memenuhi syarat kesehatan sehingga memungkinkan untuk bergerak bebas pada waktu melakukan kegiatan apapun maupun pada waktu istirahat.
f.Papan tulis sebaiknya digantungkan sedemikian rupa sehingga murid dapat melihat dengan baik. Warna papan sebaiknya warna hitam, putih atau warna yang redup.
g.Penghapus papan tulis terbuat dari bahan yang daya ikatnya terhadap kapur cukup tinggi sehingga serbuk kapur tidak berterbangan ke mana-mana.
7.Warung / Kantin Sekolah
Pengadaan warung atau kantin sekolah hendaknya memperhatikan syarat-syarat kesehatan antara lain;
a.Kuantitas dan kualitas pemeliharaan warung sekolah, perabot, lat-alat dan penyediaan makanan.
b.Kuantitas, kualitas dan pemeliharaan makanan dan minuman yang
disediakan atau dijual.
c.Pengelolaan warung yang baik.
B.Lingkungan Mental dan Sosial
Pembinaan lingkungan mental dan sosial yang sehat di sekolah diharapkan akan dapat mewujudkan hubungan yang harmonis, yaitu ;
1.Hubungan antara siswa
2.Hubungan siswa dengan guru
3.Hubungan sesama guru dan perangkat sekolah lainnya.
4.Hubungan antara guru dengan orang tua atau wali murid.
5.Hubungan antar siswa, guru dan pegawai sekolah.
6.Hubungan antara siswa, guru, pegawai sekolah dengan masyarakat sekitar.
2.2.Pengalaman Sehari-Hari
Penulis mengamati di sekolah tempat penulis bertugas tepatnya di SDN 15 Batang Barus sangat kurang kesadaran anak murid atau siswa dalam menjaga kebersihan lingkungan sekolah khususnya masalah sampah. Walaupun sudah tiap pagi atau tiap hari dinasehati dan diingatkan bahwa sampah haru dibuang ke tong sampah, namun tidak dapat meningkatkan kesadaran anak untuk mau menjaga kebersihan lingkungan khususnya dalam menjaga kebersihan sekolah. Karena itulah penulis akhirnya berinisiatif untuk melaksanakan ”Lomba Kebersihan Kelas”. Dalam lomba ini yang menjadi aspek penilaian adalah ;
1.Kebersihan kelas
2.Kerapian kelas
3.Keindahan kelas
4.Kebersihan halaman
5.Kerapian halaman
6.Keindahan halaman
7.Kebersihan dan kerapian murid
Penulis bersama guru yang lain sebelumnya telah menetapkan batas-batas halaman yang menjadi tanggung jawab tiap-tiap kelas. Dan dalam lomba ini diserahkan pembinaan dan pengawasannya kepada wali kelas masing-masing. Jadi dari lomba akan terhasil kelas yang paling bersih serta wali kelas yang paling kreatif. Ide ini muncul karena penulis heran, sampah yang baru dipilih pada waktu pagi hari setelah istirahat halaman penuh lagi oleh sampah. Padahal penulis dan guru yang lain telah menyediakan tong sampah.
2.3.Teknis Pelaksanaan
Dalam pelaksanaannya, maka terdapat beberapa tahap kegiatan yang penulis lakukan dalam Lomba Kebersihan Kelas ini. Kegiatan itu adalah sebagai berikut :
1.Mengumpulkan siswa di lapangan dan memberikan pengarahan tentang bahaya
sampah seperti;
a.Dapat menjadi sarang binatang penyebar penyakit seperti lalat, tikus dan
kecoak.
b.Sampah dan air limbah yang kotor mengeluarkan bau busuk yang dapat
mengotori udara.
c.Sampah dapat menyumbat saluran pembuangan air dan selokan dan dapat
mengakibatkan banjir.
2.Menjelaskan kriteria penilaian dalam Lomba Kebersihan Kelas.
3.Membagikan alat-alat kebersihan kepada masing-masing kelas melalui ketua kelas
seperti sapu lantai, sapu lidi, kemoceng, kain lap, ember dan gayung atau timba.
4.Menetapkan batas halaman yang menjadi tanggung jawab setiap kelas.
5.Menginformasikan pada siswa bahwa penilaian diadakan sebulan sekali dan
pengumuman pemenang waktu upacara bendera setiap minggu pertama awal
bulan. Kemudian siswa dibubarkan dan masuk ke dalam kelas masing-masing.
6.Menyerahkan tanggung jawab kepada wali kelas masing-masing untuk membina
kelas masing-masing dalam menghadapi Lomba kebersihan kelas.
7.Setiap satu minggu sekali penulis bersama guru lain mengadakan rapat kecil untuk
memantau perkembangan dan hasil monitoring kegiatan yang dilakukan anak atau
siswa dalam menghadapi lomba kebersihan kelas ini.
Dari hasil pengamatan penulis ternyata murid-murid sangat bersemangat dalam menghadapi lomba ini. Mereka saling menegur, saling mengingatkan satu sama lain agar menjaga kebersihan, agar tidak membuang sampah sembarangan dan selalu menjaga kerapian berpakaian serta kerapian kelas masing-masing.Murid-murid bahkan membawa bunga dan tanahnya serta pot kecil dari rumah masing-masing. Semua berlomba untuk kemajuan dan keindahan kelas mereka.Bunga-bunga yang kurang bagus atau sudah layu diganti dengan yang baru sehingga suasana jadi lebih segar dan nyaman.Dalam hal ini pihak sekolah menyediakan waktu untuk menghias taman setiap hari Sabtu jam 11 siang.
Cara ini ternyata dapat meningkatkan kebersihan lingkungan sekolah karena khususnya sampah tidak lagi berserakan di halaman. Lantai kelas terlihat lebih bersih dan licin. Kaca-kaca semua bening dan mengkilat, bunga-bunga bermekaran berwarna-warni karena disiram dan dirawat dengan teliti. Hal ini menjadikan lingkungan sekolah terlihat lebih indah bersih dan asri.
3.Penutup
Simpulan dan Saran
3.1. Simpulan
1.Lingkungan sekolah yang sehat merupakan salah satu unsur yang harus
ada, dibina dan dikembangkan terus agar dalam proses pendidikan yang
berjalan mencapai hasil yang diharapkan.
2.Sekolah dapat berfungsi sebagai wadah untuk mendidik anak agar mereka
memiliki kesadaran lingkungan dan berkemauan berbuat sesuatu yang positif
bagi kelestarian lingkungan sekolah khususnya dan lingkungan hidup pada
umumnya.
3.Sampah-sampah yang berserakan dapat merusak kebersihan dan keindahan
lingkungan
4.Lomba kebersihan kelas dapat meningkatkan kebersihan lingkungan sekolah.
3.2.Saran
Disarankan kepada sekolah lainnya baik Sekolah Dasar atau Sekolah Menengah baik negeri maupun swasta untuk dapat mencobakan hal yang serupa. Untuk lebih memotivasi anak kepada mereka mungkin bisa diberikan reward atau hadiah yang lebih lumayan. Ini semua tentu saja tergantung kepada kondisi keuangan sekolah. Bagi sekolah yang agak mampu tidak ada salahnya memberikan hadiah yang lebih bernilai dan bermutu, misalnya seperangkat komputer rakitan sendiri, kipas angin, seperangkat alat kesenian, alat olah raga maupun kostum olah raga dan lain sebagainya.Disarankan juga kepada pihak sekolah yang melaksanakan lomba ini bila memungkinkan maka sekali-kali diundang juri atau tim penilai tamu misalnya dari Kecamatan, sehingga hasil penilaian lebih kompetitif dan akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Mirman, Moekarto dan Tamat, Trisnowati. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Modul UT , Cetakan ke 17 Penerbit Universitas Terbuka, Jakarta, 1999.
Panitia Musabaqah Al-Quran Nasional V. Implementasi Akhlak Qurani. PT. Telkom Indonesia TBK, Bandung 2002.
Suharto, S. Sontini. Pendidikan Kesehatan 4 Untuk SD Kelas 4, Depdikbud RI, PT. Widya Scan Indonesia, 1997.
Suharsimi Arikunto. Metodologi Penelitian Pendidikan. Tarsito. Bandung, 1990.
Tim Penulis Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau Sumatera Barat. Budaya Alam Minangkabau SD Kelas 3. PT. Genta Singgalang Pers , Padang, 1999.
Tim Penulis Universitas Negeri Padang. Teknik Penulisan Karya Ilmiah. Penerbit UNP Press. Padang, 2006.

Rabu, 19 November 2008

Kue Jangkong

Eka Kim 05
KUE JANGKONG
Bahan A:
1 mangkok tepung beras
1 mangkok sagu ubi
3 mangkok santan encer
1 mangkok air suji
Bahan B:
½ butir kelapa /1000 santan encer1 butir kelapa muda kerok
100 cc air gula jawa
1 st garam
Cara membuat:
Masukkan bahan A semua jadi satu adonan
Masukkan bahan kedalam microwave selama 5 menit
Keluarkan, aduk kembali dan masukkan kedalam
Micro selama 7 menit keluarkan dan diaduk merata
Masukkan bahan B jadi satu ke mangkok lain dan
Masukkan kedalam microwave toma selama 4 menit
Terakhir untuk dihidangkan, campur bahan A yang telah
Dicetak sesendok demi sesendok kedalam bahan B boleh
Dicampur es batu.

