Senin, 20 Oktober 2008

Analisa kandungan dan khasiat Aloe vera


MARLENI SIREVIA 61678/2004
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG

A.Latar Belakang
Berbagai macam tumbuhan di dunia, sifat umum senyawa yang dijumpai, zat yang terkandung didalam tumbuhan tersebut sangat banyak dan mempunyai manfaat yang berbeda-beda.
Penggunaan tanaman sebagai bahan obat sangat semarak dugunakan, oleh karena itu, dalam hal itu maka sangat diharapkan penggunaan tanaman ini dapat dimanfaatkan sebagai mana harusnya.
Suatu cara yang dilakukan untuk mengetahui kandungan yang ada pada tumbuhan ini adalah dengan melakukan penelitian tentang senyawa organik yang terkandung dalam lidah buaya sehingga lidah buaya dapat dimanfaatkan dalam kehidupan.
B.Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui senyawa organik yang ada pada tanaman lidah buaya.
C.Batasan Masalah
Dalam makalah ini pembahasan dibatasi pada kandungan senyawa organik pada tanaman lidah buaya.
D.Manfaat Penulisan
Manfaat makalah ini adalah dapat memberikan informasi kepada pembaca tentang kandungan senyawa organik yang ada pada tanaman lidah buaya dan dapat dimanfaatkan dalam kehidupan.
TINJAUAN PUSTAKA
A.Botani Tumbuhan
Lidah buaya nama botaninya adalah Aloe vera, dengan famili Liliaceae kata orang tak kenal maka tidak cinta. Jika tidak kenal maka tidak ada gunanya. Aloe vera di tanam sebagai tanaman hias di rumah atau taman. Tumbuh di tempat yang berhawa panas.
Ciri-ciri tanaman Aloe vera :
1.Batang
Pendek, batang tidak tertutup oleh daun-daun yang rapat dan sebagian terbenam dalam tanah, herba ini mempunyai batang seperti pokok ubi keladi dengan ketinggian sampai 15 cm dan berdiameter 1 cm – 2 cm. Pada batang akan muncul anak/ tuntas. Batang Aloe vera bisa disetek untuk perbanyakan tanaman dari sisa tunggul yang sudah di pangkaspun akan muncul tunas.
2.Daun
Daun tanaman Aloe vera berwarna hijau, berkelompok-lompok kelabu, berbentuk pita dengan helaian yang memanjang berduri lembut di tepi daun, bersifat sukelen (banyak mengandung air) dan banyak mengandung lendir (gel) sebagai bahan obat sehingga daunnya tebal. Daun mencapai berat 0,5 – 1 kg, daun melingkar rapat disekeliling batang.
3.Bunga
Bunga aloe vera berwarna kuning atau kemerahan keluar dari ketiak daun, bunga panjangnya mencapai 1 meter.
4.Akar
Akar aloe vera berupa akar serabut yang pendek dan berada dipermukaan tanah, panjang 50 – 100 cm. Tanaman ini tumbuh pada tanah yang subur dan gembur.
Aloe vera mengandung beberapa jenis vitamin, zat galian, enzim dan antibiotik yang bermanfaat dalam bidang kesehatan antara :
-Mengobah sakit lemah buah pinggang
-Sakit perut/ gastrik -Tonik -Herba untuk wanita memperbaiki peranakan -Mengandung serat dan melambatkan rasa lapar (untuk diet)-Melicinkan kulit -Lendir kuning yang dikeringkan untuk pelawas -Obat kulit terkena air panas -Untuk Agar vera (bidang industri)
B.Metabolit Sekunder
Dewasa ini yang dimaksud senyawa organik bahan alam adalah terbatas pada senyawa-senyawa yang dikenal sebagai metabolit sekunder. Senyawa metabolit sekunder adalah senyawa-senyawa hasil metabolisme sekunder, yang tidak terdapat secara merata dalam makhluk hidup, dan ditemukan dalam jumlah yang sangat sedikit. Umumnya terdapat pada semua organ tumbuhan (terutama tumbuhan tinggi). Pada akar, kulit, batang, daun, bunga, buah, biji dan sedikit pada hewan.
Penggunaan tumbuhan sebagai obat, berkait dengan kandungan kimia yang terdapat dalam tumbuhan tersebut terutama zat bioaktif. Tanpa adanya suatu senyawa bioktif dalam tumbuhan, secara umum tumbuhan itu tidak dapat digunakan sebagai obat. Senyawa metabolit sekunder seperti alkaloid, flavonoid, steroid, terpenoid, saponin, dll.
Alkaloid termasuk senyawa organik bahan alam yang terbesar jumlahnya, baik dari segi jumlah senyawa maupun sebarannya dalam dunia tumbuhan. Alkohol menurut Winterstein dan trier didefinisikan sebagai senyawa yang bersifat basa, mengandung atom nitrogen berasal dari tumbuhan dan hewan. Harborne dan Turne (1984) mengungkapkan bahwa tidak satupun definisi alkoloid yang memuaskan, tetapai umumnya, alkaloid adalah senyawa metabolit sekunder yang bersifat basa, yang mengandung satu atau lebih nitrogen biasanya dalam cincin heterosiklik, dan bersifat aktif biologis menonjol.
