Rabu, 27 Mei 2009

Analisa dan khasiat daun salam

Sri handayani 66990 / 2005 PENDIDIKAN KIMIA NR
Universitas Negeri Padang


2.1 Botani Tumbuhan
Tanaman daun salam dapat ditemukan dari dataran rendah sampai pegunungan dengan ketinggian 1800 m diatas permukaan laut. Pohon salam yang biasanya tumbuh liar dihutan dan pegunungan bisa mencapai ketinggian 25 meter dan lebar pohon 1,3 meter. Pohon salam juga dapat tumbuh dipekarangan – pekarangan rumah dengan keadaan tanah yang gembur.
Daun rasanya kelat dan astrigen, daun salam biasa dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia sebagai pelengkap bumbu dapur, digunakan dalam masakan sebagai penambah aroma. Selain daun yang dipakai senagai bumbu, kulit pohonnya biasa dipakai sebagai bahan pewarna jala atau anyaman bambu. Perbanyakan tumbuhan ini bisa dilakukan dengan biji, cangkok atau stek.
Ditinjau dari kajian saintifik juga, daun salam mengandung sejenis minyak atsiri ayng dapat menegah pertumbuhan berbagai bakteri. Untuk tujuan pengobatab tradisional, bagian yang digunakan adalah daun, selain itu kulit, batang, akar, dan buah juga berkahsiat sebgai obat.
Daun salam mengandung minyak atsiri (sitral, eugenol), tanin dan flavonoid. Dengan kromatografi lapis tipis disimpulkan bahwa minyak atsiri daun salam dari seskuiterpen lakton yang mengandung fenol. Konsentrasi terkecil minyaka atsiri yang mampu menghambat pertumbuhan E. Coli adalah 40% sedangkan terhadap S. Areus sekitar 5%. Uji mikrobiologi dengan menggunakan metode cakram menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun salam dapat menghambat bakteri E. Coli, Vibrio Chaera, Salmonela sp dan ekstrak air daun salam memiliki efek hipoglikemik (menurunkan kadar gula).

Klasifikasi Ilmiah
Kingdom : Plantae (tumbuhan)
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Myrtales
Familia : Myrtaceae
Genus : Syzygium
Spesies : Syzygium polyanthum Wigh Walp
Gambar 1. Daun Salam

Khasiat untuk obat
• Menurunkan kadar kolesterol darah yang tinggi
Cuci 10-15g daun salam segar sampai bersih, lalu rebus dalam 3 gelas air sampai tersisa 1 gelas. Setelah dingin, saring dan air saringannya diminum sekaligus di malam hari. Lakukan pengobatan ini setiap hari.

• Sakit maag
Daun salam segar sebanyak 15-20 lembar dicuci bersih. Rebus dengan 1/2 liter air sampai mendidih selama 15 menit. Tambahkan gula enau secukupnya. Setelah dingin, minum airnya sebagai teh. Lakukan setiap hari sampai rasa perih dan penuh dilambung hilang.

• Diare
Cuci 15 lembar daun salam segar samapi bersih. Tambahkan 2 gelas air, lalu rebus sampai mendidih (Selama 15 menit). Selanjutnya masukkan sedikit garam. Setelah dingin, saring dan air saringannya diminum sekaligus.

• Kencing manis
Cuci 7-15 lembar daun salam segar, lau rebus dalam 3 gelas air samapai tersisa 1 gelas. Setelah dingin, saring dan air saringannya diminum sekaligus sebelum makan. Lakukan sehari 2 kali.

• Khasiat lainnya : mengatasi asam urat yang tinggi, stroke, melancarkan peredaran darah,radang hidung, gatal – gatal dan mabuk alkohol.

2.2 Senyawa Metabolit Sekunder
a. Alkaloid
Alkaloid menurut Winterstein dan Trier didefinisikan sebagai senyawa yang bersifat basa, mengandung atom nitrogen yang berasal dari tumbuhan dan hewan. Alkaloid seringkali beracun bagi manusia dan banyak yang mempunyai kegiatan fisiologi yang menonjol, jika digunakan secara luas dalam bidang pengobatan. Alkaloid biasanya tidak bewarna, seringkali bersifat optis aktif, kebanyakan berbentuk kristal hanya sedikit yang berbentuk cairan (misalnya nikotina) pada suhu kamar.
Secara umum, golongan senyawa alkaloid mempunyai sigat – sifat sebagai berikut :
a. Biasanya merupakan kristal tak bewarna, tidak mudah menguap, tidak larut dalam air, larut dalam pelarut organik seperti etanol, eter dan kloroform.
b. Bersifat basa, pada umumnya beberapa pahit, bersifat racun, mempunyai efek fisiologis secara optis aktif.
c. Dapat membentuk endapan dengan larutan asam fosfowolframat, asam fosfomolibdat, asam pikrat, kalium merkuriiodida dan lain sebagainya. Dari endapan – endapan ini, banyak juga yang memiliki bentuk kristal yang khusus sehingga sangat bermanfaat dalam identifikasinya.
Senyawa alkaloid dapat diklasifikasikan dari gugus fungsi yang dikandungnya : (Rangke, 1998 : 133)
a. Alkaloid feniletamin, misalnya efedrin.
b. Alkaloid pirolidin, misalnya higrin dari koka.
c. Alkaloid piridin, misalnya asam nikotinat.
d. Alkaloid perpaduan pirolidindan piridin, misalnya nikotin.
e. Alkaloid kuinolin, misalnya kuinin.
f. Alkaloid isokuinolin, misalnya papaverin.
g. Alkaloid fenantrena, misalnya emetin.
h. Alkaloid indole yang masih dapat digolong – golongkan menjadi :
a) Alkaloid sederhana, misalnya triptamin.
b) Alkaloid ergot, misalnya serotonin.
c) Alkaloid hermala, misalnya β-karbolin.
d) Alkaloid yahimbe, misalnya reserpin.
e) Alkaloid strychnos, misalnya brusin dan strinkin.

b. Flavonoid
Flavonoid adalah suatu kelompok yang termasuk ke dalam senyawa fenol yang terbanyak dialam, senyawa-senyawa flavonoid ini bertanggung jawab terhadap zat warna ungu, merah, biru dan sebagian zat warna kuning dalam tumbuhan. Berdasarkan strukturnya senyawa flavonoid merupakan turunan senyawa induk “flavon” yakni nama sejenis flavonoid yang terbesar jumlahnya dan lazim ditemukan, yang terdapat berupa tepung putih pada tumbuhan primula.
Sebagian besar flavonoid yang terdapat pada tumbuhan terikat pada molekul gula sebagai glikosida, dan dalam bentuk campuran, jarang sekali dijumpai berupa senyawa tunggal. Disamping itu sering ditemukan campuran yang terdiri dari flavonoid yang berbeda kelas.
Flavonoid dalam tumbuhan mempunyai empat fungsi :
a) Sebagai pigmen warna
b) Fungsi patologi dan sitologi
c) Aktivitas farmakologi
Dianggap berasal dari rutin (glikosida flavonol) yang digunakan untuk menguatkan susunan kapiler, menurunkan permeabilitas dan fragilitas pembuluh darah dll. Gabor et al menyatakan bahwa flavonoid dapat digunakan sebagai obat karena mempunyai bermacam – macam bioaktivitas seperti antiinflamasi, antikanker, antifertilitas, antiviral, antidiabetes, antidepresant, diuretik dll.
d) Flavonoid dalam makanan.