Senin, 27 Oktober 2008

Analisa kandungan kimia berkhasiat kapas merah

LIFIA RAHAYU 66972 / 2005 PENDIDIKAN KIMIA NR
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2007

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut kamus dewan, tumbuh-tumbuhan adalah segala yang hidup dan berbatang, berakar,berdahan,berdaun dan sebagainya.Tumbuh-tumbuhan dapat digunakan sebagai penawar dan peracun dalam kehidupan seharian manusia.Dalam aspek ini, tumbuh-tumbuhan dapat dibagi kepada dua kategori yaitu tumbuhan beracun dan tidak beracun.. Aspek-aspek yang dikaji adalah tentang bahagian yang tidak beracun atau berkhasiat bagi manusia terutama pada bagian daunnya.
Tercatat Indonesia memiliki ratusan jenis tanaman yang potensial mengandung bahan obat.Meskipun belum semua terteliti, sekitar 200 jenis tanaman telah melalui proses skrining oleh kalangan peneliti. Konon, Indonesia memang memiliki lebih dari 9.000 spesies tanaman obat.Namun,ternyata baru 350 spesies yang teridentifikasi dan hanya 3–4% yang telah dimanfaatkan secara komersial ( Abdul, 2007 ).
Kapas merupakan salah satu tanaman obat yang ada di Indoneia. Daun Kapas digunakan untuk pengobatan radang usus (enteritis), demam, dan batuk berdahak. Tumbuhan kapas ini merupakan herba satu tahunan, semak tahunan atau jarang berupa pohon kecil, hampir di semua bagian terdapat titik-titik kelenjar minyak berwarna hitam Buah, bunga dan daun Gossypium arboreum ( daun kapas ) mengandung saponin, flavonoida,polifenol dan alkaloida( Wardiyono, 2007 ).
Selain itu, kapas juga merupakan tanaman serat yang penting di dunia. Serat utama dari tanaman kapas adalah rambut biji yang panjang (`lint`), yang digunakan untuk membuat benang dan dipintal dalam pabrik tekstil, baik digunakan sendiri atau dikombinasi dengan tanaman lain, serat binatang atau serat sintetik. Akar atau kulit akar kapas (mian hua gen) rasanya manis, sifatnya hangat. Berkhasiat tonik pada lambung, limpa, dan vital energi, antitusif, antiasmatik, merangsang kontraksi rahim, mempercepat kelahiran bayi, abortivum, mengurangi keluarnya darah haid, mempermudah pembekuan darah, dan merangsang keluarnya air susu ibu (ASI). Biji kapas (mian hua zi) rasanya pedas, sifatnya panas. Tonik untuk hati dan ginjal, menguatkan tulang punggung dan lutut, menghentikan perdarahan (hemostatis), kontraksi rahim, menekan produksi sperma, pereda demam (antipiretik), antiradang, dan pelembut kulit. Selain itu, mempunyai efek antibakteri dan antivirus (Departemen Kesehatan RI, 2007).
Oleh karena itu, penulis lebih tertarik akan khasiat dari tumbuhan herbal kapas ini sehingga dilakukan pengujian metabolit sekunder yang terkandung dalam tumbuhan ini yang terangkum pada paper ini.
1.2 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari paper ini untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder ( alkaloid, flavonoid, terpenoid, steroid, dan saponin ) pada daun kapas sehingga dapat mengetahui manfaat dan kegunaan dari daun herbal ini.
1.3Pembatasan Masalah
Penulis membatasi penulisan ini hanya pada identifikasi tumbuhan kapas pada bagian daunnya yang mengandung kandungan metabolit sekunder.
1.4 Perumusan Masalah
Hal ini dilatarbelakangi pada permasalahan bagaimana mengidentifikasi daun beluntas ini dan metabolit sekunder apa yang terkandung di dalamnya.
1.5 Manfaat Penulisan
Penulis mengharapkan pada penulisan paper ini dapat memberikan informasi mengenai daun kapas yang mengandung beberapa metabolit sekunder dan manfaatnya sebagai tumbuhan obat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Botani Tumbuhan 2.1.1 Gambar
2.1.2 Klasifikasi
Kingdom: Plantae (tumbuhan); Subkingdom : Tracheobionta (berpembuluh)
Superdivisio: Spermatophyta (menghasilkan biji; Divisio: Magnoliophyta (berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil; Sub-kelas: Dilleniidae
Ordo: Malvales; Familia: Malvaceae (suku kapas-kapasan)
Genus: Gossypium; Spesies: Gossypium arboreum L.
Nama Lokal kapas. - Gossypium arboreum Linn.: kapas merah (umum), kapas beureum (Sunda), kapas jawa (Jawa).; - Gossypium barbadense Linn.: kapas rampit, kapas kayu; - Gossypium hirsutum Cav.: kapas mori (Jawa), kapas kejerat (Sumatra).
Deskripsi  Perdu, tinggi 2-3 m.
Batang berkayu, tegak, bulat, hijau kotor.
Daun tunggal, bentuk perisai. bercangap menjari tiga sampai lima, pertulangan menjari, tangkai panjang 6-10 cm, hijau.
Bunga tunggal, di ujung cabang dan di ketiak daun, kelopaktiga, bentuk bulat dengan pangkal melengkung, mahkota bulat, kuning.
Buah kotak, lonjong, ujung runcing, panjang 5-6 cm, masih muda hijau setelah tua coklat kehitaman.
Biji bentuk ginjal, diselimuti rambut putih, hitam.
Akar tunggang, putih kotor.
Habitat Saat ini, kapas ditemukan pada 47°N to 32°S. Temperatur optimum untuk perkecambahan adalah 9-30°C dan temperatur minimum sekitar 14-15°C, meski beberapa berkecambah pada suhu hingga 12°C. Untuk pertumbuhan dan perkembangan yang optimum membutuhkan temperatur 25-30°C.
Perbanyakan Perbanyakan kapas dilakukan dengan biji. Pengelolaan biji dan distribusi sangat penting untuk menjamin kualitas dan kemurnian biji.
Bagian yang digunakan Bagian tanaman yang digunakan sebagai obat adalah biji, akar, daun, clan buah mudanya.
Khasiat tumbuhan Biji digunakan untuk mengatasi:
- disfungsi ereksi (impoten), - ngompol (enuresis), - berkeringat pada malam hari,- wasir, dubur turun (prolaps anus), - perdarahan clan keluarnya cairan dari liang sanggama (vagina), - disentri,- nyeri perut clan ulu hati,
- demam yang hilang timbul, - radang telinga, - memperbanyak keluarnya air susu ibu (ASI), dan - kontrasepsi pada pria.
Akar digunakan untuk:
- terlambat haid, - mengurangi keluarnya darah haid yang banyak, - mengurangi nyeri haid akibat endometriosis, - mempermudah persalinan, - mengatasi gangguan pencernaan,
- fungsi limpa yang menurun dengan gejala batuk dan sesak akibat lemahnya energi vital, dan - menghaluskan tumit yang teraba kasar.
Buah muda digunakan untuk pengobatan: - diare.
Daun digunakan untuk pengobatan:- radang usus (enteritis), -demam, dan batuk berdahak.
CARA PEMAKAIAN
Untuk obat yang diminum, tidak ada rekomendasi dosis. Urftuk pemakaian luar, giling daun segar sampai halus, lalu gunakan untuk menurap panu, luka, luka bakar, dan memar. Biji yang digiling halus digunakan untuk menurap herpes, skabies, luka, dan radang buah zakar (orkhitis).
CONTOH PEMAKAIAN DI MASYARAKAT
Diare
Cuci clan potong buah kapas yang masih mucla clan segar (lima buah). Rebus dengan satu gelas air selama 15 menit. Setelah dingin, saring dan minum airnya sekaligus.
Disfungsi ereksi (impoten)
Gongseng biji kapas (300 g) sampai kuning sambil tambahkan arak beras 1-2 sendok teh. Gongseng pula biji bawang putih di tempat terpisah. Selanjutnya, giling semua bahan sampai halus. Untuk pemakaian, ambil 10 g bubuk campuran tadi, larutkan dalam arak dan minum sewaktu perut kosong.
Berkeringat malam
Masukkan biji kapas sebanyak 10 g ke dalam panci email bersama tiga gelas air. Rebus dengan api kecil sampai airnya tersisa separuhnya. Setelah dingin, minum airnya sekaligus pada waktu perut kosong. Lakukan sekali sehari.
Mempermudah persalinan
Iris akar kapas tipis-tipis, lalu seduh dan minum seperti minum teh.
Catatan:
Ibu hamil dilarang minum rebusan biji clan akar kapas karena dapat menyebabkan keguguran.
Gosipol toksisitasnya rendah, namun menimbulkan beberapa efek samping. Pada sebagian pengguna bisa timbul rasa lemah sementara yang terjadi pada fase awal pengobatan tidak memerlukan pengobatan. Sekitar 1,2% pengguna timbul rasa mual dan muntah, sebagian lagi mengeluh menurunnya hasrat seksual.
Bisa timbul hipokalemia pada sebagian pengguna obat ini tanpa menimbulkan gejala akibat kekurangan kalium. Sebaiknya, pemakaian obat ini dilakukan dengan pengawasan herbalis berpengalaman.
Kandungan kimia
Buah, bunga clan daun mengandung saponin, flavonoida, polifenol, dan alkaloid. Kulit akar mengandung gosipol (asesquiterpene) 0,56-2,05%, asparagine, campuran resin, dan arginine. Minyak dari biji mengandung sekitar 2% gosipol dan flavonoid, serta kandungan asam lemak tak jenuh yaitu asam linoleat (54,16%) dan asam oleat (15,58%). Selain itu, terdapat asam lemak jenuh, seperti palmitat, miristat, stearat, dan arakidat. Gosipol berkhasiat menekan produksi sperma dan merangsang kontraksi rahim. Tingginya kadar asam lemak tak jenuh menyebabkan penggunaannya tidak akan meningkatkan kadar kolesterol darah. Bunga mengandung kaempferol, herbacitrin, quercetin, isoquercetin, gossypetin, clan gossypitrin.
Sumber: 0. Sticker, 1976 Detil Data Gossypium , 2007 37
2.2 Metabolit Sekunder
2.2.1 Alkaloid
Dalam dunia medis dan kimia organik, istilah alkaloid telah lama menjadi bagian penting dan tak terpisahkan dalam penelitian yang telah dilakukan selama ini, baik untuk mencari senyawa alkaloid baru ataupun untuk penelusuran bioaktifitas. Senyawa alkaloid merupakan senyawa organik terbanyak ditemukan di alam. Hampir seluruh alkaloid berasal dari tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan. Secara organoleptik, daun-daunan yang berasa sepat dan pahit, biasanya teridentifikasi mengandung alkaloid. Selain daun-daunan, senyawa alkaloid dapat ditemukan pada akar, biji, ranting, dan kulit kayu.
Alkaloid secara umum mengandung paling sedikit satu buah atom nitrogen yang bersifat basa dan merupakan bagian dari cincin heterosiklik. Kebanyakan alkaloid berbentuk padatan kristal dengan titik lebur tertentu atau mempunyai kisaran dekomposisi. Alkaloid dapat juga berbentuk amorf atau cairan. Dewasa ini telah ribuan senyawa alkaloid yang ditemukan dan dengan berbagai variasi struktur yang unik, mulai dari yang paling sederhana sampai yang paling sulit.