Struktur alkaloid beraneka ragam dari yang sederhana sampai rumit dari efek biologisnya yang mengegarkan tubuh sampai toksik. Satu contoh yang sederhana, tetapai yang efeknya daalinya tridak sederhana adalah nikotina. Nikotoin dapat menyebabkan penyakit jantung, kanker paru-paru, kanker mulut, tekanan darah tinggi dan gangguan terhadap kehamilan dan janin.
Flavonoid adalah suatu kelompoj senyawa fenol yang terbanyak terdapat di alam. Senyawa-senyawa ini bertanggung jawab terhadap zat warna merah, unggu, biru, dan sebagaian zat warna kuning dalam tumbuhan. Semua flavonoid menurut strukturnya merupakan turunan senyawa induk “flavon” yakni nama sejenis flavonoid yang terbesar jumlahnya dan juga lazim ditemukan, yang terdapat terdapat berupa tepung putih pada tumbuhan primula.
Sebagian besar flavonoid yang pada tumbuhan terikat pada molekul gula sebagai glikosida dan dalam bentuk campuran, jarang sekali dijumpai berupa senyawa tunggal. Disamping itu sering ditemukan campuran yang terdiri dari flavonoid yang berbeda klas. Misalnya antosianin dalam mahkota bunga yang berwarna merah, hampir selalu disertai oleh flavon atau flavonol yang tak berwarna. Dewasa ini diperkirakan telah berhasil diisolasi sekitar 3.000 senyawa flavonoid.
Flavonoid dalam tumbuhan mempunyai empat fungsi : 1) Sebagai pigmen warna, 2) Fungsi fislologi dan patologi, 3) Aktivitas farmakologi, dan, 4) Flavonoid dalam makanan. Aktivitas farmakologi dianggap berasal dari rutin (glikosa flavonol) yang digunakan untuk menguatkan susunan kapiler, emnurunkan permeabilitas dan fragilitas pembuluh darah, dalam Gabor, et al menyatakan bahwa flavonoid dapat digunakan sebagai obat karena mempunyai bermacam-macam bioktivitas seperti antiinflamasi, antikanker, antifertilitas, antiviral, antidiabetes, antidepresant, diuretik dan lain-lain.
Senyawa terpen pada awalnya merupakan suatu golongan senyawa yang hanya terdiri dari atom C dan H, dengan perbandingan 5 : 8 dengan rumus empiris C5H8 (unit isoprena), yang bergabung secara head to tall (kepala-ekor). Oleh sebab itu senyawa terpen lazim disebut isoprenoid Terpenoid sama halnya dengan senyawa terpen tetapi mengandung gugus fungsi lain seperti gugus hidroksil, aldehid dan ketin. Dewasa ini baik terpen maupun terpenold dikelompokkan sebagai senyawa terpenold (isoprenois)
Contoh :
Berdasarkan jumlah unit isoprena yang dikandungnya, senyawa terpenoid dibagi atas : 1) Monoterpen (dua unit isoprena), 2) Seskiterpen (tiga unit isoprena), 3) Diterpena (empat unit isoprena), 4) Triterpena (enam unit isoprena), 5) Tetraterpena (delapan unit isoprena), dan 6) politerpena (banyak unit isoprena). Monotepen dan seskiler adalah komponen utama minyak esensial (minyak atsiri) yang dapat diperoleh dengan diperoleh dengan penyulingan. Vitamin A adalah suatu diterpenold, skualen tergolong triterpenoid yang dijumpai dalam mu=inyak hati ikan, karoten karoten pigmen dan kuning tergolong tetraterpen, lateks (karet alam) adalah politerpen.
Steroid adalah suatu kelompok senyawa yang mempunyai kerangka dasar siklopentanaperhidrofenantrena, mempunyai empat cincin terpadu. Senyawa-senyawa ini mempunyai efek fisiologis tertentu.
Beberapa steroid penting adalah kolesterol, yaitu sterroid hewani yang terdapat paling meluas dan dijumpai pada hampir semua jaringan hewan. Batu kandung kemih dan kuning telur merupakan sumber yang kaya akan senyawa ini. Hormon-homon seks yang dihasilkan terutama dalam testes dan indung telur adalah suatu steroid. Dan hormon kehamilan progestin.
Saponin merupakan senyawa glikosida kompleks yaitu senyawa hasil kondensasi suatu gula dengan suatu senyawa hidroksil organik yang apabila dihidrolisis akan menghasilkan gula (glikon) dan non-gula (aglikon). Saponin ini terdiri dari dua kelompok : saponin triteroenoid dan saponin sterroid. Saponin ini terdiri dari dua kelompok: sapoin triterpenoid dan saponin steroid. Saponin banyak digunakan dalam kehidupan manusia, salah satunya terdapat dapat lerak yang dapat digunakan untuk bahan pencuci kain (batik) dan sebagai shampoo. Saponin dapat diperoleh dari tumbuhan melalui metoda ekstraksi.
BAB III
METOLOGI PENELITIAN
A.Waktu: 23 November 2007
B.Sampel: Daun Lidah Buaya
C.Alat-alat dan Bahan
Lumpang, pisau/ gunting, plat tetes, tabung reaksi, pipet tetes, corong, pemanas, pasir halus bersih, kapas.