c. Terpenoid
Banyak tumbuhan (bunga, daun, buah, biji atau akar) yang berbau harum. Bau harum itu berasal dari senyawa yang terdiri dari 10 dan 15 karbon yang disebt terpen. Golongan senyawa ini dapat dipisahkan dari tumbuhan sumbernya melalui destilasi uap atau secara ekstraksi dan dikenal dengan nama minyak atsiri. Beberapa contoh minyak atsiri, misalnya minyak yang diperoleh dari cengkeh, bunga mawar, serai (sitronela), cukaliptus, pepermint, kamfe, sedar (tumbuhan cedrus) dan terpentin. Senyaea organik bahan alam golongan minyak atsiri sangat banyak digunakan dalam industri wangi – wangian (perfumery), makanan dan obat – obatan.
Senyawa terpen pada awalnya merupakan suatu golongan senyawa yang hanya terdiri dari atom C dan H, dengan perbandingan 5 : 8 dengan rumus empiris C5H8 (unit isopren), yang bergabung secara head to tail (kepala – ekor). Terpenoid sama halnya dengan senyawa terpen tapi mengandung gugus fungsi lain seperti gugus hidroksil, aldehid dan keton. Dewasa ini terpen maupun terpenoid dikelompokkan sebagai senyawa terpenoid ( isoprena).
Berdasarkan jumlah unit isoprena yang dikandungnya, senyawa terpenoid terbagi atas :
a. Monoterpena (dua unit isoprena)
b. Seskuiterpena (tiga unit isoprena)
c. Diterpena (empat unit isoprena)
d. Triterpena (enam unit isoprena)
e. Tetraterpena (delapan unit isoprena)
Monoterpen dan seskuiterpen adalah komponen utama minyak essensial (minyak atsir) yang dapat diperoleh dengan penyulingan. Vitamin A adalah suatu diterpenoid, skualen tergolong triterpenoid yang dijumpai dalam minyak atsiri hati ikan, karoten – karoten pigmen merah dan kuning tergolong tetraterpen, lateks (karet alam ) adalah politerpen.

d. Steroid
Secara sederhana steroid dapat dioartkan sebagai kelas senyawa organik bahan alam yang kerangka strukturnya terdiri dari androstan (siklopentanofenantren), mempunyai empat cincin terpadu. Senyawa ini mempunyai efek fisiologis tertentu.
Sebagian besar dari steroid mempunyai sifat sebagai berikut:
• Mengandung gugus fungsi oksigen (sebagai = O atau OH) pada C3
• Mengandung gugus samping pada C17
• Banyak yang mengandung ikatan rangkap C4 – C5 atau C5 – C6
Beberapa steroid penting adalah kolesterol, yaitu steroid hewani yang terdapat paling meluas dan dijumpai pada hampir semua jaringan hewan. Batu kandung kemih dan kuning telur merupakan sumber yang kaya akan senyawa ini. Hormon-hormon seks yang dihasilkan terutama dalam testes dan indung man seks yang dihasilkan terutama dalam testes dan indung telur adalah suatu steroid. Hormon jantan disebut androgen dan hormon betina estrogen, dan hormon kehamilan progestin.

e. Saponin
Saponin merupakan suatu senyawa glikosida kompleks yaitu senyawa hasil kondensasi suatu gula dengan suatu senyawa hidroksil organik yang apabila dihidrolisis akan menghasilkan gula (glikon) dan non-gula (aglikon), saponin ini terdiri dari dua kelompok : saponin triterpenoid dan saponin steroid. Saponin banyak digunakan untuk bahan pencucui kain (batik) dan sebagai shampo. Saponin dapat diperoleh dari tumbuhan melalui metode ekstraksi.
Pembahasan
1. Identifikasi Alkaloid
Pada identifikasi alkaloid ini digunakan metoda Culvenor – Fitzgerald. Filtrat yang diperoleh dengan cara marajang halus dan menggerus sampel dalam lumpang kemudian ditambahkan amoniak – kloroform 0,05 N, larutan H2SO4 diuji dengan beberapa pereaksi (Mayer, Wagner dan Dragendorf). Berdasakan data yang diperoleh, diketahui bahwa daun salam tidak mengandung alkaloid. Hal ini ditunjukkan dengan tidak terbentuknya endapan putih keruh dengan pereaksi Mayer atau endapan coklat dengan pereaksi Wagner dan endapan orange dengan pereaksi Dragendor. Hal ini sesuai dengan literatur yang ada.



2. Identifikasi Flavonoid
Pada identifikasi flavonoid, sampel juga dirajang halus kemudian di ekstrak dengan metanol dan dipanaskan selama 5 menit. Ketika pada penambahan berikutnya yaitu penambahan beberapa tetes asam klorida dan sedikit serbuk Mg. Pada tabung reaksi yang dipanaskan terlihat perubahan warna menjadi merah, akibat dari sampel yang telah dirajang halus bewarna hijau ditambah metanol yang larutannya bening dan dingin. Keduanya bereaksi dalam tabung reaksi yang dipanaskan beberapa menit, reaksi keduanya terbentuklah perubahan earna menjadi merah. Flavonoid mempunyai banyak fungsi seperti : sebagai pigmen warna, fungsi fisiologi dan patologi, fungsi farmakologi dan flavonoid dalam makanan, antiflamasi, antikanker, antifertilitas, antiviral, antidiabetes, antidepresant, diuretik dll.

3. Identifikasi steroid/terpenoid
Pada identifikasi steroid, lapisan kloroform yang diperoleh pada uji alkaloid ditempatkan pada plat tetes dan dikeringkan. Kemudian ditambahkan 3 tetes H2SO4 pekat. Pada percobaan diperoleh warna biru pada plat tetes. Untuk melihat warna biru pada plat tetes membutuhkan waktu pengeringan yang cukup lama, terbentuknya warnapun akan lama. Pembentukkan warna biru dapat diamati pada bagian pinggir lingkaran bagian plat tetesnya. Saat benar – benar kering baru ditambah H2SO4 barulah tampak warna birunya. Hasil ini menunjukkan bahwa daun salam mengandung steroid dan menunjukkan bahwa daun salam tidak mengandung terpenoid.

4. Identifikasi Saponin
Pada identifikasi saponin, dilakukan dengan menggunakan sampel yang telah dikeringkan untuk kemudian dihaluskan. Lalu ditambahkan dengan air suling dan dididihkan selama 2 – 3 menit. Lalu didinginkan, setelah dingin di kocok kuat – kuat. Pada pengocokkan yang dilakukan terbentuk busa. Namun busa yang terbentuk tidak permanen, karena busa tersebut cepat hilang. Adanya busa yang tidak permanen tersebut menunjukkan bahwa daun salam tidak mengandung saponin.
5.1 Kesimpulan
Dari percobaan diatas dapat disimpulkan bahwa daun salam mengandung berbagai senyawa – senyawa kimia bermanfaat seperti flavonoid dan steroid.
Senyawa – senyawa yang dikandung daun salam ini dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan kesehatan. Penggunaan daun salam dalam bidang kesehatan adalah untuk pengobatan, kolesterol tinggi, kening manis, tekanan darah tinggi, radang lambung, maag, diare dll.
Senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada daun salam adalah flavonoid dan steroid, hal ini dapat dibuktikan dengan tes positif saat melakukan percobaan.

5.2 Saran
Untuk paper ini disarankan dalam pengidentifikasikan senyawa – senyawa dalam daun salam bila harus menggunakan tanaman yang segar, diharapkan diambil beberapa saat sebelum pengidentifikasian. Tidak dibiarkan selama berjam – jam karena bisa saja senyawa yang sebenarnya ada dalam tanaman tidak teridentifikasi karena senyawanya sudah rusak. Namun selain itu, praktikan juga harus teliti dalam mengidentifikasi senyawa organik senyawa organik bahan alam.
Fessenden, Fessenden. 1982. Kimia Organik Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
L. Tobing, M.Sc., Rangke. 1989. Kimia Bahan Alam. Jakarta: Depdikbud.
Muhlisah, Ir. Fauziah. 1996. Tanaman Obat Keluarga. Jakarta : Penebar Swadaya.
Tim Kimia Organik. 2007. Penuntun Pratikum Kimia Organik 2. Padang: FMIPA UNP.