Alkaloid sangat penting dalam industri farmasi karena kebanyakan alkaloid mempunyai efek fisiologis. Pada umumnya alkaloid tidak ditemukan dalam gymnospermae, paku – pakuan, lumut dan tumbuhan rendah.
Sistem klasifikasi yang banyak diterima adalah pembagian alkaloid menjadi tiga golongan yaitu :
a.Alkaloid sesungguhnya
Bersifat racun dan menunjukkan aktivitas fisiologis yang luas. Diturunkan secara biosintesis dari asam amino dan biasanya terdapat dalam tanaman sebagai garam asam organik.
b.Protoalkaloid
Merupakan amina yang relatif sederhana dan ditandai dengan adanya atom N yang berada di luar cincin heterosiklis.
c.Pseudoalkaloid
Senyawa bersifat basa. Yang termasuk dalam pseudoalkaloid adalah alkaloid steroidal dan purin.
Pembagian alkoloid yang lain adalah
a.Alkoloid heterosiklis; b.Alkaloid dengan eksossiklis dan amina alifatis; c.Alkaoid putreskin, spermidin dan spermin; d.Alkaloid peptida; e.Alkaloid terpen dan steroidal.
2.2.2 Flavonoid
Flavonoid merupakan salah satu golongan fenol alam yang terbesar. Golongan flavonoid mencakup banyak pigmen yang paling umum dan terdapat pada seluruh dunia tumbuhan mulai dari fungus sampai angiospermae.
Flavonoid adalah jenis campuran yang dihasilkan oleh tumbuhan secara alami, yang berfungsi sebagai antioksidan. Campuran tersebut seperti pada zat warna tanaman dan walaupun tak tergolong sebagai bahan gizi penting, mereka mampu menghasilkan vitamin C, yang menjadikannya antioksidan yang sangat kuat. Flavonoids juga dibutuhkan untuk memelihara dinding kapiler dan melindungi dari infeksi. Kekurangan flavonoid akan menyebabkan tubuh mudah memar.
Golongan flavonoid dapat digambarkan sebagai deret senyawa C6�C3�C6 artinya kerangka karbonnya terdiri atas dua gugus C6 (cincin benzena tersubtitusi) disambungkan oleh rantai alifatik ketiga karbon. Flavonoid mempunyai sifat yang khas yaitu bau yang sangat tajam, sebagian besar merupakan pigmen warna kuning, dapat larut dalam air dan pelarut organik, mudah terurai pada temperature tinggi.
Campuran flavonoid dapat ditemui pada buah-buahan seperti berry, apel, bawang putih, anggur merah, teh, anggur hijau, jeruk, jeruk lemon, cherry, sayur-sayuran hijau, alga biru dan hijau dan banyak lagi yang lain.
Flavonoid tak hanya melindungi dari zat berbahaya yang merusak sel, tapi juga mencegah tumbuhnya bibit penyakit kanker dalam tubuh, memperlambat pertumbuhan dan penyebaran sel kanker dalam tubuh, dan lain-lain.
Walaupun studi yang terdahulu menunjukkan bahwa hampir semua buah-buahan dan sayuranmengandung campuran anti-kanker yang sangat ampuh, para peneliti gagal menemukan apakah jenis antioksidan tanaman yang menghancurkan sel tumor itu dan bagaimana cara kerja mereka.
Flavonoid punya sejumlah kegunaan. Pertama, terhadap tumbuhan, yaitu sebagai pengatur tumbuhan, pengatur fotosintesis, kerja antimiroba dan antivirus. Kedua, terhadap manusia, yaitu sebagai antibiotik terhadap penyakit kanker dan ginjal, menghambat perdarahan. Ketiga, terhadap serangga, yaitu sebagai daya tarik serangga untuk melakukan penyerbukan. Keempat, kegunaan lainnya adalah sebagai bahan aktif dalam pembuatan insektisida nabati dari kulit jeruk manis (Arda Dinata).
Pemberian atom hidrogen ini akan menyebabkan radikal bebas menjadi stabil dan berhenti melakukan gerakan ekstrim, sehingga tak merusak lipida, protein, dan DNA (materi genetik) yang menjadi target kerusakan seluler. Hal senada dikatakan oleh Kandaswami dan Middleton (1997), bahwa flavonoid dapat bertindak sebagai quencer oksigen singlet dan sebagai chelator logam.
2.2.3 Steroid
Steroid adalah suatu kelompok senyawa yang mempunyai kerangka dasar siklopentanaperhidrofenantrena, mempunyai empat cincin terpadu. Senyawa – senyawa ini mempunyai efek fisiologis tertentu. Steroid meliputi empat golongan, yaitu kolesterol, hormon, adrenokortikoid, hormon seksual, dan asam empedu.
Kolesterol ditemukan dalam semua organisme dan merupakan bahan awal untuk pembentukan asam empedu, hormon steroid, dan vitamin D. Walaupun kolesterol esensial bagi mahluk hidup, tapi berimplikasi terhadap pembentukan ‘plek’ pada dinding pembuluh nadi (suatu proese yang disebut arteosclerosis, atau pengerasan pembuluh), bahkan dapat mengakibatkan penyumbatan. Gejala ini penting terutama dalam pembuluh yang memasok darah ke jantung. Penyumbatan pada pembuluh ini menimbulkan kerusakan jantung, yang pada gilirannya dapat menimbulkan kematian akibat serangan jantung.
Steroid “hewan” yang khas, kolesterol, terdapat pada lipid permukaan dan organel tumbuhan, tetapi seringkali tidak ditemukan karena senyawa ini terdapat sebagai ester dan glikosida yang tidak larut dalam pelarut yang biasa dipakai untuk sterol bebas.
Beberapa senyawa ini, jika memang terdapat dalam tumbuhan, mungkin berperan sebagai pelindung, tetapi contoh yang baik untuk fungsi seperti itu hanya diberikan oleh empat golongan steroid yang aneh.
2.2.4 Terpenoid
Terpenoid merupakan senyawa yang tersusun oleh kerangka karbon, terdiri dari dua atau lebih unit isopren. Terpenoid merupakan kelompok besar senyawa sekunder yang meliputi minyak esensial, triterpenoid nonvolatil, sterol, dan pigmen karotinoid. Dalam sel tumbuhan, terpenoid ditemukan dalam sitoplasma atau pada kelenjar khusus.
Senyawa terpenoid adalah senyawa hidrokarbon isometric yang juga terdapat pada lemak/minyak esensial (essential oils), yaitu sejenis lemak yang sangat penting bagi tubuh. Zat-zat terpenoid membantu tubuh dalam proses sintesa organic dan pemulihan sel-sel tubuh. Harum atau bau dari tanaman disebabkan oleh fraksi minyak esensial. Minyak tersebut merupakan metabolit sekunder yang kaya akan senyawa dengan struktur isopren.
Petua Isoprena menyatakan bahawa sesuatu sebatian merupakan satu terpenoid jika boleh dibahagikan kepada 5 unit atom karbon (Wallach, 1887) yang digabung melalui sambungan kepala ke ekor (Ingold, 1925) karbon 1 adalah kepala bagi unit isoprena manakala karbon 4 adalah ekor. Boleh didapati dalam semua pengkelasan benda hidup merupakan komponen utama minyak pati, digunakan secara meluas kerana kualiti aromanya (herba tradisional dalam industri tumbuhan). Dalam penyelidikan sebagai bahan antibakteria, antineoplastik dan kegunaan dalam bidang farmaseutikal lain Menjadikan bau wangi kepada pokok kayu putih, perasa kepada kayu manis, cengkih, halia dan warna kepada bunga kuning.Terpenoid seperti citral, menthol, camphor dan cannabinoids boleh didapati dalam pokok ganja steroid dan sterol dalam haiwan dihasilkan secara biologi daripada pemula terpenoid (terpenoid precursor)
2.2.5 Saponin
Saponin mula – mula diberi nama demikian karena sifatnya yang menyerupai sabun ( bahasa latin sapo berarti sabun ). Saponin adalah senyawa aktif permukaan yang kuat yang menimbulkan busa jika dikocok dalam air dan pada konsentrasi yang rendah sering menyebabkan hemolisis sel darah merah. Dalam larutan yang sangat encer saponin sangat beracun untuk ikan, dan tumbuhan mengandung saponin telah digunakan sebagai racun ikan selama beratus – ratus tahun.
Pada beberapa tahun terakhir ini saponin tertentu menjadi penting karena dapat diperoleh dari beberapa tumbuhan dengan hasil yang baik dan digunakan sebagai bahan baku untuk sintesis hormon steroid yang digunakan dalam bidang kesehatan.
Sifat – sifat Saponin :
1.Berasa pahit. 2.Berbusa dalam air. 3.Mempunyai sifat detergen yang baik. 4.Beracun bagi binatang berdarah dingin. 5.Mempunyai sifat anti inflamatori 6.Mempunyai aplikasi yang baik dalam preparasi film fotografi.
Berdasarkan sifat-sifat tersebut, senyawa saponin mempunyai kegunaan yang sangat luas, antara lain:
1.Pembasmi hama udang. 2.Sebagai detergen pada industri tekstil. 3.Pembentuk busa pada alat pemadam kebakaran. 4 Pembentuk busa pada sampo. 5.Dalam industri farmasi.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1Waktu Pelaksanaan
Praktek ini dilaksanakan pada hari jumat, 23 Desember 2007 di Laboratorium Kimia FMIPA UNP.
3.2Sampel Penelitian
Sampel yang digunakan adalah daun kapas (Gossypium arboreum L )
3.3Alat dan Bahan
Lumpang; Pisau/gunting; Plat tetes; Pipet tetes Corong pemanas; Pasir halus bersih; Tabung reaksi; Kapas
Simplisia tumbuhan(daun kapas); Amoniak – kloroform 0,05 N (1 ml amoniak dalam 250 mL kloroform); H2SO4 2N; Pereaksi mayer; Pereaksi Wagner; Pereaksi Dragendorf; Metanol; Asam sulfat pekat; Anhidrida asetat; Asam klorida pekat; Serbuk Magnesium.
3.4Prosedur Kerja
A.Identifikasi Alkaloid : Metoda Culvenor – Fitzgerald
4 gr sampel segar Dirajang halus dan digerus
Di dalam lumpang dengan bantuan pasir
Ditambah kloroform dan digerus
Membentuk Pasta
Ditambah 10 ml larutan amonia – kloroform 0,05 N dan disaring
Campuran dalam tabung reaksi
Ditambah 5 mL larutan H2SO4 2N dan didiamkan
Terbentuk 2 lapisan
Diambil
lapisan asam sulfat
Dimasukkan
Tabung reaksi
Diuji
filtrat
Pereaksi Mayer Pereaksi Dragendorf
Pereaksi Wagner
Tes positif Tes positif Tes positif
endapan putih endapan coklat endapan orange
. Identifikasi Flavonoid : Shinoda test / sianidin test
0,5 gram sampel halus
Diekstrak dg 5 mL metanol
Dipanaskan selama 5 menit
Ditambah 5 tetes HCl pekat dan sedikit serbuk Mg
Campuran ekstrak
Tes positif
Warna berubah menjadi merah / pink / kuning
C. Identifikasi steroid/terpenoid : Metoda Lieberman – Burchard
3 tetes lapisan kloroform pada alkaloid
Diteteskan
Pada plat tetes
Ditambah 5 tetes anhidrat asetat dibiarkan kering
filtrat kering
Ditambah 3 tetes H2SO4 pekat
Tes positif
Warna merah / jingga / ungu Warna Biru
terpenoid steroid
D. Identifikasi Saponin : Uji Busa
Sampel kering
Dirajang halus
Dimasukkan dalam tabung reaksi
Ditambah
Air suling
Dididihkan selama 2 – 3 menit dan dinginkan
Campuran dalam tabung reaksi
Dikocok kuat - kuat
Tes positif
Adanya
Busa stabil selama 5 menit
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
UJI PEREAKSI HASIL