Bahan-bahan
Amoniak-kloroform 0,05N (1 mL amoniak dalam 250 ML kloroform), H2SO4 2 N, pereaksi Mayer pereaksi Wagner dan Dragendorf, metanol, asam sulfat pekat, anhidrida asetat, asam klorida pekat, serbuk Magnesium
D.Prosedur
Disarankan untuk mengidentifikasi senyawa-senyawa metabolit sekunder terhadap tumbuhan obat.
1.Identifikasi Alkohol : Metoda Culvenor-Fitzgeraid
-Kira-kira 4 gr sampel segar dirajang halus dan digerus dalam lumpang dengan bantuan pasir, lalu ditambahkan kloroform sedikit, digerus lagi sampai membentuk pasta.
-Tambahkan 10 mL larutan amoniak-kloroform 0,05 N dan digerus lagi. Sering campuran kedalam sebuah tabung reaksi kering.
-Tambahkan 5 mL larutan H2SO4 2 N dan kocok kuat. Diamlan larutan sampai terbentuk dua lapisan
-Dengan menggunakan pipet yang telah diberi kapas pada ujungnya untuk menyaring, ambil lapisan asam sulfat dan masukkan kedalam tabung reaksi kecil (Lap. Kloroform disimpan untuk pengujian terpenoid).
-Filtrat di uji dengan pereaksi Mayer, Wagner dan Dragendorf. Terbentuknya endapan putih atau keruh dengan pereaksi Mayer, endapan coklat dengan peraksi Wagner atau endapan orange dengan pereaksi Dragendorf menunjukkan sampel mengandung alkaloid.
2. Identifikasi Flavoid : Shinoda test/sianidin test
Kira-kira 0,5 gram sampel yang telah dirajang halus, diekstrak dengan 5 mL metanol dan dipanaskan selama 5 menit dalam tabung reaksi. Ekstraknya ditambahkan beberapa tetes asam klorida pekat dan sedikit serbuk magneslum..
Bila terjadi perubahan warna menjadi merah/pink atau kuning menunjukkan sampel mengandung flavoid.
3. Identifikasi steroid/ terpenolf : Metode Lieberman-Burchard.
Beberapa tetes lapisan kloroform pada uji alkaloid, ditempatkan pada plat tetes. Tambahkan 5 tetes anhidrida asetat dan biarkan mengering. Kemudian tambahkan 3 tetes H2SO4 pekat. Timbulnya warna merah.
HASIL & PEMBAHASAN
A. Hasil
Tabel Hasil Penelitian
No. Uji Pereaksi Hasil
4.Alkoloid
Flavanoid
Steroid/ terpenoid
Saponin - Mayer
-Wagner
-Dragendorf
-HCl p . a dan serbuk Mg
-H2SO4 p . a
-Aquadest Negatif
Negatif
Negatif
Warna kuning
Negatif
Ada busa
B.Pembahasan
Pada percobaan yang dilakukan dengan sampel daun lidah buaya untuk identifikasi alkaloid daun lidah buaya yang dirajang halus, ditambah kloroform dan disaring, diperoleh filtrat ditambah H2SO4 2 N. Dikocok kemudian pisahkan lapisan H2SO4 nya lalu dibagi atas tiga bagian masing-masing ditambah pereaksi mayer. Wagner dan dragendorf. Hasil yang diperoleh tidak ada terbentuk endapan. Berarti lidah buaya tidak mengandung alkaloid.
Pada identifikasi flavonoid, daun lidah buaya yang dirajang halus diekstrak dengan metanol dan dipanaskan, kemudian fitrat ditambah HCl p.a dan serbuk Mg, maka diperoleh hasilnya terjadi perubahan warna dari hijau menjadi kuning berarti daun lidah buaya mengandung flavonoid.
Untuk identifikasi Saponin/ uji busa, dan lidah buaya yang dirajang halus ditambah aquadest, lalu dipanaskan, dan didinginkan baru dikocok, diamkan ± 5 menit teryata terbentuk busa, berarti daun lidah buaya mengandung Saponin
BAB V
PENUTUP
A.Kesimpulan
Dari penelitian yang dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1.Daun lidah buaya tidak mengandung alkoloid dan terpenoid/ steroid.
2.Daun lidah buaya mengan flavonoid dan Saponin
3.Daun lidah buaya merupakan metabolit sekunder dan dapat dimanfaatkan untuk obat.
B.Saran
Berdasarkan pembahasan di atas, penulis menyarankan supaya makalah ini lebih disempurnakan dengan menjelaskan banyak hal yang berkaitan dengan senyawa organik bahan alam, dan manfaatnya dalam kehidupan.
DAFTAR PUSTAKA
Fessenden & Fessenden 1990. Kimia Organik, Terjemahan Hadyana Pudjaatmaja Jilid 1. Jkarta : Erlangga.
Fessenden & Fessenden 1990. Kimia Organik, Terjemahan Hadyana Pudjaatmaja Jilid 2. Jkarta : Erlangga.