Selasa, 26 Mei 2009

MEMBUAT ZAT NONKOMERSIAL



1. Asam Sulfit, H2SO3 (Sulfurous acid)
Jenuhi air dengan gas belerang dioksida (SO2)2.
2. Fosfor Merah
Fosfor merah komersial selalu terkon-taminasi dengan asam-asam hasil. Didihkan 15 menit dalam air suling, biarkan mengen-dap. Endapan dilewatkan ke corong buchner dan cuci dengan air panas dua atau tiga kali, dekantasi. Terakhir fosfor dipindahkan semua-nya ke corong buchner sampai cucian netral. Keringkan pada suhu 100oC dan simpan dalam desikator atau dalam botol kedap ber-tutup rapat.
3. Natrium asetat anhdrat, CH3COONa
Kristal natrium asetat trihidrat, CH3COONa.3H2O dipanaskan dalam kastrol, atau cetakan besi atau cawan nikel di atas nyala kecil langsung. Garam pertama kali akan melebur, uapnya akan tersebar, dan massa padat akan segera terbentuk karena keba-nyakan air dari kristalisasi akan hilang. Pin-dahkan air residu, padatan dipanaskan dengan hati-hati dengan suatu nyala besar, burner (nyala) dibiarkan konstan sampai padat dan mulai mencair. Harus berhati-hati, karena padatan tak boleh panas berlebihan. Leburan garam dibiarkan mengeras dan pindahkan dari bejana selagi hangat dengan pisau atau benda lain yang sesuai. Zat itu secepat mungkin ditepungkan dan disim-pan dalam botol kedap. Jika leburan garam natrium asetat komersial tersedia, harus dicairkan dan bentuk leburan dijaga beberapa menit dalam upaya menghilangkan air yang diserap selama penyimpanan.
4. Natrium Sulfida anhidrat, Na2S
Garam natrium sulfida nonahidrat Na2S.9H2O dipanaskan dalam labu suling pyrex atau dalam retort dalam suatu pengukus hydrogen atau nitrogen water cease. Adonan padat natrium sulfida dipindahkan dari bejana dengan alat dari kawat tembaga atau alat yang sesuai. Jangan sampai membuat lebu-ran dari natrium sulfida bersuhu tinggi yang siap teroksidasi, menjadi natrium sulfat.
5. Natrium Sulfida
JenuhJenuhi larutan NaOH dengan gas H2S. Buat gas hidrogen sulfida di dalam pesawat kipt atau generator gas dengan mencam-purkan pirit (FeS) dan HCl agak pekat (4M) atau asam sulfat. Alirkan gas ini ke larutan NaOH hingga jenuh (bewarna kuning).
6. Perak nitrat AgNO3
Satu diantara bahan kimia yang mahal adalah perak nitrat. Sisa larutan perak nitrat jangan dibuang, tetapi dikumpul-kan dalam botol tertentu. Setelah cukup banyak, larutan ini diolah untuk memperoleh kembali peraknya. Mengolah Larutan Perak ke dalam sisa larutan perak ditambahkan asam klorida, sehingga peraknya diendapkan sebagai perak klorida. Endapan perak klorida AgCl ini disaring dan dicuci dengan air panas. Kemudian endapan AgCl dicampur dengan asam klorida HCl dan butir-butiran seng. AgCl direduksi menjadi bubuk perak Ag yang bewarna hitam. Bubuk Ag ini disaring dan dicuci.
Mengubah Ag menjadi AgNO3
Dalam pinggan porselen dilarutkan AgNO3 dengan NHO3 encer. Panaskan di atas penangas air sehingga larutan menjadi pekat dan terbentuk kristal-kristal. Pemanasan diteruskan sampai hampir kering. Hentikan pemanasan dan simpanlah pinggan dan isinya di tempat gelap dan jagalah jangan sampai kena debu. Setelah 1 atau 2 hari pisahkan kristal AgNO3 dari cairan yang masih ada. Pindahkan hasilnya ke dalam botol coklat dan simpan dalam eksikator yang dibungkus kertas hitam. Ini dilakukan karena kristal AgNO3 mudah terurai jika kena cahaya atau kotoran.
7. Stano klorida anhidrat, SnCl2
Kristal stano klorida dihidrat SnCl2.2H2O dipanaskan satu jam di dalam penangas minyak pada suhu 195.200oC, dinginkan, leburan ini akan menepung, dan disimpan dalam desikator atau dalam desikator atau dalam botol kedap bertutup rapat. Hasil produk ini walaupun aman setiap saat, namun tidak terjamin.
Prosedur berikut memberikan suatu produk yang lebih baik.Dalam beker 400 ml masukkan 102 g (89,5 ml = 1 mol) redestilat anhidrida asetat dan 123 g (0,5 mol) stano klorida pro analisa (murni) yang ditambahkan sambil diaduk cairan-nya dengan cara sederhana atau dengan pengaduk mekanis, dehidratasi terjadi spontan. Selanjutnya dikerjakan di lemari asam selagi masih panas dipindahkan dan anhidrida asetat boleh dipanaskan. Setelah satu jam, stano klorida anhidrat disaring di atas corong buchner atau corong kaca masir. Dicuci bebas dari asam asetat dengan dua porsi 30 ml bebas air dan keringkan semalam lebih dalam disektor vacum. Stano klorida anhidrat dapat disimpan dalam jangka tak tentu dalam desikator, dapat juga dimasukkan ke dalam botol kedap bertutup rapat.
8. Tembaga serbuk
100 g Cu rekristalled kufri sulfat, dilarutkan dalam beker 1 liter berair panas 350 ml, diaduk dengan pengaduk mekanik (boleh magnetic stirrer). Setelah dingin pengaduk diset gerakannya dari tingkat yang tinggi, dan 35 g (atau lebih jika perlu) serbuk seng ditam-bahkan berangsur-angsur sampai larutan tak berwarna. Endapan Tembaga dicuci dengan cara enap tuangn (dekantasi) dengan air. Tambahkan asam klorida encer 5% ke endapan untuk memindahkan kelebihan seng, dan aduk terus sampai perubahan dari hidrogen ceases. Serbuk Tembaga disaring, cuci dengan air dan simpan dalam keadaan berair (pasta) dalam botol kedap bertutup rapat.

B. MEMURNIKAN PELARUT ORGANIK

1. Membuat pelarut bebas air antara lain sebagai berikut.

Alkohol (Etanol) Absolut
Panaskan kristal terusi dalam oven pada suhu 110oC atau kufri sulfatanhidrus (sebentar) hingga putih. Masukkan ke dalam alkohol tersebut, masukkan lagi sampai kristal CuSO4 ini tak berubah lagi jadi biru (tetap putih).
2. Cuka Biang (asam asetat glassial = 100%)
Dinginkan cuka yang akan dibebaskan (biasa-nya dari perdagangan 98%) pada suhu 0oC lalu pisahkan es dari cuka.
3. Kloroform Bebas Air.
Masukkan kristal MgSO4 excise ke dalam kloroform, biarkan 24 jam kemudian disuling.







Gambar alat penyuling biasa
5. Metanol Bebas Air
Tambahkan bubuk CaO kering ke dalam metanol, biarkan 24 jam, kemudian disuling
6. Benzen Bebas Air
Untuk membuat benzen bebas air juga dilakukan dengan cara yang sama. Tambahkan bubuk CaO kering ke dalam benzena, biarkan 24 jam, kemudian disuling
Gambar alat destilasi biasa

2. Destilasi
Destilasi biasa umumnya digunakan untuk memisahkan campuran cairan yang mempunyai titik didih berjauhan sedangkan untuk mempunyai titik didih berdekatan bisa digunakan destilasi terfraksi. Destilasi biasa yang dilengkapi dengan labu destilasi dan pendingin.
Destilasi biasa atau destilasi vakum biasa digunakan untuk memurnikan zat pelarut teknis, seperti metanol teknis, etanol teknis, eter teknis, heksan teknis dan beberapa pelarut organik lainnya.

































Gambar Destilasi vakum dengan alat rotary evaporator

Destilasi terfraksi dilengkapi dengan kolom fraksionasi selain pendingin. Kadang-kadang kita harus memisahkan suatu zat yang pada titik didihnya akan terurai ataupun rusak, untuk ini kita dapat mendestilasikannya dengan menggunakan sistim vacuum. Pada destilasi ini tekanan di dalam labu destilasi dikurangi, dengan menggunakan pompa isap, yang menyebabkan zat yang akan dides-tilasi mendidih di bawah titik didihnya.