Alkaloid Culvenor – Fitzgerald
Mayer
( - ) larutan bening
Wagner ( - ) larutan berwarna hijau
Dragendorf ( - ) larutan berwarna orange
Flavonoid Shinoda test/sianidin test

Metanol, HCl pekat dan serbuk magnesium
( - ) larutan berwarna hijau
Steroid /
Terpenoid Lieberman – Burchard
Kloroform, anhidrida asetat dan H2SO4 pekat ( - ) terpenoid larutan berwarna biru
( + ) steroid menunjukkan larutan berwarna biru
Saponin Uji Busa
Air suling ( - ) busa menghilang setelah 5 menit didiamkan.
4.2 Pembahasan
Pada percobaan yang telah dilakukan dalam mengidentifikasi senyawa metabolit sekunder seperti alkaloid, flavonoid, steroid, terpenoid dan saponin pada suatu sampel yakni daun kapas.
Pengidentifikasian tersebut dilakukan dengan beberapa metoda, diantaranya sebagai berikut :
a. Identifikasi Alkaloid
Pengujian alkaloid dengan menggunakan metoda Culvenor – Fitzgerald ini. Lapisan asam sulfat yang merupakan filtrat sesuai dengan prosedur dengan cara menggerus sampel sebanyak 4 gram dalam lumpang dan ditambahkan larutan amonia – kloroform 0,05 N serta H2SO4 2N, lalu diuji dengan menggunakan beberapa pereaksi di antaranya adalah :
 Pereaksi Mayer
Filtrat yang diuji dengan pereaksi Mayer, terlihat filtrat tetap larutan berwarna bening. Jadi, tes dengan reaksi ini merupakan tes yang negatif, karena tes positif terdapatnya endapan putih atau keruh.
 Pereaksi Wagner
Filtrat juga diuji dengan pereaksi Wagner, terlihat filtrat berubah jadi larutan berwarna hijau. Jadi, tes dengan reaksi ini juga merupakan tes yang negatif.
 Pereaksi Dragendorf.
Filtrat juga diuji dengan pereaksi Dragendrof, terlihat filtrat berubah jadi larutan berwarna orange. Jadi, tes dengan reaksi ini juga tesnya yang negatif, padahal tes yang menunjukkan tes positif jika terbentuk endapan orange.
Dari ketiga pereaksi yang diuji pada filtrat ini, didapat hasil yang menunjukkan tes yang negatif padahal menurut literatur, filtrat yang diuji mengandung senyawa alkaloid atau menunjukkan tes yang positif adanya alkaloid. Hal ini tidak sesuai dengan literatur yang ada, kemungkinan telah terjadi beberapa kesalahan baik dari pengamatan, prosedur ataupun alat dan bahan yang digunakan.
b. Identifikasi Flavonoid
Pengujian dengan mengidentifikasi flavonoid dengan menggunakan metoda Shinoda test/sianidin test. Pada pengujian ini, sampel dirajang halus dan diekstrak dengan metanol lalu dipanaskan ± 5 menit. Setelah dipanaskan sampel ditambahkan beberapa tetes HCl pekat dan sedikit serbuk magnesium. Hasilnya membentuk larutan yang berwarna hijau sehingga menunjukkan hasil tes yang negatif dikarenakan hasil yang positif terlihat warna larutannya yang berwarna merah / pink atau kuning. Hal ini juga berbeda dengan literatur yang ada bahwa sebenarnya hasil yang ditunjukkan positif mengandung senyawa flavonoid. Kemungkinan telah terjadi kesalahan pada pengamatannya.
c. Identifikasi Steroid/Terpenoid
Metoda yang digunakan adalah metoda Lieberman – Burchard. Pada pengujian ini, lapisan kloroform hasil dari filtrat pada identifikasi alkaloid ditempatkan pada plat tetes dan ditambahkan 5 tetes anhidrida asetat dan dibiarkan mengering. Setelah mengering ditambahkan 3 tetes H2SO4 pekat. Hasilnya menunjukkan tes yang positif untuk steroid, sedangkan tes negatif untuk terpenoid pada daun kapas. Hal ini juga tidak sesuai dengan literatur yang ada bahwa filtrat daun kapas menunjukkan hasil tes yang negatif baik itu pada steroid maupun pada terpenoid. Kemungkinan hal ini terjadi ketika pengambilan filtrat di bagian kloroform masih mengandung lapisan asam sulfat atau kemungkinan lainnya. Padahal pada terpenoid sesuai dengan literatur yang ada karena tidak mengandung terpenoid.
d. Identifikasi Saponin
Identifikasi ini menggunakan metoda uji busa. Dalam pengidentifikasi ini, digunakan daun kapas kering yang dirajang halus, lalu ditambahkan air suling secukupnya dan dipanaskan selama 2 – 3 menit. Setelah dingin, sampel tersebut dikocok kuat – kuat. Pada awalnya, setelah dilakukan pengocokan terbentuk busa. Namun setelah kurang dari 5 menit, busa tersebut hilang dan tidak ada lagi pada sampel. Ini menunjukkan bahwa tes yang dilakukan negatif, sehingga pada tes ini juga ada mengandung saponin. Berbeda dengan literatur yang mana sampel daun kapas mengandung saponin.
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengidentifikasian pada percobaan dan hasilnya dapat ditarik beberapa kesimpulan diantaranya sebagai berikut :
a. Pada daun kapas ( Gossypium arboreum L. ) tidak mengandung senyawa alkaloid yang dikarenakan tesnya menunjukkan negatif pada pereaksi mayer, wagner dan dragendrof.
b. Daun kapas ( Gossypium arboreum L. ) juga tidak mengandung flavonoid yang berbeda dengan literatur yang mengatakan adanya flavonoid.
c. Daun kapas ( Gossypium arboreum L. ) mengandung steroid yang juga berbeda dengan literartur yang ada, dengan tidak adanya steroid pada daun kapas.
d. Metabolit sekunder yang terpenoid tidak terkandung pada daun kapas ( Gossypium arboreum L. ).
e. Saponin juga tidak ada terkandung pada daun kapas ( Gossypium arboreum L. ).
f. Berbedanya senyawa yang dikandung daun kapas menurut literatur dengan hasil percobaan, kemungkinan telah terjadi berbagai kesalahan baik itu bahan, alat, prosedur maupun pengamatan.
5.2 Saran
Untuk lebih mengetahui dan mengenal lagi mengenai daun kapas ini, penulis menyarankan sebagai berikut :
a. Ketika melakukan percobaan, sebaiknya sampel yang akan diuji harus digerus dengan halus / dirajang dengan halus agar kandungan kimia yang dikandung pada sampel dapat keluar.
b. Dalam penggerusan sampel digunakan alat yang lebih akurat agar didapat sampel yang sangat halus.
c. Sebaiknya sampel yang digunakan daun yang berumur menengah atau dengan kata lain daunnya tidak terlalu muda maupun juga tidak terlalu tua, kemungkinan hal ini berpengaruh.
d. Dalam mengidentifikasi sampel tidak difokuskan pada 4 metoda saja dan sebaiknya lebih dari 4 metoda untuk mengidentifikasi sampel.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Alkaloid. Situs Web Wikipedia.
Achmad S. A. 1986. Kimia Organik Bahan Alam. Jakarta : Universita terbuka.
Amrun Hidayat, M. Alkaloid Turunan Triptofan. Makalah Ilmiah. In Internet.
Anwar, chairil. 1996. Pengantar Praktikum Kimia Organik. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan : Yogyakarta.
Bernays, E.A. & R.F. Chapman. 1994. Plant selection bt phytophagous insects. Chapman & Hall. Inc. New York.
Departemen Kesehatan RI. 1985. Tanaman Obat Indonesia Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Fessenden, R dan Fessenden, J. 1986. Kimia Organik Jilid 2 Edisi Ketiga. Alih bahasa oleh Aloysius Hadyana Pudjaatmaka. Jakarta : Erlangga.
Hart, Harold. 1990. Kimia Organik. Jakarta : Erlangga.
Tim Kimia Organik. Penuntun Praktikum Kimia Organik 2. Padang : UNP.
Trevon Robinson. 1991. The Organic Constituents of Higher Plants, Alih bahasa : Dr Kosasih Padmawinata. Bandung : ITB.
Wardiyono. 2007. Detil Data Gossypium. In Internet.