Trevor Robinson. 1996. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi, Bandung ITB
http : PKUKM. Web. UKM. My/ tugasan/S2-99/a 68 681. htm.
http ://www. Toplirik. Com/baca artikel/220/Lidah Buaya%20Buayahtml,2006; semarang. Trims pak Mizi

Pegagan

Pegagan
HENNY DWI JAYANTI 2005/66964
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MTEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2007
BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Disekitar kita tumbuh berbagai tumbuhan. Ada tumbuhan yang berbunga, ada pula yang tidak. Ada yang terhampar di tanah seperti beludu, ada pula yang menempel di pohon seperti tanduk rusa. Ada yang batangnya dapat tumbuh membesar, adapula yang batangnya tidak dapat tumbuh membesar. Diantara tumbuhan ini adalah pegagan.
Pegagan (centella asiatica) merupakan tanaman liar yang banyak tumbuh di perkebunan, ladang, tepi jalan,. Pematang sawah ataupun di ladang yang agak basa. Tanaman ini berasal dari daerah Asia tropik, tersebar di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, India, Tiongkok, Jepang dan Australia kemudian menyebar ke berbagai negara-negara lain. Nama yang biasa dikenal untuk tanaman ini selain pegagan adalah daun kaki kuda dan antanan.
Pegagan merupakan tanaman herba tahunan yang tumbuh menjalar dan berbunga sepanjang tahun. Tanaman akan tumbuh subur bila tanah dan lingkungannya sesuai hingga dijadikan penutup tanah. Jenis pegagan yang banyak dijumpai adalah pegagan merah dan pegagan hijau. Pegagan merah dikenal juga dengan antanan kebun atau antanan batu karena banyak ditemukan di daerah bebatuan, kering dan terbuka. Pegagan merah tumbuh merembat dengan stolon (geragih) dan tidak mempunyai batang, tetapi mempunyai rhizoma (rimpang pendek).sedangkan geragan sering banyak dijumpai di daerah pesawahan dan disela-sela rumput. Tempat yang disukai oleh pegagan hijau yaitu tempat agak lembab dan terbuka atau agak ternaungi. Selain itu, tanaman yang mirip pegagan atau antanan ada empat jenis yaitu antanan kembang, antanan beurit, antanan gunung dan antanan air.
Pegagan berasa manis, bersifat mendinginkan, memiliki fungsi membersihkan darah, melancarkan peredaran darah, peluruh kencing (diuretika), penurun panas (antipiretika), menghentikan pendarahan (haermostatika), meningkatkan syaraf memori, anti bakteri, tonik, antispasma, antiinflamasi, hipotensis, insektisida, antialergi dan stimulun. Saponin yang ada menghambat produksi jaringan bekas luka yang berlebihan (menghambat terjadinya keloid).
Dengan demikian pegagan merupakan tumbuhan yang sangat bermanfaat untuk kehidupan. Disamping itu di pedesaan ada sebagian masyarakat mengkomsumsi pegagan sebagai sayuran atau lalapan.
Bertitik tolak dari ini maka penulis tertarik dan ingin mengetahui kandungan yang terdapat dalam pegagan. Penulis memberi judul paper ini adalah identifikasi senyawa organik bahan alam pada tumbuhan pegagan.
B. PERUMUSAN MASALAH
Bertitik tolak dari latar belakang diatas maka yang yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah apa saja kandungan biologi aktif yang terdapat pada tumbuhan pegagan (Cantella asation) dan apa saja kasiat dan manfaatnya bagi kehidupan.
C.BATASAN MASALAH
Untuk mengarahkan penelitian, maka penelitian ini dibatasi pada hal berikut :
a.Botani tumbuhan pegagan
b.Metabolik sekunder
D.TUJUAN PENULISAN
Adapuan tujuan dari penelitian ini adalah :
1.Untuk menentukan senyawa-senyawa kimia yang terkandung di dalam tumbuhan pegagan
2.Untuk mengetahui manfaat dan kasiat dari tumbuhan pegagan
3.Untuk memenuhi tugas praktikum kimia organi 2
E.MANFAAT PENULISAN
Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk :
1.Memberikan informasi tentang kandungan kimia yang terdapat pada tumbuhan pegagan
2.Memberikan informasi tentang kasiat dari tumbuhan pegagan
3.Sebagai bahan informasi untuk penelitian lebih lanjut tentang tumbuhan pegagan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.BOTANI TUMBUHAN
Pegagan merupakan tanaman herba tahunan yang tumbuh menjalar dan berbunga sepanjang tahun. Tanaman akan tumbuh subur bila tanah dan lingkungannya sesuai hingga dijadikan penutup tanah. Jenis pegagan yang banyak dijumpai adalah pegagan merah dan pegagan hijau. Pegagan merah dikenal juga dengan antanan kebun atau antanan batu karena banyak ditemukan di daerah bebatuan, kering dan terbuka. Pegagan merah tumbuh merambat dengan stolon (geragih) dan tidak mempunyuai batang, tetapi mempunyai rhizoma (rimpang pendek). Sedangkan pegagan hijau sering banyak dijumpai di daerah pesawahan dan disela-sela rumput. Tempat disukai oleh pegagan hijau yaitu tempat agak lembab dan terbuka atau agak ternaungi. Selain itu, tanaman yang mirip pegagan atau antanan ada empat jenis yaitu antanan kembang, antanan beurit, antanan gunung dan antanan air.