Alat Laboratorium

Penggunaan Alat Laboratorium




Penggunaan Alat
Sebelum praktikum pilihlah alat-alat yang dibutuhkan selengkapnya sesuai dengan kapasitas, kegunaan, ketelitian yang diperlukan. Ketelitian alat maupun kapasitasnya berbeda-beda, begitu pun jenisnya. Ada alat yang sama kapasitasnya namun tingkat ketelitiannya tidak sama, atau cara mengoperasikannya ada yang konvensional dan ada yang serba automatis. Kalau alat yang Anda butuhkan tidak tersedia, maka Anda dapat saja memodifikasikan dari alat yang ada (jika perlu).
Sebelum mulai memakai alat tersebut, Anda teliti dulu apakah masih utuh, setnya lengkap, masih berfungsi, jika alat kaca apakah tidak retak, jika alat elektronik berapa voltasenya, jika masih ada lihat pula petunjuk pengoperasian dan cara mereperasinya.

A. PIPET DAN PENGGUNAANNYA
Pipet digunakan untuk memindahkan volume tertentu suaru cairan dalam juralah yang sedikit. Ada dua macam pipet yang banyak digunakan di dalam laboratorium, yaitu pipet ukur dan pipet volumetrik.
1) Pipet Ukur
Pipet ukur terdiri atas pipa kaca yang diberi skala Ujung bagian atas pipa atau ujung untuk mengisap cairan dibuat lebih kecil, sedangkan ujung bagian bawah dibuat runcing dengan lubarig yang kecil untuk memperlambat keluarnya zat cair.
Pipet ukur digunakan untuk memperoleh berbagai volume cairan dalam jumlah yang sedikit. Pipet ukur yang seringkali digunakan adalah pipet ukur berkapasitas: 5, 10, dan 25 ml.
Kalibrasi pipet ukur umumnya kurang teliti. Untuk pekerjaan kuantitatif sebaiknya digunakan buret, yang mempunyai kalibrasi yang tepat.



2) Pipet Volumetrik
Pipet volumetrik berbentuk silinder pendek yang pada kedua ujungya disambung denpa pipa panjang yang lebih kecil diametemya. Pada pipet volumetrik hanya ada saru garis tanda batas volume yang melingkar padr batang bagian atas (bagian untuk mengisap) dan ujung pipa bagian bawah dibuat runcing seperti pada pipet ukur. Pipet volumetrik dikali-brasi untuk memindahkan cairan dengan volume tertentu dengan teliti.
Pipet volumetrik dibuat dengan kapasitas: 1, 2, 5, 10, 20, 2 5, 50, dan 100 ml. Pipet dengan volume 5, 10, dan 25 ml yang sering digunakan. Gambar Piper volum/ pipet gondok. Pada pemakaiannya pipet volu-metrik harus dibilas terlebih dahulu dengan sedikit larutan yang akan dipindahkan. Kemudian larutan untuk membilas itu dikeluar-kan lagi seluruhnya. Bila digunakan pipet yang baru, dicuci sebelum dipakai. Pipet itu dicelup-kan ke dalam larutan telalu dalam di dalam larutan.
Batang pipet jangan pada waktu mengisap larutan ke dalam pipet. Selama mengisap cairan harus dijaga juga agar ujung pipet tatap berada di dalam larutan. Bila pada waktu mengisap ujung pipet keluar dari larutan maka larutan akan masuk ke dalam mulut. Mengisap larutan lerlalu kuat juga menyebabkan larutan masuk ke dalam mulut. Untuk cairan yang bersifat racun atau korosif digunakan pengisap pipet. Larutan diisap di dalam pipet volumetrik sampai Kira-kira 1 cm di atas tanda batas volume. Kemudian dengan cepat batang pipet bagian atas ditutup dengan ujung jari telunjuk yang kering.
Tetesan air masih tersisa di ujung harus ditiup keluar, atau lebih baik diisap dengan kertas saring. Dengan kertas saring bagian bawah pipet dikeringkan. Selanjutnya larutan dialirkan ke luar deagan mengurangi tekanan pada ujung jari sampai meniskus cairan berimpit dengan tanda batas volume. Pipet harus dipegang vertikal dan tanda batas volume berada pada ketinggian yang sama dengan mata kita. Jika terdapat tetes-an larutan yang menggantung pada ujung pipet, tetesan ini disingkirkan dengan menyentuhkan ujung pipet pada suatu alat gelas.

Selanjutnya larutan dialirkan ke dalam bejana penerima dengan kedudukan pipet vertikal dan ujung pipet menyentuh pada dinding bejana. Bila aliran cairan telah selesai, ujung pipet tetap dibiarkan bersentuhan dengan dinding bejana selama 10-15 detik untuk mengalirkan sisa larutan cairan yang masih tersisa dalam ujung pipet tidak boleh dicelupkan ke dalam bejana penerima.
Prosedur mengisi dan mengosongkan pipet yang diuraikan di atas telah direkomendasikan sebagai prosedur standar dan digunakan pada kalibrasi pipet.
Sebuah pipet tidak akan memberikan suatu volume yang konstan jika dikosongkan terlalu cepat. Lubang keluar pada ujung pipet harus sedemikian rupa ukurannya hingga wakru yang diperlukan untuk mengo-songkannya sekitar 20 detik untuk pipet 20 ml, 30 detik untuk pipet 25 ml, dan 35 detik untuk pipet 50 ml.
Selesai dipakai, pipet segera dicuci bersih dan diletakkan pada rak khusus. Pipet yang kotor atau yang berminyak dapat dibersihkan dengan cara meren-damnya selama semalam dalam larutan asam kromat.
B. LABU UKUR DAN PENGGUNAANNYA
Labu ukur atau labu volumetrik adalah sebuah bejana gelas yang beralas datar, berbentuk buah peer, dan berleher panjang yang relatif sempit.
Sebuah garis tipis yang dietsa mengelilingi leher labu menunjukkan dengan tepat volume cairan pada suhu tertenru. Labu ukur diberi tanda batas volume tertentu sebagai daya tampungya.
Karena batas volume itu dibuat mengelilingi leher labu, akan terhindar kesalahan pembacaan yang disebabkan effek paralaks. Kesalahan pengamatan itu dapat diatasi bila pada pembacaan volume letak mata pengamat dan tanda batas volume berada pada ketinggian yang sama dan tanda batas itu tepat pada bagian bawah meniskus cairan.

Leher sebuah labu ukur (dibuat relatif sempit hingga sedikit perubahan volume cairan akan menyebabkan perbedaan ketinggian meniskus cairan. Dengan demikian kesalahan yang dibuat pada penyesuaian meniskus cairan dengan tanda batas volume akan sangat kecil.
Jarak antara tanda batas volume dan mulut labu ukur adalah relatif besar agar masih terdapat cukap ruang untuk mengocok cairan dalam labu itu.
L.abu ukur dilenkapi dengan tutup yang terbuat dari pegas atau plastik. Ukuan labu yang diperlukan adalah: 50, 100, 250, 500, 1000, dan 2000 ml.