Senin, 20 Oktober 2008

Analisa kandungan dan khasiat Aloe vera


MARLENI SIREVIA 61678/2004
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG

A.Latar Belakang
Berbagai macam tumbuhan di dunia, sifat umum senyawa yang dijumpai, zat yang terkandung didalam tumbuhan tersebut sangat banyak dan mempunyai manfaat yang berbeda-beda.
Penggunaan tanaman sebagai bahan obat sangat semarak dugunakan, oleh karena itu, dalam hal itu maka sangat diharapkan penggunaan tanaman ini dapat dimanfaatkan sebagai mana harusnya.
Suatu cara yang dilakukan untuk mengetahui kandungan yang ada pada tumbuhan ini adalah dengan melakukan penelitian tentang senyawa organik yang terkandung dalam lidah buaya sehingga lidah buaya dapat dimanfaatkan dalam kehidupan.
B.Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui senyawa organik yang ada pada tanaman lidah buaya.
C.Batasan Masalah
Dalam makalah ini pembahasan dibatasi pada kandungan senyawa organik pada tanaman lidah buaya.
D.Manfaat Penulisan
Manfaat makalah ini adalah dapat memberikan informasi kepada pembaca tentang kandungan senyawa organik yang ada pada tanaman lidah buaya dan dapat dimanfaatkan dalam kehidupan.
TINJAUAN PUSTAKA
A.Botani Tumbuhan
Lidah buaya nama botaninya adalah Aloe vera, dengan famili Liliaceae kata orang tak kenal maka tidak cinta. Jika tidak kenal maka tidak ada gunanya. Aloe vera di tanam sebagai tanaman hias di rumah atau taman. Tumbuh di tempat yang berhawa panas.
Ciri-ciri tanaman Aloe vera :
1.Batang
Pendek, batang tidak tertutup oleh daun-daun yang rapat dan sebagian terbenam dalam tanah, herba ini mempunyai batang seperti pokok ubi keladi dengan ketinggian sampai 15 cm dan berdiameter 1 cm – 2 cm. Pada batang akan muncul anak/ tuntas. Batang Aloe vera bisa disetek untuk perbanyakan tanaman dari sisa tunggul yang sudah di pangkaspun akan muncul tunas.
2.Daun
Daun tanaman Aloe vera berwarna hijau, berkelompok-lompok kelabu, berbentuk pita dengan helaian yang memanjang berduri lembut di tepi daun, bersifat sukelen (banyak mengandung air) dan banyak mengandung lendir (gel) sebagai bahan obat sehingga daunnya tebal. Daun mencapai berat 0,5 – 1 kg, daun melingkar rapat disekeliling batang.
3.Bunga
Bunga aloe vera berwarna kuning atau kemerahan keluar dari ketiak daun, bunga panjangnya mencapai 1 meter.
4.Akar
Akar aloe vera berupa akar serabut yang pendek dan berada dipermukaan tanah, panjang 50 – 100 cm. Tanaman ini tumbuh pada tanah yang subur dan gembur.
Aloe vera mengandung beberapa jenis vitamin, zat galian, enzim dan antibiotik yang bermanfaat dalam bidang kesehatan antara :
-Mengobah sakit lemah buah pinggang
-Sakit perut/ gastrik -Tonik -Herba untuk wanita memperbaiki peranakan -Mengandung serat dan melambatkan rasa lapar (untuk diet)-Melicinkan kulit -Lendir kuning yang dikeringkan untuk pelawas -Obat kulit terkena air panas -Untuk Agar vera (bidang industri)
B.Metabolit Sekunder
Dewasa ini yang dimaksud senyawa organik bahan alam adalah terbatas pada senyawa-senyawa yang dikenal sebagai metabolit sekunder. Senyawa metabolit sekunder adalah senyawa-senyawa hasil metabolisme sekunder, yang tidak terdapat secara merata dalam makhluk hidup, dan ditemukan dalam jumlah yang sangat sedikit. Umumnya terdapat pada semua organ tumbuhan (terutama tumbuhan tinggi). Pada akar, kulit, batang, daun, bunga, buah, biji dan sedikit pada hewan.
Penggunaan tumbuhan sebagai obat, berkait dengan kandungan kimia yang terdapat dalam tumbuhan tersebut terutama zat bioaktif. Tanpa adanya suatu senyawa bioktif dalam tumbuhan, secara umum tumbuhan itu tidak dapat digunakan sebagai obat. Senyawa metabolit sekunder seperti alkaloid, flavonoid, steroid, terpenoid, saponin, dll.
Alkaloid termasuk senyawa organik bahan alam yang terbesar jumlahnya, baik dari segi jumlah senyawa maupun sebarannya dalam dunia tumbuhan. Alkohol menurut Winterstein dan trier didefinisikan sebagai senyawa yang bersifat basa, mengandung atom nitrogen berasal dari tumbuhan dan hewan. Harborne dan Turne (1984) mengungkapkan bahwa tidak satupun definisi alkoloid yang memuaskan, tetapai umumnya, alkaloid adalah senyawa metabolit sekunder yang bersifat basa, yang mengandung satu atau lebih nitrogen biasanya dalam cincin heterosiklik, dan bersifat aktif biologis menonjol.
Struktur alkaloid beraneka ragam dari yang sederhana sampai rumit dari efek biologisnya yang mengegarkan tubuh sampai toksik. Satu contoh yang sederhana, tetapai yang efeknya daalinya tridak sederhana adalah nikotina. Nikotoin dapat menyebabkan penyakit jantung, kanker paru-paru, kanker mulut, tekanan darah tinggi dan gangguan terhadap kehamilan dan janin.
Flavonoid adalah suatu kelompoj senyawa fenol yang terbanyak terdapat di alam. Senyawa-senyawa ini bertanggung jawab terhadap zat warna merah, unggu, biru, dan sebagaian zat warna kuning dalam tumbuhan. Semua flavonoid menurut strukturnya merupakan turunan senyawa induk “flavon” yakni nama sejenis flavonoid yang terbesar jumlahnya dan juga lazim ditemukan, yang terdapat terdapat berupa tepung putih pada tumbuhan primula.
Sebagian besar flavonoid yang pada tumbuhan terikat pada molekul gula sebagai glikosida dan dalam bentuk campuran, jarang sekali dijumpai berupa senyawa tunggal. Disamping itu sering ditemukan campuran yang terdiri dari flavonoid yang berbeda klas. Misalnya antosianin dalam mahkota bunga yang berwarna merah, hampir selalu disertai oleh flavon atau flavonol yang tak berwarna. Dewasa ini diperkirakan telah berhasil diisolasi sekitar 3.000 senyawa flavonoid.
Flavonoid dalam tumbuhan mempunyai empat fungsi : 1) Sebagai pigmen warna, 2) Fungsi fislologi dan patologi, 3) Aktivitas farmakologi, dan, 4) Flavonoid dalam makanan. Aktivitas farmakologi dianggap berasal dari rutin (glikosa flavonol) yang digunakan untuk menguatkan susunan kapiler, emnurunkan permeabilitas dan fragilitas pembuluh darah, dalam Gabor, et al menyatakan bahwa flavonoid dapat digunakan sebagai obat karena mempunyai bermacam-macam bioktivitas seperti antiinflamasi, antikanker, antifertilitas, antiviral, antidiabetes, antidepresant, diuretik dan lain-lain.