Tema, menahun, tidak berbatang, mempunyai rimpang pendek dan stolon-stolon yang merayap, panjang 10-80 cm, akar keluar dari setiap buku-buku, banyak percabangan yang membentuk tumbuhan baru, daun tunggal, bertangkai panjang, tersusun dalam roset akar yang terdiri dari 2-10 helai daun. Halaian daun berbentuk ginjal, tepi bergerigi atau beringgit, kadang agak berambut, diameter 1-07 cm. Bunga tersusun dalam karangan berupa payung, tunggal atau 3-5 bunga bersama-sama keluar dari ketiak daun, berwarna merah muda atau putih. Buah kecil bergantung, berbentuk lonjong, pipih, panjang 2-2,5 mm, baunya wangi dan rasanya pahit. Daunnya dapat dimakan sebagai lalap untuk penguat lambung. Pegagan dapat diperbanyak dengan pemisahan stolon dan biji.
Klasifiasi ilmiah
Kerajaan
Divisi
Kelas
Ordo
Familia
Genus
Spesies :Plantae
Spermatophyta
Dicotyledone
Umbillales
Umbillferae(Apiaceae)
Centella
C. asiatica dan Hydrocotyle asiatica
Gambar 1
Gambar 2.
Gambar 3
SIFAT DAN MAMFAAT
Tumbuhan hijau menjalar di permukaan tanah. Ia berbentuk ginjal dengan panjang tangkainya berukuran 20 CM. Bunganya kecil, kurang dari 3 mm dan berwarna merah jambu atau kemerahan.
Pegagan berasa manis, bersifat mendinginkan, memiliki fungsi membersihkan darah, melancarkan peredaran darah, peluruh kencing (diuretika), penurunan panas (antipiretika), menghentikan pendarahan (haemostatika), meningkatkan syaraf memori, anti bakteri, tonik, antispasma, antiinflamasi, hipotensif, insektisida, antialergi dan stimulun. Saponin yang ada menghambat produksi jaringan bekas luka yang berlebihan (menghambat terjadinya keloid).
Manfaat pegagan lainnya yaitu meningkatkan sirkulasi darah pada lengan dan kaki: mencegah varises dan salah urat; meningkatkan daya ingat, mental stamina tubuh; serta menurunkan gejala dan depresi.
KANDUNGAN
Pegagan mengandung bahan aktif seperti triterpenoid glikosida (terutama asiatikosida, asid asiatik, asid madecassik, madikassosida), flavenoids (kaemferol dan guercetin), volatile oils (vallerin, camphor, ciniole dan sterols tumbuhan seperti campesterol, stigmasterol, sitosterol), pektin, asid amino, alkaloid hydrocotyline, mysitol, asid bramik, asid centelik, asid isobrahmik, asid betulik, tanin serta garam mineral seperti kalium, natrium, magnesium, kalsium dan besi. Diduga glikosida triterpenoida yang disebut asiaticoside merupakan antilepra dan penyembuh luka yang sangat luar biasa. Zat vellarine yang ada memberikan rasa pahit.
KERACUNAN
Bahagian beracun : daun bahan aktif : asiaticoside, brahmoside, brahminoside, hydrocotylin, asid tanik dan bellarin.
Bahan lain : Thankuniside, asid inadecassik, madecassoside, madecassic acid dan asiatic acid.
Kasau Keracunan
Menyebabkan radang kulit atau dermatitis. Pada dosis yang tinggi tumbuhan ini boleh memberi kesan rangsangan pada otak dan menyebabkan sakit kepala, mengantuk dan koma. Asiaticoside mempunyai kesan karsino genik manakala brahmoside dan brahminoside pula mempunyai kesan sedatif.
B.METABOLIK SEKUNDER
Salah satu ciri organisme adalah tumbuh dan berkembang. Tumbuhan-tumbuhan dari kecil menjadi besar dan berkembang dari satu sel zigot menjadi embrio kemudian menjadi satu individu yang mempnyai akar, daun dan batang.
Dewasa ini yang dimaksud senyawa organik bahan alam adalah terbatas pada senyawa-senyawa yang dikenal sebagai metabolik sekunder. Senyawa metabolik adalah senyawa-senyawa hasil metabolisme sekunder, yang tidak terdapat secara merata dalam makhluk hidup dan ditemukan dalam jumlah yang sedikit. Umumnya terdapat pada semua organ tumbuhan (terutama tumbuhan tinggi), pada akar, kulit batang, daun bunga dan biji dan sedikit pada hewan.
Penggunaan tumbuhan sebagai obat, berkaitan dengan kandungan kimia yang terdapat dalam tumbuhan tersebut terutama zat bioaktif. Tampa adanya suatu senyawa bioaktif dalam tumbuhan secara umum tumbuhan itu tidak dapat digunakan sebagai obat. Senyawa bioaktif yang terdapat dalam tumbuhan biasanya merupakan senyawa metabolik sekunder seperti alkaloid, flavonoid, steroid, terpenoid, saponim dan lain-lain.
