Senin, 15 Juli 2013

Sejarah Perkembangan Perpustakaan

Diramu oleh: Nasbahry Couto


Dengan ditemukannya bentuk-bentuk tulisan pada zaman dahulu, maka telah mulai dikenal juga perpustakaan. Perpustakaan pada mulanya didirikan di biara-biara dan candi-candi karena sebagian besar tulisan-tulisan itu berisi informasi tentang agama dan persembahyangan. Di Eropah, ide untuk mendirikan perpustakaan telah dirintis oleh bangsa Sumeria. Karya orang Sumeria tidak hanya terdiri hal-hal keagamaan saja, tetapi juga menghasilkan karya sosial, politik, filsafat dan kesusastraan. Bahan yang mereka gunakan untuk menulis adalah lempengan tanah liat (clay tablet). Hasil karya bangsa Sumeria ini dikumpulkan dan dilestarikan pada satu tempat yang kemudian disebut perpustakaan. Pada tahun 668 S.M. Perpustakaan Borsippa yang didirikan oleh Raja Ashur Banipal dari Asseria mempunyai koleksi 10.000 tablet yang terbuat dari tanah liat (clay tablet). Pada zaman Yunani orang sudah mulai mengenal alphabet. Demikianlah perkembangan perpustakaan sejalan dengan perkembangan tulisan, dan kebutuhan akan informasi. Dari masa ke masa semakin dirasakan manfaat kehadiran perpustakaan di tengah-tengah masyarakat. Dalam penyelenggaraan perpustakaanpun mengalami kemajuan sesuai dengan kemajuan teknologi masa ini.

Sejarah Perkembangan Buku

Diramu oleh : Nasbahry Couto





















Apa itu Buku, Buku adalah kumpulan kertas atau bahan lainnya yang dijilid menjadi satu pada salah satu ujungnya dan berisi tulisan atau gambar. Setiap sisi dari sebuah lembaran kertas pada buku disebut sebuah halaman. Seiring dengan perkembangan dalam bidang dunia informatika, kini dikenal pula istilah e-book atau buku-e (buku elektronik), yang mengandalkan komputer dan Internet (jika aksesnya online).

1. Sejarah Perkembangan Buku

Pada zaman kuno, tradisi komunikasi masih mengandalkan lisan. Penyampaian informasi, cerita-cerita, nyanyian, do’a-do’a, maupun syair, disampaikan secara lisan dari mulut ke mulut. Karenanya, hafalan merupakan ciri yang menandai tradisi ini. Semuanya dihafal. Kian hari, kian banyak saja hal-hal yang musti dihafal. Saking banyaknya, sehingga akhirnya mereka kuwalahan alias tidak mampu menghafalkannya lagi. Hingga, terpikirlah untuk menuangkannya dalam tulisan. Maka, lahirlah apa yang disebut sebagai buku kuno.

Automatic translation of this blog (Terjemahan Otomatis Blog ini)

Entri Populer

Lingkaran UNP Press