Senyawa terpen pada awalnya merupakan suatu golongan senyawa yang hanya terdiri dari atom C dan H, dengan perbandingan 5 : 8 dengan rumus empiris C5H8 (unit isoprena), yang bergabung secara head to tall (kepala-ekor). Oleh sebab itu senyawa terpen lazim disebut isoprenoid Terpenoid sama halnya dengan senyawa terpen tetapi mengandung gugus fungsi lain seperti gugus hidroksil, aldehid dan ketin. Dewasa ini baik terpen maupun terpenold dikelompokkan sebagai senyawa terpenold (isoprenois)
Contoh :
Berdasarkan jumlah unit isoprena yang dikandungnya, senyawa terpenoid dibagi atas : 1) Monoterpen (dua unit isoprena), 2) Seskiterpen (tiga unit isoprena), 3) Diterpena (empat unit isoprena), 4) Triterpena (enam unit isoprena), 5) Tetraterpena (delapan unit isoprena), dan 6) politerpena (banyak unit isoprena). Monotepen dan seskiler adalah komponen utama minyak esensial (minyak atsiri) yang dapat diperoleh dengan diperoleh dengan penyulingan. Vitamin A adalah suatu diterpenold, skualen tergolong triterpenoid yang dijumpai dalam mu=inyak hati ikan, karoten karoten pigmen dan kuning tergolong tetraterpen, lateks (karet alam) adalah politerpen.
Steroid adalah suatu kelompok senyawa yang mempunyai kerangka dasar siklopentanaperhidrofenantrena, mempunyai empat cincin terpadu. Senyawa-senyawa ini mempunyai efek fisiologis tertentu.
Beberapa steroid penting adalah kolesterol, yaitu sterroid hewani yang terdapat paling meluas dan dijumpai pada hampir semua jaringan hewan. Batu kandung kemih dan kuning telur merupakan sumber yang kaya akan senyawa ini. Hormon-homon seks yang dihasilkan terutama dalam testes dan indung telur adalah suatu steroid. Dan hormon kehamilan progestin.
Saponin merupakan senyawa glikosida kompleks yaitu senyawa hasil kondensasi suatu gula dengan suatu senyawa hidroksil organik yang apabila dihidrolisis akan menghasilkan gula (glikon) dan non-gula (aglikon). Saponin ini terdiri dari dua kelompok : saponin triteroenoid dan saponin sterroid. Saponin ini terdiri dari dua kelompok: sapoin triterpenoid dan saponin steroid. Saponin banyak digunakan dalam kehidupan manusia, salah satunya terdapat dapat lerak yang dapat digunakan untuk bahan pencuci kain (batik) dan sebagai shampoo. Saponin dapat diperoleh dari tumbuhan melalui metoda ekstraksi.
BAB III
METOLOGI PENELITIAN
A.Waktu: 23 November 2007
B.Sampel: Daun Lidah Buaya
C.Alat-alat dan Bahan
Lumpang, pisau/ gunting, plat tetes, tabung reaksi, pipet tetes, corong, pemanas, pasir halus bersih, kapas.
Bahan-bahan
Amoniak-kloroform 0,05N (1 mL amoniak dalam 250 ML kloroform), H2SO4 2 N, pereaksi Mayer pereaksi Wagner dan Dragendorf, metanol, asam sulfat pekat, anhidrida asetat, asam klorida pekat, serbuk Magnesium
D.Prosedur
Disarankan untuk mengidentifikasi senyawa-senyawa metabolit sekunder terhadap tumbuhan obat.
1.Identifikasi Alkohol : Metoda Culvenor-Fitzgeraid
-Kira-kira 4 gr sampel segar dirajang halus dan digerus dalam lumpang dengan bantuan pasir, lalu ditambahkan kloroform sedikit, digerus lagi sampai membentuk pasta.
-Tambahkan 10 mL larutan amoniak-kloroform 0,05 N dan digerus lagi. Sering campuran kedalam sebuah tabung reaksi kering.
-Tambahkan 5 mL larutan H2SO4 2 N dan kocok kuat. Diamlan larutan sampai terbentuk dua lapisan
-Dengan menggunakan pipet yang telah diberi kapas pada ujungnya untuk menyaring, ambil lapisan asam sulfat dan masukkan kedalam tabung reaksi kecil (Lap. Kloroform disimpan untuk pengujian terpenoid).
-Filtrat di uji dengan pereaksi Mayer, Wagner dan Dragendorf. Terbentuknya endapan putih atau keruh dengan pereaksi Mayer, endapan coklat dengan peraksi Wagner atau endapan orange dengan pereaksi Dragendorf menunjukkan sampel mengandung alkaloid.
2. Identifikasi Flavoid : Shinoda test/sianidin test
Kira-kira 0,5 gram sampel yang telah dirajang halus, diekstrak dengan 5 mL metanol dan dipanaskan selama 5 menit dalam tabung reaksi. Ekstraknya ditambahkan beberapa tetes asam klorida pekat dan sedikit serbuk magneslum..
Bila terjadi perubahan warna menjadi merah/pink atau kuning menunjukkan sampel mengandung flavoid.
3. Identifikasi steroid/ terpenolf : Metode Lieberman-Burchard.
Beberapa tetes lapisan kloroform pada uji alkaloid, ditempatkan pada plat tetes. Tambahkan 5 tetes anhidrida asetat dan biarkan mengering. Kemudian tambahkan 3 tetes H2SO4 pekat. Timbulnya warna merah.
HASIL & PEMBAHASAN
A. Hasil
Tabel Hasil Penelitian
No. Uji Pereaksi Hasil
4.Alkoloid
Flavanoid
Steroid/ terpenoid
Saponin - Mayer
-Wagner
-Dragendorf
-HCl p . a dan serbuk Mg
-H2SO4 p . a
-Aquadest Negatif
Negatif
Negatif
Warna kuning
Negatif
Ada busa
B.Pembahasan
Pada percobaan yang dilakukan dengan sampel daun lidah buaya untuk identifikasi alkaloid daun lidah buaya yang dirajang halus, ditambah kloroform dan disaring, diperoleh filtrat ditambah H2SO4 2 N. Dikocok kemudian pisahkan lapisan H2SO4 nya lalu dibagi atas tiga bagian masing-masing ditambah pereaksi mayer. Wagner dan dragendorf. Hasil yang diperoleh tidak ada terbentuk endapan. Berarti lidah buaya tidak mengandung alkaloid.
Pada identifikasi flavonoid, daun lidah buaya yang dirajang halus diekstrak dengan metanol dan dipanaskan, kemudian fitrat ditambah HCl p.a dan serbuk Mg, maka diperoleh hasilnya terjadi perubahan warna dari hijau menjadi kuning berarti daun lidah buaya mengandung flavonoid.
Untuk identifikasi Saponin/ uji busa, dan lidah buaya yang dirajang halus ditambah aquadest, lalu dipanaskan, dan didinginkan baru dikocok, diamkan ± 5 menit teryata terbentuk busa, berarti daun lidah buaya mengandung Saponin
BAB V
PENUTUP
A.Kesimpulan
Dari penelitian yang dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1.Daun lidah buaya tidak mengandung alkoloid dan terpenoid/ steroid.
2.Daun lidah buaya mengan flavonoid dan Saponin
3.Daun lidah buaya merupakan metabolit sekunder dan dapat dimanfaatkan untuk obat.
B.Saran
Berdasarkan pembahasan di atas, penulis menyarankan supaya makalah ini lebih disempurnakan dengan menjelaskan banyak hal yang berkaitan dengan senyawa organik bahan alam, dan manfaatnya dalam kehidupan.
DAFTAR PUSTAKA
Fessenden & Fessenden 1990. Kimia Organik, Terjemahan Hadyana Pudjaatmaja Jilid 1. Jkarta : Erlangga.
Fessenden & Fessenden 1990. Kimia Organik, Terjemahan Hadyana Pudjaatmaja Jilid 2. Jkarta : Erlangga.
Trevor Robinson. 1996. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi, Bandung ITB
http : PKUKM. Web. UKM. My/ tugasan/S2-99/a 68 681. htm.
http ://www. Toplirik. Com/baca artikel/220/Lidah Buaya%20Buayahtml,2006; semarang. Trims pak Mizi