1.ALKALOID
Alkaloid termasuk senyawa organik bahan alam yang terbesar jumlahnya, baik segi jumlah senyawa maupun sebarannya dalam dunia tumbuhan. Alkaloid menurut Winsterstein dan Trier didefinisikan sebagai senyawa bersifat basa, mengandung atom Nitrogen berasal dari tumbuhan dan hewan,. Harborne dan Turner (1984) mengungkapkan bahwa tidak satupun definisi alkaloid yang memuaskan tetapi umumnya alkaloid adalah senyawa metabolit sekunder yang bersifat basa, yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen biasanya dalam cincin heterosiklik, dan bersifat aktif biologis menonjol.
Struktur alkoloid beraneka ragam, dari yang sederhana sampai yang rumit, dari efek biologisnya yang menyegarkan tubuh sampai toxis. Satu contoh yang sederhana, tetapi yang efek falinya tidak sederhana adalah nikotin. Nikotin dapat menyebabkan penyakit jantung, kanker paru-paru, kanker mulut, tekanan darah tinggi, dan gangguan terhadap kehamilan dan janin.
2.FLAVONOID
Flavonoid adalah suatu kelompok senyawa fenol yang terbanyak terdapat di alam. Senyawa ini bertanggung jawab zat warna merah, ungu, biru dan sebagian zat warna kuning dalam tumbuhan. Semua favonoid menurut strukturnya merupakan turunan senyawa induk “Flavon” yang nama sejenisnya flavonoid yang terbesar jumlahnya dan juga lazim ditemukan yang terdapat berupa tepung putih pada tumbuhan primula.
Sebagian flavonoid yang tedapat pada tumbuhan terikat pada molekul gula sebagai glukosida, dan dalam bentuk campuran jarang sekali dijumpai dalam bentuk senyawa tunggal. Disamping itu sering ditemukan campuran yang terdiri dari flavonoid yang berbeda kelas. Misalnya antosianin dalam mahkota hingga yang berwarna merah, hampir selalu disertai oleh flavon atau flavonol yang tidak berwarna. Dewasa ini diperkirankan telah berhasil diisolasi sekitar 3.000 senyawa flavonoid.
Flavonoid dalam tumbuhan mempunyai empat fungsi yaitu :
1.Sebagai pigmen warna
2.Fungsi fisiologi dan patalogi
3.Aktivitas farmakologi
4.Flavonoid dalam makanan
Aktivitas farmaklogi dianggap berasal dari rutin (glikosida flavonol) yang digunakan untuk menguatkan susunan kapiler, menurunkan permeabilitas dan fragilitas pembuluh darah, dan lain-lain.
3.SENYAWA TERPEN
Senyawa terpen, pada awalnya merupakan suatu golongan senyawa yang hanya terdiri dari atom C dan H, dengan perbandingan 5 : 8 dengan rumus empiris C5H8 (unit isoperna), yang bergabung secara heat to tail (kepala ekor). Oleh sebab itu senyawa terpen lazim disebut isoprenoid. Terpen dapat mengandung dua, tiga atau lebih suatu soperma. Molekul-molekulnya dapat berupa rantai terbuka atau siklik. Mereka dapat mengandung ikatan rangkap, gugus hidroksil, gugus karbonil atau gugus fungsional lain. Struktur mirip yang mengandung unsur-unsur lain disamping C dan H disebut terpenoid. Dewasa ini baik terpen maupun terpenoid dikelompokkan sebagai senyawa terpenoid (isoprenois).
Berdasakan jumlah unit isoterpena yang dikandungnya, senyawa terpenoid dibagi atas :
1.Monoterpen (dua unit isoprena)
2.Sekiterpen (tiga unit isoprena)
3.Diterpen (empat unit isoprena)
4.Triterpena (lima unit isoprena)
5.Tetraterpen (delapan unit isoprena)
6.Politerpena (banyak unit isoprena)
Monoterpen dan seski terpen adalah komponen utama minyak esendial (minyak atsiri) yang dapat diperoleh dengan penyulingan. Vitamin A adalah suatu diterpenoid, skualena (terdapat dalam ragi, kecambah gandum, dan minyak hati hiu) tergolong triterpenoid dan lanosterol (suatu komponen lanolin, yang diperoleh dari lemak wol). Kedua senyawa ini merupakan zat antara dalam biosintasis steroid. Karet alam merupakan suatu politerpena.
Biosintesis terpen adalah kondensasi ester secara enzimatik dari porsil-porsil asetil dari asetilkoenzime A. zat antara dalam pembentukan terpen adalah porofosfat (difosfat) dari asam mevalonat dan sepasang isopenteril alkohol.
4.STEROID
Steroid adalah kelompok senyawa yang mempunyai kerangka dasar siklo pentana perhidrofenantrena, mempunyai empat cincin terpadu. Senyawa-senyawa ini mempunyai efek fisiologis tertentu.
Beberapa steroid penting adalah kolesterol, yaitu steroid hewani yang terdapat paling meluas dan dijumpai pada hampir semua jaringan hewan. Batu kandung kemih dan kuning telur merupakan sumber yang kaya akan senyawa ini. Kolesterol merupakan zat antara yang diperlukan dalam biosisntesis hormon steroid, namun merupakan tak keharusan dalam amakanan, karena dapat dikaitkan dengan arterioksklerosis (pengerasan pembuluh darah), suatu keadaan dalam mana kolesterol dan lipid-lipid lain melapisi dinding dalam pembuluh darah. Suatu steroid yang berkaitan dengan kolesterol yaitu, 7-dehidrokolesterol, dijumpai dalam kulit, diubah menjadi vitamin D bila disinari dengan cahaya ultraviolet.
