Minggu, 03 Februari 2013

Penerbit HarperCollins Resmi Tolak Kertas dari Hutan Tropis Indonesia Milik APP dan APRIL

Penerbit HarperCollins Resmi Tolak Kertas dari Hutan Tropis Indonesia Milik APP dan APRIL

Harimu Sumatera mati di sekitar konsesi milik APP dan APRIL. Foto: WWF-Indonesia

Penerbit buku terkemuka dunia, HarperCollins secara resmi menetapkan standar ramah lingkungan bagi kertas yang mereka gunakan dalam seluruh buku produksi mereka, termasuk kebijakan untuk tidak menggunakan kertas yang berasal dari penebangan hutan alam di kawasan hutan hujan tropis di seluruh dunia.
Revisi kebijakan ini dimuat dalamsitus resmi perusahaanini sebagai bagian dari respon mereka untuk menindaklanjuti kampanye yang dilakukan oleh Rainforest Action Network (RAN), yang menyasar perusahan atau produsen-produsen kertas raksasa dunia yang melakukan penebangan di hutan hujan tropis Indonesia yaitu Asia Pulp & Paper dan Asia Pacific Resources International (APRIL). Menurut informasi resmi dari RAN, dengan bergabungnya HarperCollins, maka lengkaplah sepuluh penerbit terbesar dari Amerika secara resmi menolak untuk membeli kertas APP dan APRIL.. Dalam situs resmi HarperCollins, secara khusus kebijakan ini memang menyatakan menolak kertas yang bersumber dari penebangan hutan alami di Indonesia.


Peta hutan alami di Propinsi Riau. Peta: WWF Riau
“Dalam memproduksi seluruh buku HarperCollins, kami berupaya untuk tidak menggunakan kertas dari sumber yang tidak bisa dipercaya yang mungkin berasal dari hutan alam dan sudah terancam,” tulis situs tersebut. “HarperCollins dilarang mengambil kertas dari hutan hujan tropis di Indonesia, hutan alami yang sudah tua atau hutan yang terancam untuk semua produksi buku kami.”
HarperCollins juga menyatakan bahwa mereka tidak akan melakukan bisnis dengan perusahan-perusahaan yang terkait dengan pengambilan kayu dan pohon yang berasal dari penebangan liar, dan untuk keterlibatan perusahaan pihak ketiga, mereka harus membuktikan bahwa mereka memanen kayu dari sumber yang ramah lingkungan dan dibuktikan dengan sertifikasi yang sah.
Upaya ini juga dibarengi oleh program HarperCollins untuk menjalankan ujicoba random terhadap buku-buku mereka untuk memastikan bahwa semua buku terbitan mereka memang bebas dari materi yang tidak ramah lingkungan dan diproduksi dari kayu yang berasal dari hutan hujan tropis dunia.

Tutupan hutan alami di Sumatera 1985 dan 2009. Peta: WWF
Rainforest Action Network menyambut gembira kebijakan HarperCollins untuk menghentikan pembelian kertas dari hutan tropis di Indonesia. “Semua kesepuluh penerbit besar di AS kini memahami bahwa pembeli tak akan mau menerima buku yang kertasnya berasal dari perusakan hutan hujan tropis. Hal ini adalah sebuah peralihan besar bagi bisnis yang dua tahun lalu masih lekat terlibat dengan kertas-kertas bermasalah,” ungkap Juru Kampanye Rainforest Action Network, Robin Averback. “Para penerbit di Amerika Serikat mengirimkan pesan yang sangat jelas bagi para perusak hutan seperti Asia Pulp and Paper dan APRIL, bahwa konsumen menghendaki kertas yang ramah lingkungan.”
Standar kertas ramah lingkungan yang ditetapkan oleh HarperCollins termasuk di dalamnya hanya membeli kertas yang memiliki sertifikasi dari FSC (Forest Stewardship Council), SFI (Sustainable Forestry Initiative), dan PEFC (Programme for the Endorsement of Forest Certification), yang tidak satupun secara eksplisit melarang penebangan dari hutan tropis, hutan gambut atau hutan yang sudah lama. Namun RAN akan mendorong pihak perusahaan untuk mengadopsi batasan yang lebih ketat seperti yang ditetapkan oleh lembaga-lembaga sertfikasi tersebut.

Orangutan Sumatera salah satu satwa khas Indonesia yang hampir musnah akibat ekpansi bisnis pulp and paper di Sumatera. Foto: Rhett A. Butler
Produksipulp and paperadalah salah satu penyebab utama deforestasi dan degradasi hutan gambut di Sumatera. Menurut perkiraan, APP dan APRIL sudah memusnahkan 2 juta hektar hutan di Propinsi Riau sejak pertengahan 1980-an, yang merupakan setengah dari hutan hujan tropis yang ada di Riau saat itu. Para ahli mengatakan bahwa penebangan yang terus berlangsung ini menyebabkan hilangnya habitat satwa-satwa endemik Sumatera seperti harimau dan gajah.
Hingga kini, sekitar 1,2 juta hektar hutan yang masih berdiri di Riau bahkan sudah termasuk dalam kategori ‘boleh ditebang‘ lewat berbagai perizinan yang dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia. Dari analisis Eyes on the Forest, pelepasan hutan tambahan ini akan membuang sekitar 500 juta ton karbon ke udara.

Tabel: Tutupan Hutan di Sumatera
Baik APP maupun APRIL, hingga kini masih mengaku beroperasi sesuai dengan prosedur hukum yang ada di Indonesia, namun produsen kertas raksasa ini telah diperiksa terkait pembalakan liar, termasuksebuah kasus yang merugikan negara sebesar 200 juta dollar.Tak satupun dari kedua perusahaan ini dikenai sanksi oleh toritas hukum Indonesia akibat kasus tersebut.

Tidak ada komentar:

Automatic translation of this blog (Terjemahan Otomatis Blog ini)

Entri Populer

Lingkaran UNP Press