Pegagan

Pegagan
HENNY DWI JAYANTI 2005/66964
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MTEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2007
BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Disekitar kita tumbuh berbagai tumbuhan. Ada tumbuhan yang berbunga, ada pula yang tidak. Ada yang terhampar di tanah seperti beludu, ada pula yang menempel di pohon seperti tanduk rusa. Ada yang batangnya dapat tumbuh membesar, adapula yang batangnya tidak dapat tumbuh membesar. Diantara tumbuhan ini adalah pegagan.
Pegagan (centella asiatica) merupakan tanaman liar yang banyak tumbuh di perkebunan, ladang, tepi jalan,. Pematang sawah ataupun di ladang yang agak basa. Tanaman ini berasal dari daerah Asia tropik, tersebar di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, India, Tiongkok, Jepang dan Australia kemudian menyebar ke berbagai negara-negara lain. Nama yang biasa dikenal untuk tanaman ini selain pegagan adalah daun kaki kuda dan antanan.
Pegagan merupakan tanaman herba tahunan yang tumbuh menjalar dan berbunga sepanjang tahun. Tanaman akan tumbuh subur bila tanah dan lingkungannya sesuai hingga dijadikan penutup tanah. Jenis pegagan yang banyak dijumpai adalah pegagan merah dan pegagan hijau. Pegagan merah dikenal juga dengan antanan kebun atau antanan batu karena banyak ditemukan di daerah bebatuan, kering dan terbuka. Pegagan merah tumbuh merembat dengan stolon (geragih) dan tidak mempunyai batang, tetapi mempunyai rhizoma (rimpang pendek).sedangkan geragan sering banyak dijumpai di daerah pesawahan dan disela-sela rumput. Tempat yang disukai oleh pegagan hijau yaitu tempat agak lembab dan terbuka atau agak ternaungi. Selain itu, tanaman yang mirip pegagan atau antanan ada empat jenis yaitu antanan kembang, antanan beurit, antanan gunung dan antanan air.
Pegagan berasa manis, bersifat mendinginkan, memiliki fungsi membersihkan darah, melancarkan peredaran darah, peluruh kencing (diuretika), penurun panas (antipiretika), menghentikan pendarahan (haermostatika), meningkatkan syaraf memori, anti bakteri, tonik, antispasma, antiinflamasi, hipotensis, insektisida, antialergi dan stimulun. Saponin yang ada menghambat produksi jaringan bekas luka yang berlebihan (menghambat terjadinya keloid).
Dengan demikian pegagan merupakan tumbuhan yang sangat bermanfaat untuk kehidupan. Disamping itu di pedesaan ada sebagian masyarakat mengkomsumsi pegagan sebagai sayuran atau lalapan.
Bertitik tolak dari ini maka penulis tertarik dan ingin mengetahui kandungan yang terdapat dalam pegagan. Penulis memberi judul paper ini adalah identifikasi senyawa organik bahan alam pada tumbuhan pegagan.
B. PERUMUSAN MASALAH
Bertitik tolak dari latar belakang diatas maka yang yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah apa saja kandungan biologi aktif yang terdapat pada tumbuhan pegagan (Cantella asation) dan apa saja kasiat dan manfaatnya bagi kehidupan.
C.BATASAN MASALAH
Untuk mengarahkan penelitian, maka penelitian ini dibatasi pada hal berikut :
a.Botani tumbuhan pegagan
b.Metabolik sekunder
D.TUJUAN PENULISAN
Adapuan tujuan dari penelitian ini adalah :
1.Untuk menentukan senyawa-senyawa kimia yang terkandung di dalam tumbuhan pegagan
2.Untuk mengetahui manfaat dan kasiat dari tumbuhan pegagan
3.Untuk memenuhi tugas praktikum kimia organi 2
E.MANFAAT PENULISAN
Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk :
1.Memberikan informasi tentang kandungan kimia yang terdapat pada tumbuhan pegagan
2.Memberikan informasi tentang kasiat dari tumbuhan pegagan
3.Sebagai bahan informasi untuk penelitian lebih lanjut tentang tumbuhan pegagan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.BOTANI TUMBUHAN
Pegagan merupakan tanaman herba tahunan yang tumbuh menjalar dan berbunga sepanjang tahun. Tanaman akan tumbuh subur bila tanah dan lingkungannya sesuai hingga dijadikan penutup tanah. Jenis pegagan yang banyak dijumpai adalah pegagan merah dan pegagan hijau. Pegagan merah dikenal juga dengan antanan kebun atau antanan batu karena banyak ditemukan di daerah bebatuan, kering dan terbuka. Pegagan merah tumbuh merambat dengan stolon (geragih) dan tidak mempunyuai batang, tetapi mempunyai rhizoma (rimpang pendek). Sedangkan pegagan hijau sering banyak dijumpai di daerah pesawahan dan disela-sela rumput. Tempat disukai oleh pegagan hijau yaitu tempat agak lembab dan terbuka atau agak ternaungi. Selain itu, tanaman yang mirip pegagan atau antanan ada empat jenis yaitu antanan kembang, antanan beurit, antanan gunung dan antanan air.
Tema, menahun, tidak berbatang, mempunyai rimpang pendek dan stolon-stolon yang merayap, panjang 10-80 cm, akar keluar dari setiap buku-buku, banyak percabangan yang membentuk tumbuhan baru, daun tunggal, bertangkai panjang, tersusun dalam roset akar yang terdiri dari 2-10 helai daun. Halaian daun berbentuk ginjal, tepi bergerigi atau beringgit, kadang agak berambut, diameter 1-07 cm. Bunga tersusun dalam karangan berupa payung, tunggal atau 3-5 bunga bersama-sama keluar dari ketiak daun, berwarna merah muda atau putih. Buah kecil bergantung, berbentuk lonjong, pipih, panjang 2-2,5 mm, baunya wangi dan rasanya pahit. Daunnya dapat dimakan sebagai lalap untuk penguat lambung. Pegagan dapat diperbanyak dengan pemisahan stolon dan biji.
Klasifiasi ilmiah
Kerajaan
Divisi
Kelas
Ordo
Familia
Genus
Spesies :Plantae
Spermatophyta
Dicotyledone
Umbillales
Umbillferae(Apiaceae)
Centella
C. asiatica dan Hydrocotyle asiatica
Gambar 1
Gambar 2.
Gambar 3
SIFAT DAN MAMFAAT
Tumbuhan hijau menjalar di permukaan tanah. Ia berbentuk ginjal dengan panjang tangkainya berukuran 20 CM. Bunganya kecil, kurang dari 3 mm dan berwarna merah jambu atau kemerahan.
Pegagan berasa manis, bersifat mendinginkan, memiliki fungsi membersihkan darah, melancarkan peredaran darah, peluruh kencing (diuretika), penurunan panas (antipiretika), menghentikan pendarahan (haemostatika), meningkatkan syaraf memori, anti bakteri, tonik, antispasma, antiinflamasi, hipotensif, insektisida, antialergi dan stimulun. Saponin yang ada menghambat produksi jaringan bekas luka yang berlebihan (menghambat terjadinya keloid).
Manfaat pegagan lainnya yaitu meningkatkan sirkulasi darah pada lengan dan kaki: mencegah varises dan salah urat; meningkatkan daya ingat, mental stamina tubuh; serta menurunkan gejala dan depresi.
KANDUNGAN
Pegagan mengandung bahan aktif seperti triterpenoid glikosida (terutama asiatikosida, asid asiatik, asid madecassik, madikassosida), flavenoids (kaemferol dan guercetin), volatile oils (vallerin, camphor, ciniole dan sterols tumbuhan seperti campesterol, stigmasterol, sitosterol), pektin, asid amino, alkaloid hydrocotyline, mysitol, asid bramik, asid centelik, asid isobrahmik, asid betulik, tanin serta garam mineral seperti kalium, natrium, magnesium, kalsium dan besi. Diduga glikosida triterpenoida yang disebut asiaticoside merupakan antilepra dan penyembuh luka yang sangat luar biasa. Zat vellarine yang ada memberikan rasa pahit.
KERACUNAN
Bahagian beracun : daun bahan aktif : asiaticoside, brahmoside, brahminoside, hydrocotylin, asid tanik dan bellarin.
Bahan lain : Thankuniside, asid inadecassik, madecassoside, madecassic acid dan asiatic acid.
Kasau Keracunan
Menyebabkan radang kulit atau dermatitis. Pada dosis yang tinggi tumbuhan ini boleh memberi kesan rangsangan pada otak dan menyebabkan sakit kepala, mengantuk dan koma. Asiaticoside mempunyai kesan karsino genik manakala brahmoside dan brahminoside pula mempunyai kesan sedatif.
B.METABOLIK SEKUNDER
Salah satu ciri organisme adalah tumbuh dan berkembang. Tumbuhan-tumbuhan dari kecil menjadi besar dan berkembang dari satu sel zigot menjadi embrio kemudian menjadi satu individu yang mempnyai akar, daun dan batang.
Dewasa ini yang dimaksud senyawa organik bahan alam adalah terbatas pada senyawa-senyawa yang dikenal sebagai metabolik sekunder. Senyawa metabolik adalah senyawa-senyawa hasil metabolisme sekunder, yang tidak terdapat secara merata dalam makhluk hidup dan ditemukan dalam jumlah yang sedikit. Umumnya terdapat pada semua organ tumbuhan (terutama tumbuhan tinggi), pada akar, kulit batang, daun bunga dan biji dan sedikit pada hewan.
Penggunaan tumbuhan sebagai obat, berkaitan dengan kandungan kimia yang terdapat dalam tumbuhan tersebut terutama zat bioaktif. Tampa adanya suatu senyawa bioaktif dalam tumbuhan secara umum tumbuhan itu tidak dapat digunakan sebagai obat. Senyawa bioaktif yang terdapat dalam tumbuhan biasanya merupakan senyawa metabolik sekunder seperti alkaloid, flavonoid, steroid, terpenoid, saponim dan lain-lain.
1.ALKALOID
Alkaloid termasuk senyawa organik bahan alam yang terbesar jumlahnya, baik segi jumlah senyawa maupun sebarannya dalam dunia tumbuhan. Alkaloid menurut Winsterstein dan Trier didefinisikan sebagai senyawa bersifat basa, mengandung atom Nitrogen berasal dari tumbuhan dan hewan,. Harborne dan Turner (1984) mengungkapkan bahwa tidak satupun definisi alkaloid yang memuaskan tetapi umumnya alkaloid adalah senyawa metabolit sekunder yang bersifat basa, yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen biasanya dalam cincin heterosiklik, dan bersifat aktif biologis menonjol.
Struktur alkoloid beraneka ragam, dari yang sederhana sampai yang rumit, dari efek biologisnya yang menyegarkan tubuh sampai toxis. Satu contoh yang sederhana, tetapi yang efek falinya tidak sederhana adalah nikotin. Nikotin dapat menyebabkan penyakit jantung, kanker paru-paru, kanker mulut, tekanan darah tinggi, dan gangguan terhadap kehamilan dan janin.
2.FLAVONOID
Flavonoid adalah suatu kelompok senyawa fenol yang terbanyak terdapat di alam. Senyawa ini bertanggung jawab zat warna merah, ungu, biru dan sebagian zat warna kuning dalam tumbuhan. Semua favonoid menurut strukturnya merupakan turunan senyawa induk “Flavon” yang nama sejenisnya flavonoid yang terbesar jumlahnya dan juga lazim ditemukan yang terdapat berupa tepung putih pada tumbuhan primula.
Sebagian flavonoid yang tedapat pada tumbuhan terikat pada molekul gula sebagai glukosida, dan dalam bentuk campuran jarang sekali dijumpai dalam bentuk senyawa tunggal. Disamping itu sering ditemukan campuran yang terdiri dari flavonoid yang berbeda kelas. Misalnya antosianin dalam mahkota hingga yang berwarna merah, hampir selalu disertai oleh flavon atau flavonol yang tidak berwarna. Dewasa ini diperkirankan telah berhasil diisolasi sekitar 3.000 senyawa flavonoid.
Flavonoid dalam tumbuhan mempunyai empat fungsi yaitu :
1.Sebagai pigmen warna
2.Fungsi fisiologi dan patalogi
3.Aktivitas farmakologi
4.Flavonoid dalam makanan
Aktivitas farmaklogi dianggap berasal dari rutin (glikosida flavonol) yang digunakan untuk menguatkan susunan kapiler, menurunkan permeabilitas dan fragilitas pembuluh darah, dan lain-lain.
3.SENYAWA TERPEN