Hormon-hormon seks yang dihasilkan terutama pada testis dan indung telur adalah suatu steroid, hormon jantan disebut androgen dan hormon betina entrogen dan hormon kehamilan progesteron.
Saponin merupakan senyawa glikosida kompleks yaitu senyawa hasil kodensasi suatu gula dengan suatu senyawa hidroksil organik yang apabila dihidrolisis akan menghasilkan gula (glikon) dan non-gula (aglikon). Saponim ini terdiri dari dua kelompok : saponim triterpenoid dan saponin steroid. Saponim banyak digunakan dalam kehidupan manusia, salah satunya banyak terdapat dalam letak yang dapat digunakan untuk bahan pencuci kain (batik) dan sebagai shampo. Saponim dapat diperoleh dari tumbuhan melalui metoda ekstraksi
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Tempat Dan Waktu Penelitian
B.Penelitian ini dilakukan di laboratorium Penelitian Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Padang pada
Sampel yang digunakan adalah gagan (cantella asiatica) tanggal 23 November 2007.
Sampel Penelitian
Sampel yang digunakan adalah pegagan (centella asiatica )
C.Alat Dan Bahan
Alat-alat: Lumpung, pisau/gunting, plat tetes, tabung reaksi, pipet tetes, corong, pemanas, pasir halus bersih, kapas.
Bahan-bahan: Contoh/simplisia tumbuhan (akar, kulit batang, daun, bunga, buah atau biji), amoniak-klorofon 0,05N (1 ml. Amoniak dalam 250 ml klorofon), H2SO4 2N, pereaksi Mayer, pereaksi Wagner dan Dragendorf, matenol, asam sulfat pekat, serbuk Magnesiun.
D.Prosedur Kerja
1.Identifikasi alkaloid : metode culvenor-fitzgeraid.
Kira-kira 4 gram sampel segar dirajang halus dan digerus dalam lumpung dengan bantuan pasir halus, lalu ditambahkan kloroform sedikit, digerus lagi sampai membentuk pasta. Tambahkan 10 ml larutan anmonia-kloroform 0,05 N dan gerus lagi. Saring campuran ke dalam sebuah tabung reaksi kering. Tambahkan 5 ml larutan H2SO4 2 N, dan kocok kuat. Diamkan larutan sampai terbentuk dua lapisan.
Dengan menggunakan pipet yang telah diberi kapas pada ujungnya untuk menyaring, ambil lapisan asam sulfat dan masukkan ke dalam tabung reaksi kecil (lapisan klorofon disimpan untuk pengujian terperoid). Filtrat diuji dengan pereaksi mayer, Wagner, endapan coklat dengan pereksi Wagner atau endapan orange dengan pereaksi dragendorfl. Ono menunjukkan sampel mengandung alkaloid.
2.Identifikasi flavonoid ; shinoda test/sianidin test
Kira-kira 0,5 gram sampel yang telah dirajang halus, diekstrak dengan 5 ml methanol dan dipanaskan selama 5 menit dalam tabung raksi. Ekstarknya ditambahkan beberapa tetes asam klorida pekat dan sedikit serbuk magnesium. Bila terjadi perubahan warna menjadi merah/pink atau kuning menunjukkan sampel mengandung flovonoid.
3.Identifikasi steroid/terpenoid ; Meode lieherman-burchard.
Beberapa tetes lapisan kloroform pada uji alkaloid, ditempatkan pada plat tetes. Tambahkan 5 tetes anhidrida asetat dan biarkan mengering. Kemudian tambahkan 3 tetes H2SO4 pekat. Timbulmya warna merah jingga atau ungu menandakan uji positif terhadap trierpenoid, sedangkan warna biru menunjukkan uji positif terhadap trierpenoid, sedangkan warna biru menunjukkan uji positif untuk steroid.
4.Identifikasi saponin : uji basa
Untuk identifikasi saponin sebaiknya digunakan sampel yang sudah dikeringkan, karena test yang digunakan adalah test pembentukan busa. Bila sampel segar/basah dididihkan dengan ari suling, kemungkinan cairan sel akan membentuk basa bila dikocok. Caranya : sampel kering dirajang halus, dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan air suling, dididihkan selama 2-3 menit. Dinginkan, setelah dingin dikocok kuat-kuat. Ada busa yang stabil selama 5 menit berarti sampel mengandung saponin.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.Hasil
Uji Pereaksi Hasil
Alkoloid-Mayer
-Wagner
-Dragendrof -Tidak terjadi perubahan
-Terbentuk endapan putih
-Terbentuk endapan cokelat
-Test negatif terhadap alkoloid
Flanovoid Metanol, asam klorida pekat, dan serbuk magnesium. Tidak terjadi perubahan warna (pink/kuning)
Steroid/steperoid Klorofon, anhidrida asetat dan H2SO4 pekat Tidak terjadi perubahan warna (jingga/ungu dan biru)
Saponin Air suling Menimbulkan busa yang stabil selama 3 menit menandakan adanya saponin.