Penggunaan labu ukur untuk membuat larutan baku
Jika kita hendak membuat suatu larutan baku dengan konsentrasi tertentu, kita menimbang terlebih dahulu zat padat murni secara teliti. Dengan sebuah corong kita masukkan zat padat ini ke dalam labu ukur. Kemudian labu ini diisi dengan zat pelarut-lazimnya air suling, sampai kira-kira setengah penuh. Singkirkan corong yang digunakan tadi dan goyangkan labu sehingga air di dalannya bergerak memutar sampai zat padat yang ada di dalam labu melarut semuanya. lika masih ada zat padat yang belum melarut, tambahkan lagi air sampai labu itu tiga perempat penuh dan goyangkan lagi labu itu seperti di atas.
Cara yang dapat digunakan juga ialah melarutkan zat padat terlebih dahulu dalam gelas kimia dengan air secukapnya, kemudian larutan ini dipindahkan secara kuantitatif ke dalam labu ukur.
Penambahan air selanjutnya dilakukan dengan botol semprot sampai permukaan larutan di leher labu sudah mendekati garis volume. Air yang membasahi leher labu harus diberi waktu secukupnya untuk mengalir ke bawah. Dengan sendirinya tidak boleh ada tetesan air yang melekat pada leher labu di atas permukaan cairan. Jika hal ini terjadi, maka bersihkan laher labu dengan menggunakan kertas saring. Tetapi kertas saring tidak boleh menyentuh larutan. Penambaban air pada akhirnya dilakukkan dengan pipet tetes sampai bagian bawah meniskus cairran berimpit dengan garis batas Volume.
Untuk pekerjaan yang teliti kadang-kadang sebelum penambahan air terakhir, larutan dibiarkan dahulu beberapa jam pada suhu kamar. Hal ini perlu dilakukan mengingat adanya kemungkinan terjadinya penyerapan atau pembebasan kalor pada waktu zat padat itu melarut. Setelah penambahan air sampai tanda batas volme, labu ditutup dengan tutupnya yang bersih dan kering. Kemudian larutan dicampurkan secara homogen dengan cara membalik labu berulang kali.
Larutan yang sudah dicampurkan dengan baik segera dipindahkan ke dalam botol penyimpan yang bersih dan kering. Sebelum larutan dituangkan ke dalam botol penyimpan sebaiknya botol dibilas 1 2 kali dengan sedikit larutan. Setelah cairan ini dipiridahkan berilah etiket pada, botol yang bertulisan: nama dan rumus kimia larutan baku, konsentrasinya, tanggal pembuatan dan sandi sipembuat. Berikut ini diberikan contoh etiket pada botol penyimpan suatu larutan baku.
C. Buret dan Penggunaannya
Buret adalah sebuah tabung kaca yang panjang dengan garis-garis skala. Diameter lubang sepanjang tabung, seragam. Di bagian byali buret terdapat sebuah kran untuk mengatur afiran keluar cairn. Ihiret digunakan untuk memberikan. cairn yang volumenya berbed-abeda, tetapi tepat. Karena itu buret ditera atau dikaliberasi secara teliti.
Buret paling banyak digunakan untuk titrasi. Buret yang diperlengkapi dengan kran kaca lebih banyak digunakan, dan mutlak perlu untuk beberapa jenis cairan (misalnya larutan yod). Larutan bersifat basa kuat dapat menyebabkan kran menjadi macet. Untuk larutan basa digunakan buret yang di bagian bawah dipasang sepotong pipa knret yang diperlengkapi dengan sepotong pipa kaca yang ujungnya dibuat runcing. Pada pipa karet itu dipasang penjepit mohr atau di dalamnya dipasang sebuah peluru kaca untuk mengatur aliran cairan yang keluar dari buret. Buret jenis ini harganya lebih murah daripada buret dengan kran kaca dan lebih cocok untuk digunakan di sekolah.
Pemakaian buret dengan kran pencet untuk kebanyakan larutan tidak dianjurkan karena kemungkirran menyebabkan perubahan pada pipa karet. Misalnya larutan kalium permanganat dan Larutan yod dapat bereaksi dengan pipa karet dan mengurangi elastisitas karet. Selain itu juga tidak mungkin melihat apakah udara sudah seluruhnya dikeluarkan dari pipa karet.
Buret dengan kran kaca di samping pada umumnya digunakan untuk titrasi larutan panas. Panas larutan yang dititrasi tidak akan mencapai cairan di dalam buret dan mempengaruhi volumenya. Buret yang sering digunakan berkapasitas 50 ml dan ditera sampai 0,1 ml. Di laboratorium digunakan juga buret-buret dengan kapasitas 5, 10, dan 25 ml dengan ketelitian kaliberasi sampai 0,05 ml.
Buret semimikro dan buret mikro dapat diperoleh dengan kapasitas sebagai berikut, ketelitian kaliberasi ditulis dalam kurung di belakangnya : 1 ml ( 0,01 ml ), 2 ml ( 0,01 ml dan 0,02 ml ), 5 m1 (0,01 dan 0,02 ml), dan 10 ml ( 0,02 ml).
Buret diberi tanda garis skala yang melingkari separuh tabung buret hingga dengan demikian dapat mudah dihindari terjadinya kesalahan pembacaan volume karena paralaks. Pada jenis buret yang baik, garis-garis skalanya melingkar sekeliling tabung buret untuk setiap ml dan setengah melingkar untuk volume yang lebih kecil. Untuk membantu pembacaan tepat letak meniskus digunakan alat sebagaimana ditunjukkan pada gambar.
Bila cairan berwarna gelap atau bewarna tua seperti halnya dengan larutan kalium permanganat, yang dibaca ialah bagian atas meniskus cairan. Untuk tujuan analisa biasa pembacaan dilakukan dengan ketelitian hingga 0,05 N. untuk analisis yang teliti harus dilakukan pembacaan dengan ketelitian 0,01 0,02 ml, dan itu perlu untuk pembacaan digunakan sebuah kran kaca sebuah buret harus diberi sedikit pelumas dengan vaselin atau lemak pelumas hingga dapat diputar dengan mudah.
Hindari pemakaian terlalu banyak- lemak pelumas.
Tujuan utama pelumasan kran buret ialah untuk mencegah kemacetan. Batang kran dilepas dari rumahnya dan pelumas dioleskan pada batang kran. Harus diperhatikan agar pelumas tersebut tidak masuk ke dalam lubang saluran. Setelah dilumasi batang kran dimasukkan kembali ke dalam rumahnya dan diputar-putar untuk meratakan pelumasan. Sebuah karet gelang kecil mengikat batang kran pada rumahnya untuk menghindarkan terlepasnya, penukaran, atau kehilangan batang kran.
Penggunaan pelumas yang mengandung silikon tidak dianjurkan karena pelumas jenis ini dapat "merayap" sepanjang buret, dan menyebabkan pengo-toran dinding buret.
Kran buret yang terbuat dari bahan teflon tidak memerlukan pelumasan. Buret dengan kran teflon dapat dipakai untuk berbagai larutan tanpa terjadi kemacetan kran, tetapi harganya relatif lebih mahal.