Senyawa terpen, pada awalnya merupakan suatu golongan senyawa yang hanya terdiri dari atom C dan H, dengan perbandingan 5 : 8 dengan rumus empiris C5H8 (unit isoperna), yang bergabung secara heat to tail (kepala ekor). Oleh sebab itu senyawa terpen lazim disebut isoprenoid. Terpen dapat mengandung dua, tiga atau lebih suatu soperma. Molekul-molekulnya dapat berupa rantai terbuka atau siklik. Mereka dapat mengandung ikatan rangkap, gugus hidroksil, gugus karbonil atau gugus fungsional lain. Struktur mirip yang mengandung unsur-unsur lain disamping C dan H disebut terpenoid. Dewasa ini baik terpen maupun terpenoid dikelompokkan sebagai senyawa terpenoid (isoprenois).
Berdasakan jumlah unit isoterpena yang dikandungnya, senyawa terpenoid dibagi atas :
1.Monoterpen (dua unit isoprena)
2.Sekiterpen (tiga unit isoprena)
3.Diterpen (empat unit isoprena)
4.Triterpena (lima unit isoprena)
5.Tetraterpen (delapan unit isoprena)
6.Politerpena (banyak unit isoprena)
Monoterpen dan seski terpen adalah komponen utama minyak esendial (minyak atsiri) yang dapat diperoleh dengan penyulingan. Vitamin A adalah suatu diterpenoid, skualena (terdapat dalam ragi, kecambah gandum, dan minyak hati hiu) tergolong triterpenoid dan lanosterol (suatu komponen lanolin, yang diperoleh dari lemak wol). Kedua senyawa ini merupakan zat antara dalam biosintasis steroid. Karet alam merupakan suatu politerpena.
Biosintesis terpen adalah kondensasi ester secara enzimatik dari porsil-porsil asetil dari asetilkoenzime A. zat antara dalam pembentukan terpen adalah porofosfat (difosfat) dari asam mevalonat dan sepasang isopenteril alkohol.
4.STEROID
Steroid adalah kelompok senyawa yang mempunyai kerangka dasar siklo pentana perhidrofenantrena, mempunyai empat cincin terpadu. Senyawa-senyawa ini mempunyai efek fisiologis tertentu.
Beberapa steroid penting adalah kolesterol, yaitu steroid hewani yang terdapat paling meluas dan dijumpai pada hampir semua jaringan hewan. Batu kandung kemih dan kuning telur merupakan sumber yang kaya akan senyawa ini. Kolesterol merupakan zat antara yang diperlukan dalam biosisntesis hormon steroid, namun merupakan tak keharusan dalam amakanan, karena dapat dikaitkan dengan arterioksklerosis (pengerasan pembuluh darah), suatu keadaan dalam mana kolesterol dan lipid-lipid lain melapisi dinding dalam pembuluh darah. Suatu steroid yang berkaitan dengan kolesterol yaitu, 7-dehidrokolesterol, dijumpai dalam kulit, diubah menjadi vitamin D bila disinari dengan cahaya ultraviolet.
Hormon-hormon seks yang dihasilkan terutama pada testis dan indung telur adalah suatu steroid, hormon jantan disebut androgen dan hormon betina entrogen dan hormon kehamilan progesteron.
Saponin merupakan senyawa glikosida kompleks yaitu senyawa hasil kodensasi suatu gula dengan suatu senyawa hidroksil organik yang apabila dihidrolisis akan menghasilkan gula (glikon) dan non-gula (aglikon). Saponim ini terdiri dari dua kelompok : saponim triterpenoid dan saponin steroid. Saponim banyak digunakan dalam kehidupan manusia, salah satunya banyak terdapat dalam letak yang dapat digunakan untuk bahan pencuci kain (batik) dan sebagai shampo. Saponim dapat diperoleh dari tumbuhan melalui metoda ekstraksi
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Tempat Dan Waktu Penelitian
B.Penelitian ini dilakukan di laboratorium Penelitian Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Padang pada
Sampel yang digunakan adalah gagan (cantella asiatica) tanggal 23 November 2007.
Sampel Penelitian
Sampel yang digunakan adalah pegagan (centella asiatica )
C.Alat Dan Bahan
Alat-alat: Lumpung, pisau/gunting, plat tetes, tabung reaksi, pipet tetes, corong, pemanas, pasir halus bersih, kapas.
Bahan-bahan: Contoh/simplisia tumbuhan (akar, kulit batang, daun, bunga, buah atau biji), amoniak-klorofon 0,05N (1 ml. Amoniak dalam 250 ml klorofon), H2SO4 2N, pereaksi Mayer, pereaksi Wagner dan Dragendorf, matenol, asam sulfat pekat, serbuk Magnesiun.
D.Prosedur Kerja
1.Identifikasi alkaloid : metode culvenor-fitzgeraid.
Kira-kira 4 gram sampel segar dirajang halus dan digerus dalam lumpung dengan bantuan pasir halus, lalu ditambahkan kloroform sedikit, digerus lagi sampai membentuk pasta. Tambahkan 10 ml larutan anmonia-kloroform 0,05 N dan gerus lagi. Saring campuran ke dalam sebuah tabung reaksi kering. Tambahkan 5 ml larutan H2SO4 2 N, dan kocok kuat. Diamkan larutan sampai terbentuk dua lapisan.
Dengan menggunakan pipet yang telah diberi kapas pada ujungnya untuk menyaring, ambil lapisan asam sulfat dan masukkan ke dalam tabung reaksi kecil (lapisan klorofon disimpan untuk pengujian terperoid). Filtrat diuji dengan pereaksi mayer, Wagner, endapan coklat dengan pereksi Wagner atau endapan orange dengan pereaksi dragendorfl. Ono menunjukkan sampel mengandung alkaloid.
2.Identifikasi flavonoid ; shinoda test/sianidin test
Kira-kira 0,5 gram sampel yang telah dirajang halus, diekstrak dengan 5 ml methanol dan dipanaskan selama 5 menit dalam tabung raksi. Ekstarknya ditambahkan beberapa tetes asam klorida pekat dan sedikit serbuk magnesium. Bila terjadi perubahan warna menjadi merah/pink atau kuning menunjukkan sampel mengandung flovonoid.
3.Identifikasi steroid/terpenoid ; Meode lieherman-burchard.
Beberapa tetes lapisan kloroform pada uji alkaloid, ditempatkan pada plat tetes. Tambahkan 5 tetes anhidrida asetat dan biarkan mengering. Kemudian tambahkan 3 tetes H2SO4 pekat. Timbulmya warna merah jingga atau ungu menandakan uji positif terhadap trierpenoid, sedangkan warna biru menunjukkan uji positif terhadap trierpenoid, sedangkan warna biru menunjukkan uji positif untuk steroid.
4.Identifikasi saponin : uji basa
Untuk identifikasi saponin sebaiknya digunakan sampel yang sudah dikeringkan, karena test yang digunakan adalah test pembentukan busa. Bila sampel segar/basah dididihkan dengan ari suling, kemungkinan cairan sel akan membentuk basa bila dikocok. Caranya : sampel kering dirajang halus, dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan air suling, dididihkan selama 2-3 menit. Dinginkan, setelah dingin dikocok kuat-kuat. Ada busa yang stabil selama 5 menit berarti sampel mengandung saponin.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.Hasil
Uji Pereaksi Hasil
Alkoloid-Mayer
-Wagner
-Dragendrof -Tidak terjadi perubahan
-Terbentuk endapan putih
-Terbentuk endapan cokelat
-Test negatif terhadap alkoloid
Flanovoid Metanol, asam klorida pekat, dan serbuk magnesium. Tidak terjadi perubahan warna (pink/kuning)
Steroid/steperoid Klorofon, anhidrida asetat dan H2SO4 pekat Tidak terjadi perubahan warna (jingga/ungu dan biru)
Saponin Air suling Menimbulkan busa yang stabil selama 3 menit menandakan adanya saponin.
Tabel 1. Data hasil pengamatan
B.Pembahasan
Pada percobaan yang dilakukan, memberikan hasil bahwa :
1.Identifikasi alkolid
Idendifikasi ini menggunakan metode culvenol-fitzgerald, yang mana akan terjadi perubahan warna berdasarkan pereaksi-pereaksinya.
Pada percobaan terhadap tumbuhan pagagan. Tarnyata diperoleh hasil yang negatif terhadap pereaksi Mayer, Pereaksi Wagner, dan pereaksi Dragendorf. Seharusnya terhadap ketiga pereaksi ini memberikan tes yang positif yaitu terbentuk endapan putih, endapan cokelat dan endapan orange.
Berarti hasil yang diperoleh pada percobaan tidak sesuai dengan teori yang penulis dapatkan di Internet dan pada litartur. Jadi pada tes ini terjadi kesalahan yang mungkin disebabkan pada waktu percobaan tidak teliti dan hati-hati.
2.Identifikasi flavonoid.
Identifiakasi flanovoid menggunakan metode shinoda test/sianidin test. Yang mana akan dihasilkan perubahan warna merah/pink atau kuning. Pada pegagan memberikan tes negatif yaitu tidak terjadi perubahan karna. Seharusnya terjadi perbuahan warna. Hasil percobaan ini tidak sesuai dengan literatur yang ada. Hal ini disebabkan karena terjadi kesalahan peneliti pada waktu percobaan. Seperti penambahan perekasi yang berlebihan
3.Identifikasi Steorid /Terpenoid
Identifikasi steoroid/terpenoid menggunakan metoda Lieberman-Burchard, yang mana akan menhasilkan perbahan warna menjadi ungui/jingga menandakan uji positif untuk tripenoid dan warna biru menandakan tidak terjadi perubahan warna. Penelitian ini menunjukkan bahwa pegangan tidak menganduing steroid/terpenoid. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan literatur yaitu pegangan mengandung triterpenoid glikosida. Hal ini disebakan karena kesalahan peneliti sewaktu percobaan, seperti penambahan pereaksi yang berlebihan atau tidak sesuai.
4.Identifikasi saponin.
Identifikasi saponin yaitu dengan uji busa. Uji ini akan menghasilkan busa setelah sampel ditambah air lalu dipanask dan dikocok kuat. Hasil penelitian ini menujukkan bahwa pegangan mengandung saponin karena pada saat pengocokan menimbulkan busa yang stabil selamat +5 menit. Hasil peneliti ini sesuai dengan literatiur yaitu pegangan mengandung saponin.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan maka dapat disimpulkan :
1.Tumbuhan pegagan (Cantella asiatica) mengandung alkaloid yang ditandai dengan terjadinya perubahan warna jika filtrat pegagan di reaksikan dengan reagen Meyer terjadi perubahan warna dari hijau menjadi putih keruh, Warger menjadi coklat dan Dragendorf menjadi agak orange.
2.Tumbuhan pegagan (cantella asiatica) mengandung flavonoid yang diatanddai dnegan perubahan warna sampel dari hijau menjadi terang atau agak warna pink.
3.Tumbuhan pegagan (centella asiatica) mengandung flavonoid yang ditandai dengan pertumbuhan warna sampel dari hijau menjadi terang atau agak warna pink
4.Tumbuhan pegagan (Centella asiatica) tidak menagndung steroid/ terpenoid
5.Pada pecobaan ini terjadi kesalahan-kesalahan pada waktu mengidentifikasi kandungan dalam pegagan.
B.Saran
Peneltiian ini agar leibh banyak mengenal bahan biologi aktif yang terkandung di dalam tumbuhan dengan menggunkan pereaksi kimia maka penulis menyarankan :
1.Lebih banyak lagi identifikasi yang dilakkan pada tumbuhan agar lebih senyawa-senyawa kimia yang ditemukan.
2.Sampel harus dirajang halus kalau bisa digerus agar senyawa-senyawa yang terdapat di dalam sampel keluar dan pada saat penambahan pereaksi kimia harus hati-hati dan teliti agar hasilnya maksimal.
3.Peralatan yang ada dilaboratorium di tambah lebih banyak lagi terutama lumpang.
4.Sebaiknya pereaksi yang digunakan dibuat baru agar tidak terjadi banyak masalah pada waktu mengidentifikasi kandungan zat di dalam tumbuhan.
REFERENSI
Fessenden & fessenden. 1982. Kimia Organik Jilid II. Jakarta : Erlangga.
Hart, Harold. 1990. Kimia Organik. Jakarta : Erlangga
Tim Kimia Organik. 2007. Penuntun Praktikum Kimia Organik II. Padang : FMIPA UNP
http/google.com. 7 Desember 2007. Kadungan Pegagan
http/google.com. 7 Desember 2007. Pegagan.
http/google.com. 7 Desember 2007. Tanaman Obat Indonesia
Koesniobari, Soendoro. 1965. Apotik Hijau. Surabaya : Fakultas Kedokteran Universitas Air Langga. Trims pak Mizi

Automatic translation of this blog (Terjemahan Otomatis Blog ini)

Entri Populer

Lingkaran UNP Press