Tabel 1. Data hasil pengamatan
B.Pembahasan
Pada percobaan yang dilakukan, memberikan hasil bahwa :
1.Identifikasi alkolid
Idendifikasi ini menggunakan metode culvenol-fitzgerald, yang mana akan terjadi perubahan warna berdasarkan pereaksi-pereaksinya.
Pada percobaan terhadap tumbuhan pagagan. Tarnyata diperoleh hasil yang negatif terhadap pereaksi Mayer, Pereaksi Wagner, dan pereaksi Dragendorf. Seharusnya terhadap ketiga pereaksi ini memberikan tes yang positif yaitu terbentuk endapan putih, endapan cokelat dan endapan orange.
Berarti hasil yang diperoleh pada percobaan tidak sesuai dengan teori yang penulis dapatkan di Internet dan pada litartur. Jadi pada tes ini terjadi kesalahan yang mungkin disebabkan pada waktu percobaan tidak teliti dan hati-hati.
2.Identifikasi flavonoid.
Identifiakasi flanovoid menggunakan metode shinoda test/sianidin test. Yang mana akan dihasilkan perubahan warna merah/pink atau kuning. Pada pegagan memberikan tes negatif yaitu tidak terjadi perubahan karna. Seharusnya terjadi perbuahan warna. Hasil percobaan ini tidak sesuai dengan literatur yang ada. Hal ini disebabkan karena terjadi kesalahan peneliti pada waktu percobaan. Seperti penambahan perekasi yang berlebihan
3.Identifikasi Steorid /Terpenoid
Identifikasi steoroid/terpenoid menggunakan metoda Lieberman-Burchard, yang mana akan menhasilkan perbahan warna menjadi ungui/jingga menandakan uji positif untuk tripenoid dan warna biru menandakan tidak terjadi perubahan warna. Penelitian ini menunjukkan bahwa pegangan tidak menganduing steroid/terpenoid. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan literatur yaitu pegangan mengandung triterpenoid glikosida. Hal ini disebakan karena kesalahan peneliti sewaktu percobaan, seperti penambahan pereaksi yang berlebihan atau tidak sesuai.
4.Identifikasi saponin.
Identifikasi saponin yaitu dengan uji busa. Uji ini akan menghasilkan busa setelah sampel ditambah air lalu dipanask dan dikocok kuat. Hasil penelitian ini menujukkan bahwa pegangan mengandung saponin karena pada saat pengocokan menimbulkan busa yang stabil selamat +5 menit. Hasil peneliti ini sesuai dengan literatiur yaitu pegangan mengandung saponin.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan maka dapat disimpulkan :
1.Tumbuhan pegagan (Cantella asiatica) mengandung alkaloid yang ditandai dengan terjadinya perubahan warna jika filtrat pegagan di reaksikan dengan reagen Meyer terjadi perubahan warna dari hijau menjadi putih keruh, Warger menjadi coklat dan Dragendorf menjadi agak orange.
2.Tumbuhan pegagan (cantella asiatica) mengandung flavonoid yang diatanddai dnegan perubahan warna sampel dari hijau menjadi terang atau agak warna pink.
3.Tumbuhan pegagan (centella asiatica) mengandung flavonoid yang ditandai dengan pertumbuhan warna sampel dari hijau menjadi terang atau agak warna pink
4.Tumbuhan pegagan (Centella asiatica) tidak menagndung steroid/ terpenoid
5.Pada pecobaan ini terjadi kesalahan-kesalahan pada waktu mengidentifikasi kandungan dalam pegagan.
B.Saran
Peneltiian ini agar leibh banyak mengenal bahan biologi aktif yang terkandung di dalam tumbuhan dengan menggunkan pereaksi kimia maka penulis menyarankan :
1.Lebih banyak lagi identifikasi yang dilakkan pada tumbuhan agar lebih senyawa-senyawa kimia yang ditemukan.
2.Sampel harus dirajang halus kalau bisa digerus agar senyawa-senyawa yang terdapat di dalam sampel keluar dan pada saat penambahan pereaksi kimia harus hati-hati dan teliti agar hasilnya maksimal.
3.Peralatan yang ada dilaboratorium di tambah lebih banyak lagi terutama lumpang.
4.Sebaiknya pereaksi yang digunakan dibuat baru agar tidak terjadi banyak masalah pada waktu mengidentifikasi kandungan zat di dalam tumbuhan.
REFERENSI
Fessenden & fessenden. 1982. Kimia Organik Jilid II. Jakarta : Erlangga.
Hart, Harold. 1990. Kimia Organik. Jakarta : Erlangga
Tim Kimia Organik. 2007. Penuntun Praktikum Kimia Organik II. Padang : FMIPA UNP
http/google.com. 7 Desember 2007. Kadungan Pegagan
http/google.com. 7 Desember 2007. Pegagan.
http/google.com. 7 Desember 2007. Tanaman Obat Indonesia
Koesniobari, Soendoro. 1965. Apotik Hijau. Surabaya : Fakultas Kedokteran Universitas Air Langga. Trims pak Mizi

Automatic translation of this blog (Terjemahan Otomatis Blog ini)

Entri Populer

Lingkaran UNP Press