Ada beberapa jenis pemegang buret yang dapat dibeli. Jenis pemegang, buret yang sederhana diperlihatkan pada gambar berikut. Pemegang buret produksi "Fisher" mungkin merupakan pemegang buret yang terbaik yang dapat diperoleh di pasaran, tetapi harganya relatif mahal. Kedua buret dijepit pada tempatnya dan masing-masing buret dapat dengan mudah dilepas dan diatur ketinggiannya dengan hanya menekan mekanisme pegangannya. Pemegang buret ini dibuat dari "Castalloy", sejenis paduan logam anti karat.
Gambar di samping memperlihatkan pemegang buret lain juga produksi Fisher yang harganya lebih murah. Pemegang buret ini dibuat dari baja dan cocok untuk di sekolah.
sebelum dipakai untuk titrasi, buret dibilas satu atau dua kali dengan kira-kira 5 ml larutan, yang setiap kali selesai pembilasan, dialirkan ke luar lagi. Kemudian buret disi hingga sedikit di atas tanda skala 0, kran di bawah dibuka untuk mengisi ujung kran dan mendesak keluar semua udara. Ketinggian larutan diatur sedekat mungkin pada garis skala pertama. Bila perlu suhu dicatat.
Selama titrasi, larutan jangan dialirkan ke luar terlalu cepat dari buret. Selain adanya bahaya akan melewati titik akhir titrasi, kesalahan pada pengosongan buret dapat menjadi lebih besar. Larutan harus dibiarkan mengalir ke luar dari buret tetes demi tetes secara cepat seperti pada kaliberasi, biasanya dengan kecepatan tidak melampaiui 10 ml per menit. Pada waktu melakukan titrasi, kran buret diatur dengan tangan kiri dan tangan kanan memegang labu erlenmeyer yang berisi Larutan atau memegang batang pengaduk.
Bejana yang digunakan pada titrasi dapat berbentuk gelas kimia atau labu erlenmeyer. Jika digunakan gelas kimia, selalu harus dipakai sebuah batang pengaduk untuk mencampur cairan. Larutan yang diteteskan dari buret janganlah dibiarkan berkumpul di suatu tempat di dalam larutan yang sedang dititrasi. Setiap tetes pereaksi (reagensia) yang jatuh di cairan dalam gelas kimia harus disebarkan pada seluruh cairan dengan cara mengaduk. Le tak ujung buret janganlah terlalu tinggi di atas permukaan larutan dalam gelas kimia untuk menghindarkan terjadinya pemercikan.
Sangat dianjurkan menggunakah labu erlenmeyer sebagai bejana titrasi, karena tidak diperlukan lagi batang pengaduk. Pencampuran larutan secara efisien dapat dicapai dengan menggoyangkan labu tersebut selama penambahan larutan pereaksi. Bahaya hilangnya larutan karena percikan sangat kecil. Penggunaan labu erlenmeyer sangat serasi jika larutan harus dididihkan lebih dahulu atau harus bebas dari gas karbon dioksida yang ada di udara.
Untuk setiap prosedur titrasi, khususnya jika banyaknya larutan baku yang diperlukan tidak dapat diperkirakan lebih dahulu, sebaiknya disisihkan sebagian kecil larutan yang akan dititrasi. Kemudian dilakukan titrasi tanpa terlalu berhati-hati hinga tercapai titik akhir titrasi atau sedikit melampaui titik akhir titrasi. Setelah itu sebagian kecil larutan yang telah disisihkan dapat ditambahkan pada larutan utama dan titrasi dilanjutkan dengan seksama hingga tercapai titik akhir titrasi. Dengan cara tersebut di atas kita dapat menghemat waktu. Sebagian larutan yang kita sisihkan harus tidak lebih dari beberapa persen larutan selumnya. Misalkan jika larutan yang dititrasi sebanyak 25 50 ml, kira-kira 1 ml larutan dapat disisihkan dalam sebuah gelas kimia kecil. Bila titik akhir titrasi telah dicapai atau sedikit dilewati, bagian larutan yang kita sisihkan ini dipindahkan secara kuintitatif ke bejana titrasi.
Jika titik akhir titrasi sudah mendekat, sebaiknya tetesan-tetesan larutan dari buret diperkecil. Ini dapat dilakukan dengan memutar kran perlahan-lahan hingga yang mengalir ke luar hanya sebagian dari setetes dan tetap melekat pada ujung buret. Sebagian dari tetesan larutan ini dapat dilepaskan dengan batang pengaduk jika kita menggunakan sebuah gelas kimia atau dengan menyentuhkan ujung buret pada dinding labu erlemeyer. Dalam hal tersebut belakangan ini labu harus dimiringkan dan larutan di dalamnya digoyangkan berputar dengan berhati-hati hingga tetesan kecil larutan tersebut akan bercampur dengan larutan dalam labu.
Sebaiknya dinding labu diblas dengan air wiling bila titik akhir titrasi sudah mendekat. Perlu juga diperhatikan pada mulut labu mungkin terdapat tetesan reagen ada yang melekat. Dalam hal kita tidak merasa pasti apakah titik akhir titrasi telah dicapai atau fidak, harus dilakukan pembacaan pada buret, kemudian ditambah setetes reagensia lagi untuk melihat apakah terjadi perubahan nyata dalam larutan.
Titrasi harus dilakukan dengan penerangan yang baik. Sinar matahari langsung terlalu terang, dapat menyebabkan perubahan kimiawi yang tidak diinginkan dalam larutan, misalnya pada titrasi senyawa perak dengan indikator adsorpsi dan beberapa jenis titrasi yodometris. Penerangan terbaik adalah cahaya siang hari secara tidak langsung. Penerangan dengan lampu sering kurang baik, karena perubahan warna tertentu sangat sulit untuk diketahui.
Pada umumnya larutan yang dititrasi harus dilihat pada latar belakang putih dan untuk maksud ini bejana yang memuat larutan diletakkan di atas tegel porselen putih, atau di atas secarik kertas putih. Perubahan warna akan tampak sangat jelas pada latar belakang putih. Pada titrasi tertentu yang titik akhirnya dinyatakan dengan terbentuknya kekeruhan dalam larutan, sebaiknya digunakan latar belakang berwarna hitam.
Jika perubahan warna pada titik akhir titrasi terjadi secara bertahap, sebaiknya digunakan sebuah larutan pembanding.
Larutan pembanding ini harus memililiki volume dan komposisi yang hampir sama dengan larutan yang dititrasi pada waktu tercapai titik akhir titrasi. Banyaknya indikator yang dibubuhkan juga harus sama. Dengan demikian akan sangat mudah untuk menentukan titik akhir titrasi, warna larutan yang dititrasi harus serupa dengan warna larutan pembanding.
Bila titrasi telah selesai, larutan yang masih tersisa dalam buret dialirkan ke luar, tidak boleh dikembalikan dalam botol penyimpan, kecuali jika akan dilakukan titrasi lain dalam waktu singkat. Kemudian buret dicuci hingga bersih dengan air dan ditutup bagian atasnya dengan gelas kimia kecil. Larutan janganlah dibiarkan di dalam buret untuk waktu lama, khususnya bila larutan itu bersifat basa, peka terhadap cahaya, atau mudah dipengaruhi oleh udara.
D. Alat-Alat Laboratorium dari Plastik
Saat ini sudah banyak macam alat-alat laboratorium IPA yang dibuat dari plastik. Ada beberagai jenis bahan plastik yang digunakan dalam pembuatan alat-alat itu. Di bawah ini akan dibahas sifat beberapa jenis bahan plastik dan penggunaannya

1. Polietilena (Politena)
Politena adalah salah satu bahan plastik yang paling banyak digunakan. Ada dua jenis politena: politena yang ringan (low density) dan politena yang, berat (high density).
Politena ringan relatif lemas dan kuat. Bahan ini banyak digunakan untuk membuat kantong kemas dan cocok untuk membuat alat-alat yang dapat dipencet, misalnya botol cuci dan botol tetes. Politena jenis ini tidak boleh dipanaskan melebihi 70oC.
Politena yang berat, sifatnya lebih keras, kurang transparan, dan tahan panas sampai 100oC. Barang yang dibuat dari bahan ini bentuknya tidak mudah berubah. Politena berat banyak digunakan untuk membuat botol atau berbagai wadah lain untuk menyimpan bahan kimia yang cair.
Potitena adalah bahan termoplastik yang kuat dan dapat dibuat dari yang lemas sampai yang keras.
Pada suhu kamar politena mempunyai daya tahan kimia yang tinggi. Bahan ini tahan terhadap pengaruh cuaca, air panas, larutan alkali pekat, asam klorida pekat, asam fluorida pekat, asam sulfat encer dan pekat, asam nitrat encer, dan banyak macam bahan kimia yang lain. Politena melarut atau bereaksi dengan asam perklorat, asam nitrat pekat, dan karbon disulfida. Pelarut hidrokarbon dapat menyebabkan politena menjadi lunak, membengkak, atau pecah. Botol-botol politena cocok untuk menyimpan alkohol, aseton, dan eter.




2. Polipropitena
Polipropilena adalah suatu termoolast yang serba guna karena memiliki paduan beberapa sifat baik berbagai jenis plastik. Bahan plastik ini berwarna putih susu, ringan, liat, kuat, tidak madah retak, tahan terhadap air panas, dan merupakan suatu isolator listrik yang baik. Polipropilena mempunvai sifat kimia yang sama dengan politena.
Polipropileni digunakan untuk membuat baskom, corong tabung, pipa, botol, bagian-bagian tertentu kulkas dan mesin tenun, dan berbagai perabot rumah tangga. Barang-barang dari polipropilena tahan terhadap benturan dan tahan panas sampai suhu sekitar 140oC.

3. Polistiren
Jenis termoplastik ini sifatnya jernih, keras, halus, mengkilap, dan dapat diperoleh dalam berbagai warna. Bahan ini digunakan untuk membuat perabot dapur, berbagai bentuk kotak atau wadah, pegangan berbagai atat mainan, dan model-model.
4. Polivinil K1orida ( PVC )
Vinil plastik ini keras, kuat, tahan terhadap bahan kimia, isolasi listrik dan dapat diperoleh dalam berbagai warna. Jenis plastik ini dapat dibuat dari yang lemas sampai yang kaku keras. Banyak barang yang dahulu dibuat dari karet sekarang dibuat dari PVC. Penggunaan lain PVC ialah untuk membuat jas hujan. Kantong kemas, bahan tirai atau gorden, isolator kabel listrik, ubin lantai, piring hitam, dan model-model.
5. Polikarbonat
Plastik jenis ini berwarna kuning Sawo, trasparan, keras, memiliki daya rentang yang cukup tinggi, tahan terhadap pengaruh cuaca, tahan panas sampai suhu 150oC, dan dapat disterilisasi. Bahan ini cocok untuk membuat alat-alat laboratorium dan kedokteran yang perlu disterilisasi dan tahan panas.

6. Polimetilpentena ( PAM )
Plastik jenis ini paling ringan, titik leburnya 240oC. Barang dari PMP bentuknya tidak berubah sampai suhu 2000 C, dan tahan terhadap benturan lebih tinggi daripada barang yang dibuat dari polistiren. Bahan ini tahan terhadap bahan kimia yang korosif dan pelarut organik, kecali pelarut hidrokarbon yang me-ngandung klor, misalnya kloroform dan karbon tetraklorida. PMR cocok sekali untuk membuat alat -alat laboratorium dan kedokteran karena tahan panas dan tekanan, tanpa mengalami perubahan. Barang-barang dari bahan plastik ini tahan lama tetapi harganya relatif mahal.
7. Politetrafluometilena (Teflon)
Teflon memiliki daya tahan kimia dan daya tahan.panas yang tinggi (sampai 2600 C). Keistimewaan teflon ialah.sifatnya yang licin dan bahan lain tidak dapat melekat padanya. Pengorengan yang dilapisi teflon dapat dipakai untuk menggoreng telur tanpa minyak. Kran buret atau kran corong pisah yang dibuat dari totlon tidak memerlukan pelumas untuk mencegah kemacetan. Teflon adalah bahan plastik yang ideal untuk membuat alat-alat laboratorium, tetapi harganya mahal.


E. Tabung Reaksi
Digunakan untuk mencampur dan/atau memanaskan zat-zat dalam jumlah kecil. Jika dipakai sebagai wadah suatu zat yang dipanasi, tabung reaksi harus dipegang dengan penjepit atau klem. Pada waktu memanasi, tabung reaksi harus dalam keadaan miring di atas nyala api (lihat gambar). Jangan sekali-kali mulut tabung reaksi yang dipanasi itu menghadap kepada diri sendiri atau orang lain.
Gelas piala dan labu (Erlenmeyer dan Florence).
Digunakan sebagai wadah untuk cairan. Pada pemanasan dapat dipakai kaki tiga dan kasa sebagai alas labu. Sebaiknya gunakan gelas atau labu yang tahan api (Pyrex).



F. Corong dan Kertas Saring
Zat-zat yang tidak melarut dalam suatu larutan dapat dipisahkan dari cairannya dengan proses penyaringan. Berbagai bagian yang berlubang kacil atau berpori-pori seperti kertas saring, kapas, wol kaca, serbuk arang, lempeng kaca, dan Porselin. yang berlubang-lubang kecil dapat digunakan sebagai bahan penyaring. Bahan penyaring yang banyak digunakan di dalam laboratbrium adalah kertas saring.
Untuk menyaring di laboratorium dipelukan corong, kertas saring, dan statif. Corona yang berisi kertas saring dipasang dengan klem pada statif. Kemudian di bawahnva diletakkan gelas kimia yang bersih hingga tangkai corong tepat menyentuh sisi dalamnya.
Besar corong dan kertas sarine yang digunakan tergantung pada banyaknya endapan yang akan disaringe dan tidak ditenrukan oleh volume cairan.
Pada akhir penyaringan seluruh endapan sebaiknya hanya monempali sepertiga kapasitas alat penyaring. Corong yang paling banyak digunakan adalah corong yang bersudut 60o dan panjang tangkainya sekitar 10 cm untuk memperlancar penyaringan. Kertas saring yang lazim digunakan adalah kertas saring. yang berdiameter 9 dan 11 cm.
1. Kertas Saring Berlipat Biasa
Kita menggunakan dua macam kertas saring, yaitu kertas saring yang biasa dan kertas saring yang dilipat ganda. Kita menyaring dengan kertas yang dilipat biasa bila pada penyaringan diperlukan zat endapan-nya, dan kita menggunakan kertas saring yang dilipat ganda bila yang diperlukan filtrat atau cairannya.
Menggunakan kertas saring yang dillipat biasa memudahkan memin-dahkan endapan. Kertas saring dilipat menjadi setengah bagian dan kemudian dilipat lagi menjadi seperempat bagian. Kartas saring yang telah dilipat ini dibuka hingga membentuk kerucut 60o. Selanjutnya kertas saring ini diletakkan dalam corong yang serasi, yaitu bagian atas kertas saring berada 1-2 cm lebih rendah dari bagian atas corong.
Cara menyaring degan menggunakan corong dan kertas saring.
1) Lipatlah kertas saring menjadi empat bagian yang sama! Cara lain yang lebih baik untuk melipat kertas saring adalah dengan melipat kertas saring menjadi setengah bagian, kemudian dilipat sekali lagi, hingga sisi lipatan tidak seluruhnya berimpit (kedua lipatan itu membentuk sudut 3-4o untuk corong yang bersudut 60o). Selanjutnya lipatan dirobek sedikit hinga dalamnyasekitar sepertiga jari-jari kertas saring.
2) Bentuklah kertas saring itu menjadi corong hingga separuh corong itu terdiri dari satu bagian. Yang separuhnya, lagi terdiri dari tiga bagian kertas saring yang terlipat kemudian masukkanlah ke dalam corong! Kertas saring dibuka dan ditempatkan dalam corong. Separuh bagian atasnya harus melekat dengan baik pada corong. Jika tidak melekat dengan baik, maka. sudut kedua lipatan kertas saring harus disesuaikan sehingga ia dapat melekat dengan baik.
3) Berilah beberapa tetes pelarut zat yang akan disaring hingga, corong kertas itu melekat dengan baik pada corong kaca! Atau kertas saring ini dibasahi dengan air dan ditekan dengan telunjuk pada dinding corong hingga bagian atasnya melekat pada corong. Jika kertas saring kertas saring menempel dengan baik, tangkai corong akan berisi penuh dengan cairan selama penyaringan. Jika tangkai corong berisi gelembung-gelembung udara akan menperlambat proses penyaringan.
4) Tuangkan cairan yang hendak disaring dengan perlahan-lahan jangan sampai ada cairan yang tertuang atau meluap di luar kertas saring! Lihat Gambar!

Gambar Melilpat kertas saring dengan cara biasa

Cairan yang akan disaring dituangkan melalui sebuah batang pengaduk ke dalam corong dengan mengarahkan cairan pada sisi corong dan tidak pada ujung kerucutnya. Ujung bagian bawah batang pengaduk harus sangat dekat, tetapi tidak menyentuh kertas saring pada sisi yang berlapis tiga.
Kertas saring tidak boleh diisi penuh seluruhnya dengan cairan. Ketinggian cairan janganlah melebihi 10 mm dari bagian atas kertas saring. Endapan yang cenderung berada di alas gelas kimia harus dipindahkan dengan menempelkan batang pengaduk pada moncong gelas kimia, kemudian gelas kimia ini diangkat ke atas dan di-semprotkan air dari botol semprot ke dalam gelas kimia hingga endapan mengalir dan masuk ke dalam kertas sring.
Sisa endapan yang melekal pada dinnding gelas kimia dapat dikeluakan dengan batang pengaduk berujung karet. Kecepatan penyaringan ter-gantung pada suhu, karena kenaikan suhu mengurangkan gerakan antara cairan dan lubang-lubang kertas saring. Jika mungkin penyaring-an dilakukan dalam keadaan panas.
2. Kertas Saring Berlipat Ganda
Bila pada suatu penyaringan diperukan cairannya, sebaiknya digunakan kertas saring yang dilipat ganda. Penyaringan akan berlangsung lebih cepat, karena permukaan penyaring-an lebih luas. Pilihlah kertas saring dan corong yang serasi. Ujung kertas saring yang berlipat berada kira-kirar 10 mm di bawah ping-giran atas corong. Misalkan untuk kertas saring yang berdiameter 120 mm, gunakanlah corong yang berdiameter 100 120 mm.
Lipatlah kertas saring menjadi setengah bagian dan kemudian menjadi seperempat bagian. Letakkanlah masing-masing pinggiran ke dalam lipatan tengah dan lipat-lagi. Janganlah mengurut lipatan ini dengan kuat di bagian tengahnya yang dapat melemahkan bagian tengah ini, hingga kertas saring dapat pecah selama penyaringan. Lanjutkan rangkaian lipatan ke dalam lihat gambar berikut!
Peganglah kerucut kertas saring yang.dilipat dengan tangan kiri dan buatIah lipatan baru pada masing-masing segmen dengan arah yang berlawanan dari rangkaian lipatan pertama. Hasilnya adalah susunan berbentuk kipas. Bukalah kertas saring dan perhatikanlah dua tempat (1 dan 2) dimana kertas saring akan menempel pada dinding corong. Melipatnya hanya separoh ke dalam dari yang lain. Kuatkanlah semua bagian kecil ini dengan melipatkanya sekali lagi unvik kedua kalinya, dan kertas saring sekarang sudah siap untuk dipakai.



G. Pipa Kaca
a. Cara memotong pipa kaca ialah sebagai berikut :
• Letakkan pipa kaca pada permukaan yang datar!
• Pada tempat yang dikehendaki goreslah pipa itu dengan sudut kikir hingga bekas goresan tampak jelas!
• Peganglah pipa itu dengan dua tangan, dengan ibu jari kanan di sebelah kanan dan ibu jari kiri di sebelah kiri goresan.
• Peganglah jangan dekat wajah atau benda-benda lain.
• Patahkan pipa kaca itu dengan bertumpu pada kedua ibu jari tanpa ragu-ragu. Lihat Gambar
b. Caranya menghaluskan ujung patahan
Potongan pipa kaca itu akan menghasilkan ujung patahan yang tajam. Ini perlu dihaluskan dengan menggunakan pembakar gas atau pembarkar bunsen yang menghasilkan panas tinggi.
Caranya menghaluskan ujung patahan pipa kaca ialah sebagai berikut.
I) Peganglah potong pipa kaca hingga bagian yang tajam terdapat di ujung nyala api!
II) Putarlah perlahan-lahan hingga panas merata di seluruh bagian yang tajam. Ujung yang tajam itu akan mulai meleleh dan menghasilkan permukaan yang halus. Lihat Gambar
III) Setelah pemanasan itu, ujung pipa kaca akan panas sekali. Letakkan di atas lembaran asbes!
c. Membengkokkan pipa kaca
Kadang-kadang pipa itu perlu dibengkokkan dengan cara berikut.
1) Peganglah kedua ujung pipa itu!
2) Panasi bagian tengah pipa dengan nyala api seperti di atas dengan jalan memutar-mutar pipa dan sedikit menggerakkannya ke depan dan ke belakang.
3) Begitu bagian pipa yang dipanasi itu menjadi lunak, jauhkan dari nyala api dan bengkokkan (lihat Gambar)!
d. Memasukkan pipa kaca ke dalam lubang sumbat
Memasukkan pipa kaca ke dalam lubang sumbat perlu dilakukan dengan cara berikut.
1) Kedua ujung pipa kaca hendaknya sudah dihaluskan!
2) Berilah pelumas vaselin atau gliserin, baik pada ujung pipa yang hendak dimasukkan maupun pada lubang sumbat (tentu saja harus dipilih lubang sumbat yang bergaris tengah sama dengan pipa).
3) Peganglah pipa erat-erat dekat di ujungnya, kemu-dian masukkan. ke dalam lubang dengan gerak memu-tar! Termometer dapat dima-sukkan ke dalam lubang sumbat dengan cara yang sama. Lihat Gambar!
H. Alat Pemanas
Pembakar spiritus banyak dipakai untuk praktikum. Jaga jangan sampai.terjadi kebocoran. Untuk memadam-kannya dengan cara meletakkan kembali tutupnya. Jangan ditiup.
Untuk melelehkan atau melunakkan kaca (misalnya, membengkok-an pipa kaca) diperlukan panas yang tinggi. Ini dapat diperoleh dengan menggunakan pembakar bunsen atau pembakar spiritus. Kompor gas dengan tabung-tabung gas bertekanan dapat dibeli di toko. Dapat juga dipakai blowtorch, yaitu semacam kompor Yang, nyala apinya dapat menyembur, atau kompor pompa.
Gambar lampu spiritus, mantel pemanas dan kompor listrik
I. Alat Seksi
Skalpel terutama digunakan untuk mengiris. Pinset dipakai untuk menjepit. Spatula untuk mengangkat sesuatu yang mungkin rusak bila digunakan skalpel atau pinset.
Untuk melakukan pembedahan hewan ujung gunting yang tumpul yang boleh masuk ke dalam. Cara ini untuk menjaga jangan sampai ada kerusakan yang tidak dikehendaki.
Alat-alat seksi dapat dibeli dalam kotak yang berisi bermacam-macam alat, biasanya dilengkapi juga dengan kaca pembesar.





Gambar alat-alat seksi (pimgset, jarum, gunting, skalpel, spatula).
Cara Membaca Skala pada Alat Pengukur volum
• Arah penglihatan. harus tegak lurus terhadap bidang yang memuat pembagian skala itu (lihat Gambar). Arah penglihatan yang miring akan menghasilkan pembacaan yang tidak tepat (lihat Gambar). Cara membaca skala itu berlaku untuk semua alat pengukur; misaInya, tabung pengukur, pipet, buret, termometer, barometer, neraca, dan stopwatch.
• Meniskus yang cekung hendaknya dibaca pada bagian yang terendah (lihat Gambar). Meniskus yang cembung (misainya air raksa dalam tabung kaca) harus dibaca. pada bagian yang tertinggi







J. Mikroskop
Pada laboratorium kimia, mikroskop sering digunakan untuk melihat kristal dari suatu senyawa. Misalnya kristal NaCl, kristal CuSO4.5H2O, kristal asam sitrat dan sebagainya.
Pembesaran bayangan benda yang dilihat dengan mikroskop tergantung dari daya membesarkan okuler dan objektif. Jika okuler mempunyai daya membesarkan 5 x dan objektif 10 x, maka benda yang dilihat akan diperbesar menjadi 5 x 10 = 50 garis tengah; artinya ialah bahwa jika benda itu panjang sesungguhnya 1 mm, akan tampak menjadi 50 mm.
Semua bagian lain dari mikroskop merupakan pembantu terhadap pembesaran oleh lensa-lensa tersebut di atas.
Cara menggunakan mikroskop adalah sebagai berikut.

• Letakkan mikroskop di atas meja dengan lengan tepat di hadapan kita. Meja objek dalam keadaan datar.
• Dengan memutar revolver aturlah objektif dengan perbesaran lemah tepat di tengah meja objek (membuat garis lurus dengan okuler dan cermin), sampai terdengar bunyi "klik".

selengkapnya dapat Anda baca di buku Petunjuk Laboratorium IPA
Diposkan oleh Tumbuhan Obat & Sains di 01:34 0 komentar
Senin, 2008 September 15

Automatic translation of this blog (Terjemahan Otomatis Blog ini)

Entri Populer

Lingkaran UNP Press